[4] Thaya

6.3K 654 18
                                    


Sudah sekitar setengah jam, Thaya berbicara dengan Mahesa melalui video call. Karena, ia tahu Mahesa lah yang paling tahu tentang masalah-masalah seperti ini.

Tapi dugaan Thaya kali ini salah. Karena, kali ini bukan sesi curhatnya. Melainkan sesi curhatnya Mahesa yang rupanya tengah ada masalah juga dengan Kafi.

Thaya menopang dagunya dengan tangannya, sembari mendengarkan curhatan Mahesa yang malah membuatnya semakin kacau.

" ... Udah gitu ya, Kafi nya juga cuma diem doang. Gimana gue nggak gregetan kan? Jadi, bukan salah gue dong kalau gue marah? ya kan?"

Thaya tidak bergeming. Ia masih menatap Mahesa, walaupun pandangannya justru terlihat kosong.

"Ya." Sahut Mahesa yang menampakkan wajahnya yang bingung. "Lo dengerin gue nggak sih? Aya? Thaya?"

"H–hah? Kafi? iya, kenapa Kafi?" Ucap Thaya tiba-tiba, ia pun mengerjapkan matanya.

Mahesa mengerutkan keningnya. "Gue udah ngejelasin dari ... setengah jam yang lalu lho, Ya. Lo nggak ... dengerin gue ya?"

"Hah? Sumpah?!" Pekik Thaya seketika. Apakah segitu melamunnya sampai ia tidak menyadari?

"Aya! Suara lo!" Kini terdengar teriakkan dari luar kamarnya. Tentunya suara itu milik kakaknya. Oh tepatnya, kakak tirinya. Audila.

Tenang, dia bukan kakak tiri seperti miliknya Cinderella.

Thaya kontan menutup mulutnya dan kembali menatap Mahesa dengan tatapan bersalah.

"Sorry deh, Hes ... yaudah ceritain intinya deh ...," Rujuk Thaya.

Mahesa menghela nafasnya sesaat lalu kembali bicara, "Mending lo yang cerita, Ya. Lo kenapa?"

"Biasa aja kok. Lo aja." Balasnya.

"Ih, serius gue, Athaya."

"Gue juga serius, Mahesa."

Mahesa sedikit menyipitkan kedua matanya dan menatap ke arah Thaya dengan tatapan menyelidiki. "Gue tebak ... Tama?"

Saat itu pula, Thaya mengerucutkan bibirnya dan menelengkupkan wajahnya di balik tangannya. Kemudian ia mengerang. "Ah ... gue kesel!" Keluhnya sembari memukul pelan meja belajarnya.

"Tuh kan! Cerita dong, Ya ..."

Thaya menegakkan kepalanya kembali. "Dia ngeselin abis, Hes! Gue tau dia emang orangnya kalem-kalem dingin gitu. Tapi ... ini parah ah. Bete."

"Yang kemarin itu? Lo pulang duluan, Ketemu dia kan?"

"Iya, kemaren ... iya, pulang duluan ... iya, gue ketemu dia." Jawab Thaya lalu, kembali menelengkupkan kepalanya. "Ah! gue butuh Emar Gue mau cerita ke dia." Teriaknya dalam telengkupnya.

"Terus ...? sekarang gimana? Chat nggak?"

Thaya mengangkat kepalanya lalu, menggeleng cepat. "Dan sialnya enggak woi! Parah banget kan ...,"

Mahesa mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kok lo ngangguk-ngangguk sih, Hes?! Lo setuju ya kalau dia nyuekin gue gini?" Tanya Thaya sedikit sebal.

"Eh? bukan gitu! Sumpah!" Sergah Mahesa cepat. "Gue ... gue telfon Kafi deh. Nanya saran."

"Katanya lo lagi marahan sama dia!" Tukas Thaya langsung.

"Oh iya, ya ... kok gue lupa sih." Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Yaudah ah, gue mau revisi naskah dulu." Ucap Thaya sembari mengganti layar laptopnya menjadi dokumen naskah miliknya yang siap ia revisi.

"Sejak kapan lo punya tampang sok intelek dan ngucapin kata revisi dan naskah dalam satu kalimat? Biasanya, kalau lo bilang revisi yang beriringan dengan nilai matematika lo ..."

"Duh, Hes. Lo ngomong nggak usah berbelit-belit ya."

"Lo nulis?"

"Ini nih penyebab Tama jadi dingin kayak es balok."

"Ah lo, cerita setengah-setengah." Komentar Mahesa. "Eh bentar, Ya." Thaya menekan kembali video call nya dengan Mahesa. Rupanya perempuan itu seketika hilang. Kemana lagi?

Thaya mengedikkan bahunya, lalu beralih membuka dokumen naskahnya kembali. Bahkan kalimat pertama saja sudah dimulai oleh namanya.

Tama.

Thaya memejamkan matanya sesaat. Namun tidak lama, karena kini dentingan ponselnya terdengar. Kepalanya segera menoleh ke arah ponselnya yang tengah menampilkan notif baru.

Tamiun: Gue mau beli sushi.

Thaya menghela nafasnya pendek. Kini perutnya serasa berteriak seraya dirinya membaca kata sushi.

"Aya! Gue hitung sampai tiga!" Suara Tama menggelegar dari luar pintu kamarnya.

#

a.n

Haii!

Makasih udah mau baca yaa
Kalau suka, jangan lupa vommentsnya!

Brought It To An EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang