Gue resah
jadi updatehuh di part kemaren gaada yang komen soal tebakan mereja tentang YR kedepannya gimana.
CUMA MINTA VOTE
Happy reading
Alisnya berkerut.
"Lah emang kenapa?"
Respon Dimas hanya begitu dan Michelle sempat takut mendengarnya?
Paranoid!
"Ya gaapa si.." Michelle melihat ke jendela. "Kali aja...,"
Omongannya terputus, lalu kemudian sirna. Mobil memasuki basement kantor. Dipasang topeng seolah tak ada apa-apa walau sebenarnya hatinya meragu.
"Kalo lo ga suka siapa-siapa, ntar malah sakit hati sama gue," Dimas tertawa sebelum kemudian mematikan mesin.
Mereka turun tanpa kata. Dimas seperti baru tersetrum aliran listrik, dia jadi berprilaku dewasa. Lengannya mengamit lengan Michelle. Cewek itu sampai tidak percaya sedang berjalan dengan Dimas.
Hal wajib saat Michelle menginjakkan kaki di dalam kantor Dimas adalah tatapan para karyawan yang amat menyebalkan!
Tapi kali ini senyum menghias bibirnya. Mereka yang biasa melihatnya remeh pasti terkejut bukan kepalang.
Ketika CEO mereka menggandeng cewek SMA yang selalu mereka tatap rendah, hanya ada satu arti. Cewek SMA itu yang akan menyandang nama belakang CEO mereka.
Alis Dimas terangkat melihat meja kerjanya. Tak ada berkas yang selalu menumpuk tiap hari di sana. Mejanya masih rapi. Begitupula meja kakek di sebelah.
Nama Senopati Barmasta beserta gelarnya terukir dengan tinta emas. Pemiliknya sedang menghadiri entah acara apa itu yang Dimas tak mau tahu.
Meja itu di samping mejanya, meja sama tapi miliknya belum diberi nama.
Dimas bergulir ke sofa yang sama dengan yang diduduki Michelle. matanya menatap acak karena tak ada pekerjaan.
"Eh,"
"Hmm?"
Michelle sedang tersenyum saat menyautinya. Senyum setengah, tapi malah terlihat lucu.
Dimas menggeleng. Michelle mendengus.
"Maksud lo di parkiran tadi apa?"
Cewek itu mengalihkan pandangannya dari ponsel. seratus persen dia menatap Dimas untuk mencari jawaban.
Dimas malah tidak menimpali selain balas menatap. Michelle sampai kesal dan kembali pada ponsel.
"Garing!" keluh si cewek. "Udah gue mulai ngomong, lo nya malah kacang,"
Mereka tak tahu kenapa suasana disini tidak senyaman di mobil tadi. Keheningan menjadi kesepian--Michelle membencinya sehingga tak bisa diam terlalu lama.
"yang itu."
Memutar mata, Michelle tetap berakhir dengan menatap Dimas. Tapi cowok itu malah melamun.
"Gue kan cuma kudu jagain lo sih," Dimas menatap langit langit. "Urusan lo mau suka sama siapa gue ga peduli, yang penting gue udah nyelesein tugas gue,"
Muka malas yang mendengarnya dengan seksama berubah. dia terkekeh.
"uda delapan bulan aja ya,"
Dimas tak menjawap, jadi Michelle ikut diam.
Kepalanya hanya bersandar dan mendapat elusan gratis dari si pemilik pundak. Rasanya masih sama. Hangatnya seperti saat tangan itu mengelus kepalanya saat dia belum pulih dari kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Relation
Teen FictionSMA itu bukan cuma belajar sama main. Ada teman, keluarga, dan cinta yang berkembang lebih besar dari masa sebelumnya. Tapi bagi gue list tadi belum lengkap sama dua hal paling mencolok di hidup gue. Yaitu uang, dan pernikahan. Ini cerita Mi...