Part 4

33.7K 2.4K 11
                                    

"Lo kenapa sih Rit, pagi-pagi udah cemberut aja?" Tanya teman sebangku Rita. Semenjak Rita menginjakkan kaki dikelas, Wajahnya terlihat kesal.

"Sebel gue, Papa sama Tante Qila liburan ke Bali dan ngga ngajak gue." Sahut Rita dengan marah.

"Ya mungkin aja mereka mau liburan berdua doang ngga ada yang ganggu."

"Ritaaaaaaaaaa gue udah nemu nih instagram tante Qila." Gadis yang kemarim berbandana pink tiba-tiba datang dan langsung teriak. Dia menunjukkan handphone pintarnya kepada Rita.

"Ih Bela lo niat banget sih." Kata teman sebangku Rita. Gadis yang dipanggil Bela pun tak peduli.

"Ih gilaaaa cantik banget Mama lo sumpah. Liat nih salah satu postingannya." Bela menunjukkan salah satu foto dan berdecak kagum. Di foto itu Aqila sedang selfie dan tersenyum. Hanya itu. Tapi dapat membuat semua mata terperangah. "Gila ya udah putih, rambut panjang, langsing, Melody JKT 48 aja kalah kali!"

"Udah ih lebay banget sih lo." Kali ini Rita yang menyahut. Tapi dia penasaran juga dengan apa komentar followersnya Aqila. Rita mengklik tombol komentar disana.

@rinashaaaay Qila lo belum pulang?

@putry12_  La bisa kali cantiknya bagi-bagi

@vegaaadi  Qila follback dong

@aqilabelindaa  pulang kemana? @rinashaaaay // bisa-bisa nih ya aku kirim @putry12_

@rinashaaaay  pulang ke khayangan wkwk

@aqilabelindaa  selendangnya udah dijual say buat beli beras haha

"Udah nih, simpen handphone lo dari pada ketauan guru terus disita." Kata Rita dan langsung memberikan handphone Bela padanya.

"Mama lo ngehits banget ya ternyata, gue minta follback ah." Ucap Bela lagi.

"Serah."

****
Pukul 8 Raihan dan Aqila menuju Bandara Soekarno-Hatta. Taksi meluncur tak begitu cepat karena jalanan ibu kota yang padat. Pukul 8.45 mereka sampai bandara. Keduanya berjalan beriringan memasuki terminal dua keberangkatan. Jemari tangan Raihan tak lepas menggenggam jemari Aqila. Bagai ingin menunjukkan kepada dunia kalau Aqila adalah miliknya sekarang. Mereka sudah sah menjadi suami istri.

Raihan melihat arloji yang ada di tangannya. Masih satu jam lagi pesawat yang mereka tumpangi take off. Raihan memutuskan untuk duduk di kursi yang berada di dekat mereka dan diikuti oleh Aqila. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa ada yang berniat memulai percakapan.

Hingga semuanya berlalu dan terdengar suara pemberitahuan kalau pesawat yang mereka naiki akan segera take off.

Sekitar 45 menit pesawat landing di bandara Ngurah Rai, Bali. Raihan langsung memesan taksi dan menyebut alamat salah satu hotel di sana. Dilihatnya Aqila yang duduk disampingnya sedang memejamkan matanya.

"Ngantuk hmmm?" Tanya Raihan.

"Iya, semalem kan baru bisa tidur setengah dua." Jawab Aqila tanpa membuka matanya sedikitpun. Dia terlalu mengantuk dan juga lelah akibat perjalanan ini.

Tangan Raihan meraih kepala Aqila dan menyandarkan ke dadanya. Deru napas Aqila mulai teratur. Raihan membenarkan rambut yang menutupi wajah istrinya kebelakang telinga Aqila dan mengecup puncak kepala Aqila. Wangi shampo bekas Aqila keramas tadi pagi pun masih terasa di indra penciuman Raihan. Wangi yang seakan menjadi candu untuknya.

"Yang, bangun udah sampai." Raihan menepuk-nepuk pipi Aqila. Aqila menggeliat disamping Raihan. Tangannya menutup mulutnya yang sedang menguap. Kesadarannya belum ada sepenuhnya.

"Maaf ya Mas aku ketiduran." Ucap Aqila dengan suara yang serak akibat habis bangun tidur.

"Iya ngga pa-pa."

Tangan Aqila memeluk tangan Raihan agar kalau nanti dirinya terjatuh ada Raihan yang menahannya. Pasalnya kesadaran Aqila belum penuh. Tangan yang satunya pun masih mengucek-ngucek kedua matanya.

Mereka disambut oleh beberapa pegawai hotel yang mengenakan seragam khas pakaian Bali. Kentara sekali nuansa Bali di hotel ini. Pikir Aqila.

"Selamat siang Pak Raihan." Salah satu karyawan hotel menyapa Raihan. Aqila bingung sendiri, kenapa tahu dia tahu nama suaminya.

"Siang.." Raihan membalas dengan senyum ramahnya. Dan langsung menuju meja Receptionist. Aqila memutuskan untuk menunggu Raihan di kursi dekat lobi saja.

"Pernah kesini ya, Mas?" Tanya Aqila mengeluarkan kebingungannya.

"Sering.."

"Ha??" Aqila terkejut. "Jangan-jangan kamu sering check in hotel sama wanita-wanita—"

"Yak! Ini otak jangan buat mikir macem-macem deh," Raihan menoyor kening Aqila dengan jari telunjuknya, "aku bukan tipe laki-laki yang suka jajan."

Ting...

Tepat selesai Raihan berbicara, pintu elevator terbuka. Mereka memasukinya. Raihan memencet tombol 3 pada deretan nomer yang ada disamping pintu.

***

"Waaawww." Aqila berdecak kagum setelah membuka gorden jendela yang di depannya. Kamar yang mereka pesan memang langsung menghadap pantai. Desir ombak terlihat indah menyapu pasir putih dan membawanya hilang. Dan juga ada kolam renang, seakan menyatu dengan pantai.

Raihan berjalan mendekat kearah Aqila. Setelah sampai, dipeluknya tubuh mungil Aqila dari belakang. Kepalanya diletakkan di bahu Aqila. Aqila menggeliat saat merasakan napas Raihan dilehernya. Seluruh tubuhnya terasa memanas akibat sentuhan ringan yang diberikan Raihan.

"Sekarang aku ngerti, kenapa dalam islam dilarang berduaan dengan yang bukan muhrimnya." Ucap Raihan yang setengah berbisik di telinga Aqila. "Memang kenapa Mas?"

"Takut ngga bisa nahan diri."

Aqila terkekeh dengan jawaban Raihan. Namun detik berikutnya dia terdiam dan pipinya bersemu merah karena sesuatu yang lembut menyentuh pipinya.

"Aku mau ke pantai Mas." Aqila berusaha melupakan segala obrolan mereka yang membuat pipinya merona, dan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia langsung mengganti topik pembicaraan. Namun ketika kepalanya menoleh ke kanan, hidungnya malah bertemu dengan hidung Raihan. Raihan segera memutar tubuh Aqila untuk menghadapnya. Jarak keduanya sangat dekat. Hingga Aqila bisa merasakan deru napas Raihan di pipinya. Aqila memejamkan mata. Entah apa yang akan dilakukan Raihan setelah ini Aqila hanya pasrah. Tapi, lama Aqila menunggu, tak ada sesuatu yang menyentuh sekitar bibirnya. Ups Aqila buru-buru menepis pikiran itu.

"Aku akan bawa kamu ke tempat paling indah, Qila." Raihan berbisik lagi di telinga Aqila. Seakan tak ada yang boleh untuk mendengarnya. "Kemana?" Tanya Qila.

Kepala Raihan menghadap ke sebuah benda yang mendominasi kamar itu. Benda itu berada di seberang tempat mereka berdiri sekarang. Ranjang king size milik hotel. Aqila yang tahu maksud Raihan langsung menghadiahi cubitan diperut Raihan yang langsung membuat Raihan meringis. Sedangkan Aqila malah tersenyum puas melihat Raihan kesakitan.

Tapi bagi Raihan cubitan itu tak berarti apa-apa saat melihat senyum diwajah istrinya. Dia suka senyum itu. Dan Raihan merasakan buncahan kebahagiaan yang meliputi hatinya saat ini. Kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Bahagia itu sederhana bukan?

"Boleh aku—" Raihan tak melanjutkan kalimatnya. Dia tersenyum dengan kerlingan mata nakal dan Aqila mengerti maksud dari senyuman yang diberikan Raihan.

Aqila mengangguk dan tersenyum kepada Raihan. Namun belum saja Raihan menyentuh Aqila lagi, pintu kamar mereka diketuk. Aqila terkekeh saat melihat Raihan mengacak rambutnya frustasi dan melangkahkan kakinya menuju pintu.  Ketukan itu berasal dari room servise yang mengantarkan makan siang kepada mereka.

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang