Menjadi orang yang terlahir di Alterium, Johan Sere tidak merasa asing dengan teknologi di benua ini. Mesin uap yang mengeluarkan desisan di setiap ruas jalan sudah seperti musik di telinganya--well, lebih ke arah angin sepoi-sepoi. Ia berjalan di jalanan Algipfe yang berbatu namun rapi dan dapat menopang orang-orang yang lewat. Tiang lampu berbaris dengan jarak yang tidak begitu jauh. Tidak heran kota ini menjadi populer di kalangan para pedagang.
Sementara aku? Aku dari Authere, baru beberapa hari ada di tempat ini. Sekarang aku sedang duduk di atap sebuah bangunan pemilik toko senjata bernama Pak Sere. Menatap ke bawah, aku meneriaki sahabatku, "Johan!"
Dengan baju putih dan rompi berbahan kulit sapi lokal; celana panjang yang sudah koyak-koyak; dan hiasan lumpur di wajahnya, ia melambai kepadaku.
Aku tersenyum sambil mengayunkan kaki di pinggiran atap. Ia menyahutiku dengan, "Halo, Paz! Tunggu aku di sana!" dan berlari ke dalam toko. Uap panas menyembur dari corong atap, mengejutkanku. Tubuhku bergetar, dan sebuah perasaan melonjak keluar dari jantungku. Buku catatan yang sedari tadi kupegang jatuh ke bawah. Untungnya Ibu Sere yang sedang menata bunga di depan toko melihat buku itu dan mengambilnya, melambaikannya kepadaku sebagai tanda: "Aku akan mengembalikannya saat aku selesai."
"Hei, Paz! Kau seperti masuk ke dalam rumah berhantu! Hahaha! Bagaimana kota Algipfe? Indah, kan?" Ia menepuk pundakku dan duduk di kananku.
Alih-alih langsung menyahutnya, aku menatap langit. Setelah beberapa saat, aku menjawab sambil bertopang pada kedua tangan di belakang punggung, "Pertama, tadi Pak Sere sedang membuat mesin senjata yang baru, lalu uapnya mengejutkanku, mungkin terjadi ledakan. Kedua, Algipfe tidak seburuk yang kubayangkan." Memang tidak buruk, hanya kota berisik dengan suara mesin uap yang tak kenal henti. Bagaimanapun, pemandangan sore hari dapat mengalahkan itu. Johan sudah terbiasa, bahkan bersiul dengan nyamannya.
Ibu Sere muncul dari pintu atap dan menghampiri kami. Wanita itu berusia 34 tahun, namun wajahnya masih seperti 28 tahun. Daster kuning dan syal putih di lehernya membuatnya sangat cantik. Dengan langkah agak cepat, ia menghampiriku dan berkata, "Paz, apakah kau bisa membantuku membuang barang-barang rongsokan? Pak Sere sedang sibuk dan rumah sangat penuh, aku sudah tidak tahan lagi."
Aku hanya mengangguk dan menghela napas. Kemudian Ibu Sere tersenyum dan turun ke bawah.
"Pekerjaan lagi, Paz, hahaha." Johan tertawa dan berdiri. Aku ikut berdiri dan memasang tampang ironi.
Memang, untuk tinggal di tempat ini, tidak bisa mendapat pelayanan 24 jam penuh; harus saling melayani. Pekerjaannya juga tidak terlalu sulit, hanya membuang sampah di tempat sampah.
Aku memasang sepatuku dan berlari sambil pamit dengan Johan, "Aku pergi dulu, Johan!"
"Hati-hati di jalan!" balasnya.
Setelah turun dari atap, aku berlari ke luar, melewati Pak Sere yang sedang sibuk di tungku pemanas. Ia sedang memukul sebuah bilah pedang dengan palunya yang besar. Aku mengatakan permisi kepadanya, dan ia mengangguk.
Ibu Sere telah menunggu di pintu masuk dengan satu keranjang penuh besi rongsokan di sebelah kaki kanannya. "Paz, tolong buang barang-barang ini, ya? Jalan saja lurus ke arah toko roti, lalu belok kiri di perempatannya, lurus di atas bukit ada tempat pembuangan sampah. Mengerti?"
Aku mengangkat keranjang itu. "Lurus, kiri, lurus lagi. Aku mengerti, Ibu Sere," kataku sebelum menggendong keranjang di punggungku.
Ibu Sere tersenyum, keriput di dahinya menampakkan diri. Ia berkata, "Baiklah. Kalau kau sudah selesai, pulanglah, aku sedang menyiapkan masakan paling populer di kota ini! Jangan kau biarkan makananmu dingin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Asthaeri Steampunk Tech G. Challenge
Science Fiction"This is Ghrunklesombe. Welcome to Asthaeri Steampunk Tech G. Challenge. Sebuah tantangan yang diselenggarakan untuk membantuk writer's block. Karya-karya yang diposting di sini adalah karya-karya anggota GKBF_Indo dalam tantangan Ghrunklesombe Phan...