Short(4) : Punishment

203 14 13
                                    

"Alexa."

Sekelas terdiam, mereka memang sudah menduga-duga sejak tadi.

"Apa? Yang benar?" tanya Bu Titi tidak percaya.

Alexa yang dari tadi hanya terdiam pun berdiri menggebrak meja. Ia berbalik menghadap Alex di belakang.

"Eh! Lo jangan sembarangan fitnah, ya!" teriaknya histeris.

"Ya, terus siapa lagi kalau bukan lo?" balas Alex tajam.

"Lo ga tahu kalau fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan, hah?!"

"Gue nggak fitnah, gue cuman mengutarakan kebenaran."

"Cukup! Alex! Kamu tidak boleh menuduh orang sembarangan. Emangnya kamu melihatnya secara langsung?" ujar Bu Titi menengahi.

"Saya memang tidak melihatnya secara langsung, tapi saya yakin ada saksi mata."

"Siapa yang melihat Alexa melakukan hal ini?!" teriak Bu Titi lagi.

Sekelas tetap terdiam sampai Reyhan mengangkat tangannya.

"Saya, Bu," jawabnya pelan. Reyhan sempat melirik takut ke arah Alexa yang sudah seperti ingin mencekiknya hingga kehabisan napas.

Bodo amat, lah. Ini demi keselamatan segenap bangsa, batin Reyhan berusaha mengusir ketakutannya.

"Sebenarnya ... tadi pagi, saat saya hendak masuk ke kelas, saya melihat Alexa seperti melakukan sesuatu di kursinya Alex." Reyhan meneguk ludahnya dengan susah payah, merasakan tatapan membunuh Alexa yang ditujukan kepadanya.

"Cuman saya tidak menghiraukannya karena saya juga sudah dipusingkan oleh ulangan hari ini," lanjut Reyhan.

"Jam berapa saat kamu melihatnya tadi?" tanya Bu Titi.

"Itu ... kira-kira masih jam 6 lewat 15 menit. Masih pagi sekali, Bu. Kelas masih ga ada orang," tutur Reyhan lagi.

"Jadi kamu yang ngelakuin ini?" tukas Bu Titi sambil menatap tajam Alexa.

Alexa memberengut, "Iya! Memang saya yang mengelem kursi dia! Tapi itu salah dia juga! Dia juga mengerjai saya kemarin!"

"Gue cuman nyimpan catatan lo, bukan nge-lem celana lo," balas Alex terdengar menahan amarah.

"Lo nyimpannya di pantat orang, monyet!" teriak Alexa geram.

"CUKUP!!! Kalian berdua, ikut saya di ruang guru!" Bu Titi segera mengemas barangnya dan keluar dari kelas. Memang lonceng pergantian jam sudah terdengar sedari tadi saat mereka berdebat.

Alexa menendang kaki meja keras dan menyusul Bu Titi dengan wajah dendam kesumat.

Sementara Alex mendesis kesal. "Jadi sekarang, gimana caranya gue berdiri?"

Sekelas terdiam sampai Budi mengeluarkan pendapatnya.

"Ya ... terpaksa buka celana lo lah, Lex."

==•^^•==

Matahari bersinar cukup cerah di pagi yang sudah diawali dengan kekacauan itu.

Tampak seorang siswa dengan seragam putih dengan logo osis di dada bagian kiri yang mulus—hasil setrikaan—dan sebuah boxer.

Tunggu, boxer?

Ya, cowok bermata sipit yang tengah berjalan di area kelas itu memang mengenakan boxer berwarna kuning yang bergambarkan wajah tokoh animasi spons yang digemari oleh seluruh kalangan usia.

Dan ya, itu adalah Spongebob.

Alex mempercepat langkahnya ketika mendapati tatapan takjub dari anak-anak kelas sebelah yang dilaluinya. Beberapa bahkan ada yang mengejek. Para guru memang belum masuk karena saat itu masih lonceng pergantian jam.

Short(ies)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang