Sebuah pagi yang cerah menyambut hariku. Aku terbangun di kamar istana yang telah kulihat beribu kali. Sinar matahari masuk melalui jendela tengah, tempat pintu balkon lantai dua bagian barat istana Far-Coast Kingdom terpasang.
"Pangeran! Pangeran Arles! Baginda telah menunggumu di ruang makan."
Seorang pelayan, Lisa, yang tingginya hanya sepinggang dari tubuhku, membungkukkan tubuhnya. Sarapan pagi, biasanya ayahku tidak ikut sarapan. Aku ayunkan jariku, memberi tanda bagi pelayan itu untuk membuka bajuku dan memakaikan pakaian baru. Setelah tubuhku telanjang, pelayan itu hanya menatap sebentar lemari pakaian di kanan, lalu mengambil sebuah baju cokelat, celana berwarna putih, dan jubah berwarna biru. Tubuh kekarku memiliki bekas luka di daerah sekitar jantung, yang telah biasa ia lihat. Tubuhku yang telanjang sudah biasa dilihatnya, sebab pekerjaan ini menuntutnya demikian. Setelah berpakaian, Lisa meninggalkanku keluar, dan aku mengikutinya dari belakang, berjalan dengan tegap.
Di meja makan, ayah telah menungguku. Ibu dan Silia tidak tampak, sepertinya mereka makan di kamar. Seorang wanita dengan jubah merah sedang duduk di sisi kanan meja panjang bertaplak sama seperti jubah itu. Lilin gantung yang sangat besar menyinari ruangan ini.
"Ah! Arles! Anakku! Duduklah di sini." Ia menyambutku dengan senyuman lebar di wajahnya yang tua dan penuh bulu janggut, menunjuk ke kursi di sebelah kiri. "Wanita ini bernama Brianne Isle. Dia salah satu orang yang mendapati surat misterius tentang investigasi dari Kerajaan Alterium," katanya sambil mengambil cawan berisi air.
"Surat apa? Apakah ini tentang insiden MSV yang rusak dan memberontak?" Aku bertanya kepada wanita itu.
Dia hanya mengangguk. Wajahnya putih dengan rambut berwarna abu-abu, bibir dan hidungnya mungil, tampangnya seperti anak-anak umur tahun. Rambutnya panjang dan dikuncir. Ia menatapku tajam. "Ayahku telah dibunuh ... salah satu dari mereka ... Jules ... laboratorium...."
Gaya bicaranya menggangguku, namun jika memang benar, aku tidak bisa menyalahkannya.
Ayahku memotong pembicaraan ini, "Ahem! Ayah ingin kau menemaninya untuk mencari ... laboratorium tempat ayahnya dibunuh. Ayahnya yang menerima surat itu, dan meninggalkan surat untuk Brianne. Surat yang berisi catatan kecil ayahnya menunjukkan bahwa ia sedang menginvestigasi sebuah laboratorium."
"Lalu?" Kata itu secara refleks terlontar dari mulutku. "Bukankah itu berarti ayahnya belum tentu dibunuh?"
"Ayah ... kepala ... ruang tamu...."
Empat kata yang dibutuhkan untuk menyadari betapa terguncangnya wanita ini. Wajahnya yang menampilkan tampang datar sangat baik dalam menyembunyikan guncangan yang ia rasakan di dalam jantung itu. Aku telah memutuskan..., kita harus ke laboratorium itu.
"Di mana letak laboratorium itu?"
Ayahku menjelaskan bahwa ayah Brianne mengirim surat itu dari kota Gioque, maka aku setuju untuk membantu Brianne dan memulai ekspedisi ke Gioque.
Pagi harinya, ayahku memberikanku sebuah kotak. Kotak yang berwarna biru laut, dengan pegangan yang terbuat dari plastik, dan tombol di bagian tengah kotak itu. Ia berkata, "Itu adalah Paket Transportasi. Buka, dan sebuah alat transportasi sesuai keinginanmu akan muncul."
-----
Dengan kereta uap yang membentang dari Kerajaan Far-Coast hingga Kerajaan Alterium, kami sampai dalam waktu tiga hari. Di sana, kami bertanya-tanya tentang MSV atau orang yang mencurigakan melewati Gioque. Mereka bilang bahwa tiga MSV melewati kota ini beberapa hari yang lalu dan mengarah ke Pulau Ruse. Karena hari telah malam, aku dan Brianne menginap di penginapan lokal. Kota yang secara mengejutkan hanya memiliki sedikit mesin uap yang dipakai, seperti teknologi mereka masih tradisional.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asthaeri Steampunk Tech G. Challenge
Science Fiction"This is Ghrunklesombe. Welcome to Asthaeri Steampunk Tech G. Challenge. Sebuah tantangan yang diselenggarakan untuk membantuk writer's block. Karya-karya yang diposting di sini adalah karya-karya anggota GKBF_Indo dalam tantangan Ghrunklesombe Phan...