3 Maret 1995
Matahari belum juga menampakan wajahnya. Desa cantik Ashford,United Kingdom adalah tempat dimulainya cerita ini.
Jeritan dan tangisan seorang perempuan muda yang sedang meronta sambil memegangi perut bulatnya tersungkur jatuh tak berdaya.
Darah segar mengalir membasahi kaki wanita itu. Pandangan yang memudar dan perlahan – lahan menutup matanya. Tetes air mata mengalir di pipnya.
Tak lama, terdengar suara ambulans. Makin lama suara itu makin keras.
Ambulans itu berhenti di depan rumah wanita itu. Lalu dengan sigap tiga orang petugas keluar dari ambulans dan membawa wanita hamil yang sudah tidak berdaya.
Hanya wajah sayu dan pandangan yang memudar yang terlihat pagi itu.
Ashford Hospital, adalah saksi kelahiran dua anak kembar. Dengan sisa tenaga dan kekuatan cinta yang bisa menahan rasa sakit itu.
“Seorang anak perempuan telah lahir!” Teriak salah satu suster yang membantu proses persalinan.
Yang terlihat hanya wajah bahagia dan kepuasan. Bayi itu terus menangis sebisanya, matanya tertutup. Darah masih di sekujur tubuhnya.
Lalu 45 detik kemudian, setelah kelahiran bayi perempuan itu. “Masih ada satu lagi!” Teriak Dokter itu kepada para susternya.
Penuh Kekuatan wanita itu berusaha mengeluarkan, Bayi yang masih di dalam perutnya.
Hingga ini adalah akhirnya, satu lagi bayi perempuan telah lahir. Semua terkejut,
“Mengapa Bayinya tidak menangis?” Bisik salah seorang suster kepada rekanya.
“Cepat kita periksa detak jantung!” Teriak dokter itu dengan sigap.
Suster yang lain menepuk-nepuk bokong bayi perempuan itu. Tapi, tetap tak ada suara tangis yang keluar dari mulut mungil bayi kecil itu.
“Jantungnya lemah” Bisik suster itu kepada dokter yang membantu proses melahirkan.
“Kita harus memberitahu ibunya.” Ucap salah seorang suster yang lain.
“Mungkin, jika sekarang akan ada trauma psikologis bagi ibunya.” Ucap Dokter pelan.
“Kemana Suaminya?” Tanya Dokter perempuan yang sigap itu.
“Belum ada kabar, katanya sedang berada di luar kota. Tadi suaminya yang menelfon ambulan kita.” Jawab suster yang satunya.
“Jika seperti ini, mungkin kita membutuhkan beberapa waktu untuk memberitahu bahwa anaknya lemah jantung.” Pikir salah seorang suster itu.
Tiba – tiba saja, jantung wanita itu berhenti berdetak, tak ada hirupan napas bahkan denyut nadi sudah tak terasa.
Semua Suster termasuk Dokterpun hanya pasrah. Dan ia pun menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya, setelah memeluk dua anak kembarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASE
Teen FictionPenyakit yang Jennifer derita sejak lahir membawanya kepada sebuah kehancuran. Kehidupan dan masa kecil dengan kondisi miskin, membuat dia harus bekerja lebih keras. Hingga dia menyaksikan suatu kejadian yang seharusnya dia tidak lihat, kejadian yan...