Part 25

26.6K 1.8K 27
                                    

Raihan tengah berdiri di atas panggung, bersama dengan ketiga personel Band yang biasa ada di cafe di tempat Aqila bekerja. Ia membisikkan sesuatu kepada laki-laki berambut gondrong yang tengah memegang bass. Seketika laki-laki itu mengangguk bersamaan dengan kedua temannya. Raihan bisa melihat para pengunjung yang menatapnya dengan penasaran. Mungkin ada beberapa yang melihatnya dengan pandangan aneh.

"Cek..cek..." Raihan bersuara di depan mikrofon alih-alih menghilangkan rasa geroginya. Padahal ia telah terlatih public speaking namun mengapa saat ini berbeda?

"Selamat malam... Saya Raihan, izinkan saya mempersembahkan sebuah lagu untuk istri saya yang sedang ngidam."

Seketika tepukan tangan para pengunjung memenuhi cafe itu. Para pengunjung wanita menatapnya dengan penuh kagum. Dan macam-macam komentarpun sempat terlontar.

"Gilaak suamiable banget." Kata salah satu pengunjung cafe wanita yang memakai dress pink kepada temannya. Dan dibalas dengan anggukan setuju oleh temannya.

"Yaampuuun satu kek sisain kayak gini."

"Kayaknya tadi aku ngga liat dia dateng sama perempuan deh Teh. Istrinya yang mana sih?" Kali ini suara berasal dari Heni yang tengah berdiri di samping Aqila. Heni mengitari pandangannya ke sekitar cafe. Tidak ada yang wanita yang duduk sendirian, kebanyakan pelanggannya datang bersama teman-temannya atau minimal berjumlah dua orang. Aha!

"Teh lihat deh," Heni menunjuk ke salah satu bangku, kebetulan di sana manager mereka tengah memperhatikan Raihan dengan pandangan kagum. Aqila mengernyitkan dahinya tak mengerti maksud Heni. "Jangan-jangan Bu Lidya yang jadi istrinya."

Heyyyy bukan dia istrinya, tapi aku!!

Ups. Apa Aqila tengah sepenuhnya menerima Raihan kembali? Aaah nyatanya sejak awal Raihan memang yang selalu dia rindukan. Challenge ini dia berikan supaya Raihan tidak seenak udelnya pergi meninggalkan dirinya begitu saja. Biar tahu rasa!

Engkau bagai air yang jernih
Di dalam berkas yang berdebu

Aqila mengerjapkan matanya berkali-kali karena saking terkejutnya. Seorang Raihan? Bisa menyanyi di hadapan umum untuknya. Padahal selama ini Raihan termasuk pria yang tidak suka bercanda, pembicaannya selalu serius. Tapi hari ini? Raihan benar-benar melakukannya untuknya. Satu yang dia tak ketahui tenang Raihan, kalau suaminya itu bisa menyanyi. Suaranya bass dan terkesan laki-laki banget.

Zahirnya kotoran itu terlihat
Kesucian terlindung jua.

Cinta bukan hanya di mata
Cinta hadir di dalam jiwa
Biarlah salah di mata mereka
Biar perbezaan terlihat antara kita.

Aqila melirik ke arah Lidya saat managernya itu menyoraki Raihan yang paling kencang. Kentara sekali dari matanya kalau saat ini ia tengah terpesona dengan Raihan. Aqila geram, rasanya saat ini ia ingin sekali mencolok mata wanita itu dengan garpu agar tak melihat suaminya seperti itu.

Astagfirullah. Aqila segera beristigfar. Satu tangannya mengelus perutnya dan mulutnya mengucap kata "amit-amit" dengan lirih. Ia berdoa agar anaknya kelak tidak seperti dirinya yang gampang marah.

"Oke Mas aku mau nerima kamu. Tapi ada syaratnya." Pikiran Aqila melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu di dalam mobil Raihan.

"Apa itu?" Tanya Raihan dengan penasaran.

"Kamu harus mengabulkan tiga permintaan aku—"

"Aku bukan jin, La." Raihan segera memotong ucapan Aqila. Wajah Aqila langsung berubah murung, dan bibirnya ia majukan beberapa senti.

Efek hamil moodnya juga sering kali berubah-rubah seperti ini.

"Jangan buat aku nyerang kamu dan cium kamu deh La." Ucap Raihan gemas melihat ekspresi Aqila. Ia terkekeh saat Aqila dengan cepat menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, membuat rambutnya yang di kuncir ponytail bergerak-gerak. Raihan tambah gemas.

"Kamwoou harwusss.."

"Yak lepas dulu tangan kamu La, gimana aku bisa dengar coba kalau mulutnya di tutup gitu."

"Kamu harus lakuin tiga permintaanku ini dengan benar, baru aku mau kembali lagi sama kamu."

"Jangan yang aneh-aneh, La."

Aqila menyeringai, satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Pasti tantangan ke satu Raihan tidak akan menerimanya dan akan menyerah.

Bukan hayalan yang aku berikan
Tapi keyakinan yang nyata
Kerana cinta lautan berapi
Pasti akan ku renang jua.

Dan musik berhenti. Raihan menyelesaikan satu lagu full tanpa cela. Perkiraan Aqila salah besar ternyata. Raihan bisa melewati tantangannya dengan sangat mudah. Tapi hati kecilnya seperti sedang tumbuh bunga-bunga yang sedang bermekar. Kalau Raihan bisa dengan mudah menyelesaikan tantangannya, maka dengan otomatis ia akan cepat kembali menjadi istri Raihan. Aaah sepertinya ia harus mengubah tantangannya menjadi semudah mungkin. Lagi pula tantangan itu hanya formalitas saja, agar ia mempunyai harga diri di depan Raihan. Nyatanya ia memang sudah tidak punya harga diri lagi di hadapan suaminya itu. Aaaarghh..

"Betewe, umur memang ngga bisa bohong ya. Dia ngasih lagu tahun 97 padahal saat itu aku masih usia 3 tahun ck.. Ck.."

"Terima kasih..." Ucap Raihan bersamaan dengan suara gemuruh tepukan tangan dari seisi cafe. Bukannya turun, Raihan masih berdiri mematung di panggung. Dalam hati, Aqila berdoa kalau suaminya itu tidak akan bertingkah memalukan.

"Teh dia ngeliat ke arah sini, teh." Kata Heni. Gadis di sebelah Aqila jadi salah tingkah. Tangannya sibuk membenarkan rambutnya sendiri.

Heni benar, Raihan memang tengah memandang ke arah mereka, lebih tepatnya ke mata Aqila. Pandangan mereka bertemu. Aqila memberi isyarat agar Raihan tidak berlaku aneh, dan langsung turun. Namun Raihan tetap tak peduli.

"Hm.." Raihan berdehem, seisi cafe jadi sunyi lagi seakan Raihanlah yang menjadi guest star malam ini. "Untuk istriku, Aqila Belinda. Forgive me, please.."

"Teh kok dia tau nama teteh?"

Aqila menggigit bibir bawahnya, "mati. Mati. Mati." Mata bulat Heni semakin membesar, dan mengintimidasi dirinya. Pasti setelah ini ia akan di paksa untuk bercerita kepada gadis itu.

********

"La, sini aja dulu. Jangan pergi." Raihan menarik tangan Aqila saat Aqila berdiri dari bangkunya. Aqila mendengus, "aku lagi sibuk, Mas. Kerjaan aku banyak di dapur."

"Kalau kamu dimarahi, aku yang akan bilang sama manager kamu."

"Mas..." Aqila memandang Raihan dengan menunjukkan puppy eyesnya. Di pandang begitu, Raihan jadi tak tega, dan melepas tangan Aqila meski dia sebenarnya tidak rela. "Aku tunggu sini sampai kamu pulang."

"Terserah kamu saja deh Mas." Aqila langsung berjalan tak memedulikan Raihan lagi.

"La.." Baru lima langkah suara Raihan kembali di dengarnya. Aqila membalikkan badannya, "apalagi sih Mas?" Tanya Aqila.

"Jangan capek-capek. Kasihan dedek bayinya."

Uluh uluuuuuh baru nyadar ye Mas? Kemana aja?

Tapi biar bagaimanapun, Aqila tetap tersipu. Sebuah senyuman mengembang di bibirnya sambil membalikkan badannya lagi. Aqila tidak ingin Raihan melihat senyum malu-malunya.

*******

Masih ada dua permintaan Aqila lagi yak. Jadi ini bukan End.

Selamat tahun baluuuuuuuuu :)

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang