Bonus Chapter [1]

5.4K 484 22
                                    


Hari sudah malam, membuatnya harus mengitung mundur kembali, mengingat jatahnya liburan sudah tinggal sedikit.

Tidak butuh untuk berpikir panjang dan menimbang-nimbang kemana destinasinya untuk berlibur, ia langsung memilih untuk pulang.

Ekspetasinya, ia akan pulang dan melakukan semuanya sendiri. Dalam artian, ia akan pulang sendiri dan berharap menyelesaikan masalahnya sendiri juga.

Namun, ia harus menyingkirkan ekspetasinya saat tahu kakak perempuannya dan juga Ibunya, ingin pulang. Ya, bukan masalah besar juga baginya.

Tapi, kali ini bukan hanya waktu liburan yang menipis, yang membebani pikirannya hari ini.

Melainkan, sebuah janji.

Membuatnya kembali berekspetasi, kalau Thaya tidak akan muncul lagi dihadapannya setelah pertemuannya waktu itu.

Pertemuan setelah bertahun lamanya, namun memberi kesan tidak baik.

Dan Tama ... menyesali hal itu.

Ia menyesal pulang.

#

"–Eh? Ngapain lo ngajakin gue ke hotel gini? Mau macem-macem ya?" rentetan kata-kata dari mulut kecil Audi lantas membuat Tama hanya memutar kedua bola matanya asal.

"Umur udah hampir kepala tiga, masih aja bawel." Tukas Tama sambil melangkah cepat masuk ke dalam sebuah hotel yang kali ini menjadi tujuan destinasinya dengan Audi, untuk hari kelima kunjungannya kembali ke Indonesia.

"Oh! Ini yang disuruh mama ya?" Tanya Audi sambil menatap ke sekelilingnya, banyak papan selamat akan peresmian hotel baru, dan sekawannya.

Tama hanya mengangkat bahunya sekilas, tidak tahu-menahu. Karena tujuannya datang kesini hanya mengantarkan makhluk yang ada di sampingnya ini, lalu ia bebas pergi.

"Tam! Diem aja, sih!" Kesal Audi sambil menepuk pundak adik satu-satunya itu. "Gue nanya tau." Lanjutnya sambil mendengus kesal.

Tama melirik kakak perempuannya itu, "Lo naik lift ke lantai lima ya, Di. Nanti lo belok kiri, ada lorong. Lo jalan terus aja gitu, sam–"

"Lho... apa-apaan?!" Potong Audi cepat. "Kok lo ngasih gue intruksi? Jangan-jangan lo mau ninggalin gue ya!" Ia menunjuk wajah Tama seolah, Tama adalah tersangka yang telah melakukan kesalahan besar.

Tama menyingkirkan jari telunjuk Audi tersebut. "Gue mau pergi, Didi." Ia menekankan kata Didi tadi. Ya, beberapa tahun belakangan ini, akhirnya ia menemukan panggilan yang menyebalkan bagi Audi.

Lantas sebuah pukulan pun merambat pada lengan Tama. Cukup perih sepertinya, karena lelaki itu baru saja meringis. "Lo emang mau kemana?" Audi menatap Tama lekat-lekat.

Tama membuang wajahnya, enggan mendapati tatapan Audi tersebut. "Ada lah." Ia menghela nafasnya pendek sebelum kembali melanjutkan, "Ngerti 'kan yang tadi? Pokoknya kalau lo sampai nyasar, tinggal tanya."

Meski berat sebenarnya membiarkan adiknya ini untuk pergi begitu saja, namun dari sorot mata Tama ... Audi yakin, ya sangat yakin kalau adiknya itu pasti akan menemui seseorang. Ya, Audi bisa menebak itu dalam sekejab. Percaya lah.

Brought It To An EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang