[6]

4.9K 592 9
                                    


"Tama." Cegat Thaya seraya menyusul langkah Tama.

Tama. Bukan lagi Tamiun seperti biasanya. Tama menghentikan langkahnya dan memutar balik badannya sehingga menghadap ke arah Thaya. "Kenapa? mau sushi?" Tebak Tama.

Kontan Thaya membesarkan matanya dan menatap Tama bingung.

"Nggak ada sushi buat lo."

"Ya semuanya karena lo juga." Telak Thaya.

Alis Tama terangkat sebelah. "Karena gue?"

"Iya. Coba kalau lo nggak aneh kayak kemaren, mungkin kita bisa makan sushi bareng hari ini." Jawab Thaya cukup panjang.

Tama tertawa hambar. "Jadi, cuma karena sushi?"

Thaya menghela nafasnya panjang-panjang, "Bukan sushi topik utamanya. Gue mau bahas yang kemaren."

"Bukannya udah jelas?"

"Jelas darimananya?"

"Gue udah bilang kan. Gue nggak setuju." Balas Tama dengan penekanan pada suaranya.

"Tapi lo pergi gitu aja setelahnya. Lo pikir enak?" Balas Thaya jauh lebih kesal.

"Jadi, lo marah?" tanya Tama.

"Ya jelas, nggak usah lo tanya." Jawabnya lalu, melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo sebenernya nganggep gue apa sih?"

Saat itu pun, raut wajah Tama memudar menjadi datar. Pertanyaan terakhir Thaya, cukup membuat sekujur tubuhnya seketika kaku.

"Jawab gue, Tama." Tegas Thaya.

Tama. Batinnya. "Lo belom bilang putus kan?"

Pada saat itu pula, Thaya menatap Tama lurus dan seakan-akan lidahnya kelu untuk kembali membalas.

"Kenapa diem?" Tanya Tama. "Atau ... itu yang lo mau?"

Seketika, Thaya menegakkan kepalanya dan membulatkan matanya. "Kok lo berasumsi kayak gitu sih?"

"Ya makanya jawab dong, Thaya."

Thaya. Batin Thaya mengulang panggilan Tama.

Tanpa menjawab lagi, Tama merogoh isi kantung plastik kecilnya yang sedari tadi menggantung di tangannya. Kemudian, ia mengeluarkan kotak berisi sushi isi enam, dan menyodorkannya kepada Thaya.

"Makan sendiri ya. Gue nggak mau kita malah makin berantem kalau ada di satu ruangan." Ujarnya.

Thaya hanya tersenyum tipis. Ia menolak. "Nggak perlu. Gue juga mau pergi."

"Kemana?" tanya Tama sedikit terkejut.

"Ketemuan sama Prita," Jawabnya. Tetapi, menadapati wajah Tama yang cukup bingung ... mungkin Thaya lupa menceritakan siapa kah Prita. "Dia yang milih naskah gue."

Saat itu pula, Tama yakin seratus persen kalau ia ingin mematahkan stik drum nya hari ini.

#

a.n

Next chap mungkin bakalan keliatan apa masalah mereka kedua ya!

Thanks yg udah mau baca+vote+comment!

Brought It To An EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang