Heyo!
Ini masih februari kan?
Jadi gue gasalah ahahaSorry, sebenernya part ini udah lama gue tulis. Tapi gak sempat post gegara banyak tugas sama UP.
But, now, enjoy this
Autumn~Kuambil nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan dengan mata tertutup.
Mata bulat familiar didepanku kutatap tanpa kedip. Seakan hal yang akan kuucap mempengaruhi hidup seseorang.
"Gue udah maafin lo"
Tapi benarkan? Walau dalam artian lain.
Ian gak bakal hidup dengan nyaman setelah ngelakuin itu dan belom dapet maaf dariku. Dan aku tak ingin itu terjadi.
"Se..serius?" Dia menatapku tak percaya.
Aku mengangguk. Angin berhembus menerbangkan rambutku, sinar matahari sore membuat aku tidak dapat menatap Ian dengan jelas.
"Kenapa semudah itu? Seinget gue, lo bukan cewek gampangan kek gini!" Ian menatapku aneh.
"Gue emang bukan cewek gampangan. Kalo lo ngatain gue cewek gampangan, lo bakal ngerasain murka gue" aku mulai naik darah.
"Gue cuma percaya, karma itu ada dan gak ada yang bisa lari dari itu" dan bebanku terasa berkurang saat itu juga.
Bukan berarti aku sudah tidak sakit hati. Hanya saja, setelah mengatakan apa yang lo lakuin bakal balik ke elo, aku puas.
"Thanks.."
Aku menatapnya sambil tersenyum. Bukan senyum sopan yang dapat meluluhkan kaum adam, tapi senyum tulus yang jarang muncul.
"So?"
"Apa?"
"Kita bisa lebih dari sekedar temen?"
"Sorry, gue gak mau punya sahabat cowok"
"Lo punya kakak?"
I wish
"Gue anak tunggal, bodoh" aku tertawa.
"Yaudah, gue kakak lo deh"
Apa? Enak aja.
"Enggak lah! Gak sudi gue punya kakak kaya lo!"
"Terima aja. Bersyukur harusnya punya kakak ganteng kaya gue!"
"Ogah!"
Aku bangkit dan dia membuntutiku. Meneriakkan namaku, hingga siswa lain yang mendengarnya menghadiai ku tatapan bingung.
Aku biasa ditatap banya orang, tapi sekarang aku kesal menjadi pusat perhatian.
Saat aku terlalu kesal lalu berbalik, kuucapkan sesuatu yang membuatku ingin menelannya kembali.
"Iye iye gue adek lo!"
Hari ini matahari terik sekali. Panas menyengat, sehingga sepulang sekolah aku memutuskan langsung pulang.
Kulepas rompi lalu segera berbaring di sofa ruang tengah sambil bermain ponsel. Sebelumnya, tentu sudah kupastikan AC disini menyala.
Jasa layanan pariwisata yang pertama terlihat. Mataku membulat melihat harganya. Tidak melebihi 4 juta untuk tiga hari dua malam dan dua tiket pesawat.
Dimas meringsut duduk di samping kepalaku. Kulirik dia sebentar, ide gila itu menyusup ke kepalaku.
"Mas, mau liburan ga? Ada promo murah nih! Ke jogja cuma 3 koma sekian! Patungan dong!"
Dia melirikku sekilas. Lalu kembali fokus pada telefisi.
"Kalo lu bayarin gue mau" nyengir sambil menatapku"Uang gue abis buat nyogok asuransi mobil lo biar bonyok lo gaktau"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Relation
Teen FictionSMA itu bukan cuma belajar sama main. Ada teman, keluarga, dan cinta yang berkembang lebih besar dari masa sebelumnya. Tapi bagi gue list tadi belum lengkap sama dua hal paling mencolok di hidup gue. Yaitu uang, dan pernikahan. Ini cerita Mi...