Part 22

23.5K 1.9K 71
                                    

"Pa ayo cepet!" Rita menghampiri Raihan yang masih berada di kamarnya. Dilihatnya Raihan tengah terburu mengancingi kemejanya.

"Iya sabar, sabar."

"Cepetan Pa, aku harus berangkat lebih awal buat glady bersih dulu."

"Iya."

Raihan mengambil sedikit pomade yang ada di meja rias, kemudian menyisir rambutnya dengan cepat. Setelah selesai ia mengambil kunci mobil dengan tergesa setelah memakai jas formalnya.

"Bagaimana penampilan Papa?" Tanya Raihan ketika menuruni anak tangga yang tersisa. Rita melirik sekilas dan membalas, "Not bad. Lagi juga siapa yang mau sih liat penampilan Papa?"

Raihan menyeringai. Sudut bibirnya tertarik ke atas. "Siapa tahu ada yang nyantol kan?" Raihan terkekeh.

"Dasar playboy cap ikan teri! Aku ngga mau punya mama baru. Aku pingin Mama Qila. Titik!"

Sejenak keduanya diam. Hanya ada suara deru mobil, karena Raihan telah menstater mobilnya.

"Hm, Pa." Rita diam sejenak untuk menghilangkan rasa canggungnya. "Kasian Mama Qila, dia harus kerja. Kenapa sih Papa ngga jemput Mama pulang?"

Raihan terkejut saat mendengar Rita berbicara seperti itu. Namun rasa terkejutnya hanya beberapa detik saja dan Raihan berhasil mengontrol dirinya kembali.

"Aku sayang sama Mama Qila." Gumam Rita lirih, namun masih bisa terdengar oleh Raihan.

Papa juga.

Raihan diam tak menjawab apapun pertanyaan dari Rita. Rita seperti berbicara dengan angin. Tapi diam-diam Rita tersenyum. Semoga rencananya kali ini bisa berhasil mempertemukan keduanya.

=======

Suasana sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa orang yang baru datang. Acaranya memang akan di mulai jam 9 nanti, sedangkan saat ini baru jam 7.

Raihan mengamati sekitar, panggung sudah terpasang sempurna di lapangan utama beserta sound system yang berada di samping panggung. Bangku-bangku untuk wali murid juga sudah rapi. Raihan memilih duduk di bangku sebelah pinggir.

"Papa tunggu sini dulu ya, aku mau latihan choir sebentar." Ucap Rita kemudian berlalu pergi.

Tak terasa acara sudah di mulai. Acara di buka dengan dua MC, satu laki-laki dan satu perempuan. Kemudian MC mempersilakan hadirin untuk berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Dari barisan tim choir Rita mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mencari sosok yang paling ditunggunya. Namun nihil, orang yang di carinya masih belum nampak. Dari pandangannya ia melihat ke arah Raihan, bangku sampingnya masih kosong. Apa mungkin Mama ngga akan hadir? Tapi Mama kan sudah janji. Ucap Rita dalam hati. Ada raut kecewa di wajahnya yang berhias make up.

"Acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan. Sambutan pertama adalah dari kepala sekolah—"

Suara MC menggema bersamaan dengan iPhone Raihan yang berdering. Raihan segera bangkit dari duduknya dan mencari tempat yang sepi. Raihan segera mengangkat telpon itu dari nomor yang tidak tertera di phonebooknya. Namun Raihan tahu, panggilan itu berasal dari imformannya.

"Halo.."

"Good job, saya senang dengan kinerja kamu."

"Intai dia dari jauh, tapi jangan ketahuan."

"Saya tunggu berita lainnya."

Iya. Raihan menyewa seorang informan untuk mencari tahu dimana keberadaan Aqila. Ia menyuruh informan itu untuk terus mengawasi Aqila. Mulai dari kemana Aqila pergi, dengan siapa, apa yang Aqila lakukan. Sedikit gila memang, tapi itulah caranya untuk melindungi Aqila saat ia tak berada di sisinya.

Tak lama kemudian iPhonenya kembali berdering. Kali ini dari sekretarisnya. Lalu Raihan segera bergegas pergi ke parkiran tempat di mana mobilnya berada.

Beberapa detik setelah Raihan masuk ke dalam mobil, seorang wanita lewat. Ia memakai lace top berwarna putih di tambah dengan rok hitam. Rambut coklatnya ia biarkan tergerai begitu saja. Kepalanya tertunduk melihat jam tangannya, dengan setengah berlari Aqila menuju lapangan utama.

Aqila memilih deretan kursi di bagian pinggir yang kosong. Tanpa ia sadari, kursi itu adalah kursi yang sama dengan Raihan duduki. Aqila melambaikan tangannya saat pandangannya bertemu dengan Rita, dan anak itu tersenyum gembira.

Tim choir sudah selesai untuk menjalankan tugasnya. Rita menghampiri Aqila dan duduk di bangku yang masih kosong.

"Kok telat sih, Ma?" Tanya Rita.

"Iya, maaf ya. Tadi Mama loby boss Mama dulu. Susah banget buat izinnya. Di tambah jarak Bogor-Jakarta kan 3 jam sayang."

Rita mengangguk mengerti. Ia tidak mengira kalau Aqila akan segitu kerasnya untuk mengusahakan kehadirannya. Ia kembali mengedarkan pandangannya mencari Raihan, harusnya Papanya itu berada di sini, namun batang hidungnya tak terlihat sama sekali.

Rita berniat untuk menelpon Raihan, namun ia lebih memilih untuk membuka pesan yang masuk terlebih dahulu.

Rita sayang maafin Papa ya, Papa harus pergi ke kantor. Ada masalah yang penting. Nanti kamu pulang pakai taksi saja ya.

Rita menghembuskan napas kecewa. Ternyata urusan kantor lebih penting daripada dirinya. Begitu pikiran Rita. Untynglah ada Aqila yang menemani.

"Selanjutnya saya akan bacakan siswa-siswi berprestasi dari setiap kelas. Bagi siswa yang di sebut namanya harap maju ke depan bersama dengan walinya."

"Ma maaf ya Rita belum bisa jadi siswa berprestasi." Ucapnya pada Aqila. Aqila tersenyum hangat dan menatap iris mata hitam milik Rita. "Ngga papa sayang, Mama tahu kok gimana kerja keras kamu selama ini."

"Terima kasih Ma." Ujar Rita dengan tulus, kemudian memeluk Aqila.

"Nah ini yang ditunggu-tunggu. Peraih nilai tertinggi di sekolah ini. Dengan nilai mencapai sempurna yaitu 39,50. Dan ajaibnya lagi dia bukan salah satu siswa berprestasi. Dia adalah.....

Nurita Bil Kisti dari kelas 9-2"

Tepuk tangan bergemuruh hampir memekakkan telinga. Orang yang di sebut namanya masih bingung tak percaya.

"Rita itu nama kamu di panggil, cepat sana maju." Aqila mengingatkan.

"Ini serius mah namaku? MC nya ngga salah baca kan?" Tanya Rita untuk memastikan. Bisa saja kan MCnya itu salah baca, MC professional dalam ajang miss world saja bisa salah, apalagi ini.

"Nurita Bil Kisti silakan maju."

"Ma ayo ikut ma." Rita menarik lengan Aqila. "Mama?" Rita menunjuk dirinya sendiri kemudian di balas anggukan oleh Rita.

"Aku ngga mau maju kalau ngga sama Mama."

Mau tidak mau Aqila menurut. Keduanya sama-sama maju untuk menerima penghargaan dari sekolah Rita dan selanjutnya sesi foto bersama.

=========
Saran dong, happy ending or sad ending?

StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang