Mencari tidak pernah mudah, kan?

5.1K 262 2
                                    

Telat?
iya tau Sorry

Happy reading

Dimas mengeram entah yang keberapa kali. Sejak kembali dari ruang BK sepukuh menit yang lalu dan memutuskan membolos pada jam pertama, dia belum melihat batang hidung Michelle. Padahal gadis itu tidak berada di kelas.

Tangannya meremas kaleng soft drink hingga bentuknya tidak karuan. Dalam radius 20 meter, Audy mendekat.

Bitch itu mau apa?
Lelah Dimas.

Dia melenggang di depan Dimas kemudian duduk di kursi depannya.

"Mana cewe lo?" Tanyanya sarkastik.

"Sejak kapan itu jadi urusan lo?" Dimas membalasnya dingin, salah satu usaha agar Audy tidak kembali padanya.

"Hahah, gue cuma mau bilang aja--"

"to the point!" Selat Dimas seraya melirik dingin. "gue sibuk, gaada waktu dengerin omongan lo!"

"Ih dengerin gue dulu!" Audy menyipitkan mata diikuti alisnya. "sayangnya gue lebih pinter dari itu untuk ikutin permainan lo, Dimas,"

Apa maksudnya? Dimas tidak bermain apapun!

Dimas mengangkat alis. Audy tertawa dengan lengkingan alaynya.

"Kan kepo juga lu!" Cewek didepannya sedang tinggi hati, dimas hapal betul.

Dimas mengecek lagi ponselnya, menunggu jawaban 20 pesan yang dia kirim pada Michelle. Dia berdecak.

"Hey?" Audy menggerakkan badan genit. Belum lelah gadis itu berada disana?

Mata dimas berputar, tidak tertarik. "Apa lagi? Capek gue,"

Audy tersenyum menggoda hingga Dimas memutuskan bangkit dari kursi. Dia melangkah meninggalkan kantin. Pikirannya penuh tentang Michelle.

Apa dia cemburu?

Tidak mungkin.

Debaran jantungnya memberat seperti tertusuk. Bagaimana bisa hanya memikirkan itu dia sakit hati?

Dimas melanjutkan langkah ke sembarang arah. Melewati koridor kelas sepuluh, berjalan terus hingga tribun basket.

Aman

Dari saku celananya keluar satu bungkus rokok beserta pemantiknya. Diambil sebatang dan dihidupkan untuk kemudian dihisap Dimas.

Rasa bebas yang menguap bersamaan dengan keluarnya asap putih daru hidungnya. Aneh, dalam kondisi seperti ini dia malah mengingat Michelle.

kemana kira kira dia pergi? Dimas belum menemukan jawaban yang satu itu. Memorinya kembali pada pagi tadi, saat Michelle menatap jengah memintanya pergi ke ruang BK.

Kenapa justru jengah bukannya merajuk minta ditemani? Normalnya kan cewek bakal marah tau cowok yang dia suka ciuman sama cewek. Kenapa Michelle tidak?

Dimas menyadari sesuatu. Dipukul keningnya keras, kenapa tidak tadi tadi sih sadarnya? Dia tau apa yang membuat Michelle begitu. Gadis itu cemburu. Harusnya tadi Dimas memeluknya erat dan berkata bakal melakukan apa saja untuk cewek itu.

Bodoh!

tapi satu pertanyaan Dimas, Benar dia akan melakukan apa saja untuk Michelle?

***

Michelle tak bisa mencegah sorot mata khawatir pada tubuh tinggi yang makin kurus di depannya.

"Apa kata dokter?" Dia bahkan tak bisa mencegah rasa ingin tau nya.

Young RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang