"James, kamu akan terlambat."
Suara Nyonya Watts terdengar sedikit menyebalkan pagi ini bagi James. Wajahnya terlihat kesal menaruh kembali selembar pamflet yang digenggamannya tadi di meja. Sambil mengancingkan kemejanya sesekali dia melirik kertas itu -- membacanya. Saksikan pertunjukan sirkus selanjutnya ....
"Di Verimont a-arg ...."
"Sebaiknya kau bergegas!" panggilan kedua sukses membuat semua perhatiannya buyar seketika.
Pria itu melirik jam bundar yang terantai di sakunya. Wajahnya berubah panik, segera menarik laci untuk mencari wig putih.
"Kau akan terlambat James!"
"Okay Mom!" James menyematkan rambut palsunya cepat sembari memastikan penampilannya pagi itu terlihat sempurna pada cermin persegi besar. Bergegas keluar, tangannya menyambar vest berwarna coklat yang tergantung di coatracks dekat pintu kamar.
Di ruang makan sekaligus dapur, Nyonya Watts sudah duduk menunggu di kursi favoritnya dekat jendela sembari memakan sarapannya. Tampaknya hidangan untuk James juga sudah tersaji.
James menenggak susunya sambil berdiri.
"Perlahan!" ekspresi Nyonya Watts berubah khawatir saat menyaksikan James menaruh kembali gelas kaca yang nyaris kosong.
"Aak ... per ... bye Mom!"
James tidak sempat berbasa-basi. Pria berumur dua puluh itu menggigit dan menahan potongan pizza di antara giginya dan mencium pipi Nyonya Watts yang baru saja berdiri setelah menghabiskan sarapannya.
"KAU!" teriak Nyonya Watts pada James yang menuju pintu depan -- sembari membersihkan sisa saus tomat yang menempel di pipi.
Wanita itu terlihat bersemangat memarahi bayi kecilnya yang sudah dewasa. Walau begitu percakapan pagi itu telah usai setelah lambaian tangan dari James, tepat sebelum pintu itu ditutup.
"Hati-hati ...."
***
Langkah ringan dan tubuh kurus James, membawa pemuda itu melewati kerumunan dengan mudah.
"Yakkss ...." teriakan Bu tua Grey saat James mencolek pinggulnya. Seperti biasa, Pak tua Grey diam-diam tertawa di sudut toko saat wajah istrinya berubah merah padam. Sialnya sebelum wanita tua itu menoleh, James sudah tiba di depan toko buah Tuan Brown di ujung pasar.
"Terima kasih, Tuan Brown!"
"Hey pencuri, aku tidak berkata aku akan memberimu itu!"
Sebuah apel sudah berpindah ke tangan James dari rak pajangan kayu. Pelanggan Tuan Brown terlihat memadati toko itu dan tentunya tidak ada waktu bagi Tuan Brown untuk mengejar dan menghabiskan waktunya yang berharga untuk seorang pencuri apel.
"Hey, pagi! Apakah pertunjukan semalam menyenangkan?"
Sebuah tepukan ringan mendarat di rompi vest milik James saat ia keluar dari area pasar. Thomas Savery, temannya sedari kecil dan lebih pendek -- berusaha menyamakan langkahnya dengan James. Thomas tinggal di bangunan setinggi tiga lantai dari batu bata coklat yang baru saja mereka lewati.
"Kau terlambat Thomas!"
"Cuaca begitu dingin, aku malas bangun."
Hujan gerimis sejak dini hari membuat sepatu hitam setinggi lutut milik keduanya kotor -- terciprat noda air berwarna coklat dari jalanan conblock pasar Newtown yang becek. Mereka biasanya memang selalu ketemu di tengah jalan seperti tadi. Apalagi keduanya saat ini bekerja di pabrik roti yang sama milik Tuan Charles.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asthaeri Steampunk Tech G. Challenge
Science Fiction"This is Ghrunklesombe. Welcome to Asthaeri Steampunk Tech G. Challenge. Sebuah tantangan yang diselenggarakan untuk membantuk writer's block. Karya-karya yang diposting di sini adalah karya-karya anggota GKBF_Indo dalam tantangan Ghrunklesombe Phan...