Gue jadi pengen bikin sad endding deh *ngakak jahat*
Tapi tetep kok intinya, cuma beberapa gue ubah.
Mungkin dua atau satu part lagi sebelum complete
Sebelum baca, selamat menunaikan ibadah puasa sunshine 😊
Happy reading
Michelle menatap lurus ke depan.
Sesekali kebawah, atau ke tangannya yang digenggam erat Dimas selama mereka melewati tepi nisan yang ditanam.
Dia takut, deg-degan setiap pergi ke kuburan. Bayangan film horor dengan mayat yang bangkit dari kubur selalu mampu menguasai otaknya.
Tapi demi mengeluarkan isi hatinya, dia melawan itu semua.
Kurang berkorban apa dia?
"Sampe,"
Ucap Dimas pada akhirnya. Disusul nafas panjang Michelle dan rasa syukur di hatinya. Akhirnya selese juga!
Saat dia mengangkat muka, Altaf yang bangkit dari sisi kiri kuburan menatapnya ramah.
Michelle berusaha menahan ekspresi terkejutnya.
Jadi benar perkiraannya jika Altaf saudara Dimas?
"Wehh adek, ketemu lagi," Altaf hendak merangkul Dimas yang segera ditolak cowok itu.
"Jauh-jauh lo." Ujar Dimas sinis, Altaf mengabaikannya.
"Udah maen ngenalin cewek ke bokap aja ya?" ejek Altaf.
"Sejak kapan itu urusan lo?"
Altaf tidak menanggapi, melaninkan menatap Michelle lama. "Bodo amat si gue ama lo, yang penting gue udah sehat yekan,"
Dia melenggang meninggalkan Dimas melewati sela sela kuburan yang berdempetan.
Michelle menatap Dimas bergantian dengan Altaf hingga diberi gelengan cowok itu. Mereka mengambil duduk di sisi kuburan.
Cewek itu sebenarnya kepo setengah mati. Jadi benar yang dikiranya? Altaf saudara Dimas? Tapi melihat gesture Dimas dia jadi malas sendiri.
Michelle tak melepas tangannya dari Dimas hingga cowok itu bingung. Tapi yauda lah ya, sekali aja gini, Dimas kembali mengingat percakapan mereka di mobil dan menyerah.
Ini cuma sekali, kalo beneran pisah gimana?
Eh jangan sampe. Tapi gimana lagi, dong?
Aduh udah udah Dim, doa sono buat papa!
Dimas mengusir percakapan aneh otaknya lalu menunduk. Ekor matanya melihat Michelle melakukan hal yang sama.
Dimas diam. Bingung. Dia harus berdoa apa? Agar papa diterima di sisi tuhan begitu? Orang papa aja belum tentu doain dia, males amat!
Eh gaboleh gitu!
Ucap suara di pikirannya. Sampai beberapa menit dia menunduk tanpa beraktifitas selain bernafas. Michelle lalu bersuara yang terdengar seperti akan membuat pengakuan.
Yah masih tetap khas anak remaja lah, yang pengucapan kalimatnya saja sudah nampak takut-takut.
"Papa, aku Michelle, ehm.. menantu papa,"
Dimas memusatkan matanya pada Michelle. Penasaran.
"Lo mau ngapain?"
"Bikin pengakuan,"
Dia mengerutkan alis. Kan harusnya dia yang cerita!
"Gue dulu yang mau cerita ke lo, gimana si?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Relation
Teen FictionSMA itu bukan cuma belajar sama main. Ada teman, keluarga, dan cinta yang berkembang lebih besar dari masa sebelumnya. Tapi bagi gue list tadi belum lengkap sama dua hal paling mencolok di hidup gue. Yaitu uang, dan pernikahan. Ini cerita Mi...