Alex memiliki segudang teman di sekolah yang mungkin mengetahui ukuran dan merek kolornya.
Tapi percayalah, tidak ada satu orang pun—termasuk kelompok anime-hentai-lovers—yang mengetahui letak rumah Alex.
Begitu juga halnya dengan Alexa. Cewek itu sekarang sedang pusing 7 keliling menanyakan alamat rumah Alex kepada anak-anak sekolah meski hanya gelengan dan kedikan bahulah yang didapat.
"Ck. Tuh anak tinggalnya dimana sih? Di goa telletubies? Kok susah kali sih nyari alamatnya," gerutu Alexa kepada Elvi yang menemaninya sedari tadi.
Elvi memutar bola matanya malas. "Lo ga bisa apa, minta alamatnya sama Bu Titi?"
Kepala Alexa seketika menghadap Elvi. Matanya berbinar dan tercetak senyum lebar di bibirnya. Lalu, mengacungkan satu jempolnya.
"Lo emang yang terbaik! Tumben pinter," ujar Alexa memuji sekaligus menyindir.
Elvi mencibir, "Emang gue pinter, kali."
"Semerdeka lo deh," ujar Alexa sambil tertawa.
Koridor tampak ramai karena ini masih jam istirahat. Banyak orang berlalu-lalang untuk pergi ke kantin ataupun ke taman belakang. Sebenarnya, hari ini Alexa berencana untuk makan di kantin, tetapi terhalangi oleh masalah ini.
"Btw, kenapa sih tuh kunyuk ga datang? Orang udah beliin celananya juga," tutur Alexa lagi, sebal.
"Yaaa, gimana dia bisa datang kalau ga ada celana?" balas Elvi.
Alexa berdecak kesal. "Yaa, siapa suruh kemarin ga ngasih gue alamatnya dulu," jawab Alexa kesal.
Kemudian, ia mengerutkan dahinya heran. "Eh, tapi masa sih, dia cuma punya satu celana aja? Bukannya biasanya orang setidaknya minimal punya tiga celana, ya? Gue aja punya lima rok."
"Lo ga bisa bandingin lo sama orang lain dong. Lo 'kan orang tajir."
Alexa melayangkan tatapan protes. "Ya, tapi 'kan, gue cuma bilang kebenarannya. Tapi, ini Alex, loh. Si kupret itu."
Elvi menghela napas lalu berkata, "Lo ga bisa menilai orang dari luarnya aja, darling."
Kerutan Alexa semakin bertambah. "Maksud lo? Gue nilai orang dari luar?" Wajahnya memberengut. "Hei, yang gue lihat Alex orang berada kok–meski ga tahu kaya atau ga."
Elvi mendesis sebentar, lalu mengusap keringat di dahinya kasar.
"Suka lo deh, Xa."
Setelah itu, tak ada lagi yang membuka suara sampai mereka tiba di depan kantor guru.
"Lo masuk, gue tunggu disini," kata Elvi.
Alexa mengangguk, lantas melangkah masuk ke dalam kantor. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantor dan...
Itu dia!
Ia menemukan Bu Titi sedang makan nasi bungkus di mejanya. Alexa dapat bernapas lega sekarang, syukurlah ibu itu berada di kantor. Akan sangat berabe jika harus mencarinya lagi.
Alexa berjalan menghampiri Bu Titi dan berujar pelan, "Permisi, Bu."
Bu Titi menghentikan aktivitas makannya dan mendongak ke arah Alexa. "Ya, Alexa?"
"Boleh saya ... minta alamat rumahnya Alex?"
"Kenapa enggak tanyakan ke teman-temanmu saja?"
"Udah ditanya, Bu. Tapi, ga ada satupun orang yang tahu."
"Okelah kalau begitu, tunggu sebentar, ya." Bu Titi berdiri dan berjalan ke arah lemari (baca: loker) guru dan membuka loker yang terletak di barisan tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short(ies)
Teen Fiction"Haiii, pendek." Alex menyapa Alexa dengan nada suara yang dibuat-buat. Alexa meliriknya sinis, "Pendek? Lo ga pernah ngaca, ya? Pendek kok teriak pendek?" ================================ Alex dan Alexa. Dua remaja dengan banyak kesamaan. Mulai da...