Close Eyes

11 1 0
                                    

Terdapat adegan cerita tentang pembunuhan dan mutilasi, diharapkan membaca dengan bijak.

2006

Tiga tahun sejak kematian kakeknya, ekonomi Jennifer dan ayahnya menjadi berubah.

Rumah mewah dan besar itu sekarang dihuni oleh mereka berdua.

Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dialami mereka berdua.

Kini ia dan ayahnya hanya menikmati sisa-sisa harta kekayaan kakeknya yang sangat kaya itu.

Hingga suatu ketika, seluruh saham perusahaan mendekati bangkrut karena ayahnya yang tak cukup punya ilmu untuk memanajemen perusahaan - perusahaan warisan kakeknya itu.

Malam yang hangat di Kota Manchester,UK tempat tinggal Jennifer dan ayahnya itu.

Kota yang tidak pernah tertidur satu malampun. Lampu - lampu hiruk piruk kota malam itupun tak pernah mati.

Jennifer yang sedang berada di kamarnya terduduk diam di kasurnya.

Setiap malam, sebelum tidur sejak saat itu ia selalu mengingat kembali kejadian dimana ayahnya sadis membunuh kakeknya.

Jennifer selalu ketakutan dan terpojok dikamarnya jika mengingat hal itu.

Tiba-tiba saja pintu ruang tamu di dobrak dari luar. Dua orang lelaki yang sedang mabuk.

"Ayah?" Ucap Jennifer dari balkon seraya menatap ke lantai bawah yaitu tepat ruang tamu rumah mereka.

"Siapa dia?" Ucap Jennifer tidak terlalu keras.

Rupanya dua lelaki mabuk itu ayahnya dan satu lagi rekan kerjanya.

"Apa yang dilakukan ayahku?" Tanya hati kecil Jennifer.

Iapun memberanikan dirinya untuk turun kebawah, namun kakinya sangat sulit untuk di gerakan. Ia terlalu takut.

Dua lelaki mabuk itu berbincang - bincang hingga muncul perselisihan di antara mereka berdua.

Jennifer hanya memperhatikan tingkah dua lelaki itu dari balkon lantai atas.

Ia sangat ketakutan, pupil mata Jennifer membesar saat ayahnya mengambil sebuah pistol dan melancarkan peluru itu tepat pada kepala rekan kerjanya.

Darah segar muncrat dari kepala lelaki itu.

Tak kuasa Jennifer melihatnya. Ia duduk terpojok ketakutan.

Suara - suara pistol itu terdengar bergema di rumahnya.

Jennifer terlalu takut untuk melihat itu semua.

Ia pun memberanikan dirinya untuk melihat sekali lagi.

Dan ia mendapati ayahnya sedang merobek tubuh lelaki itu menggunakan kapak besar.

Tanpa rasa takut ayahnya mengambil bagian-bagian organ tubuh lelaki itu seperti jantung, hati, mata, ginjal, dan yang lainnya.

Jennifer sangat ketakutan melihat kejadian itu.Organ - organ itu ditaruhnya dalam sebuah box berisi es batu.

Tak lama kemudian, ayahnya mengambil telepon genggamnya dan mulai menekan sebuah nomor pada layar handphonenya.

Hanya sedikit perbincangan yang ayahnya lakukan di telepon genggamnya itu.

Jennifer ketakutan terpojok di balik balkon dengan raut wajah polosnya.

Hingga pintu ruang tamu itu pun di buka oleh dua orang lelaki dengan jas berwarna putih.

Jennifer yang masih berumur sebelas tahun itupun heran dan bingung.

Dua lelaki asing itupun mengambil organ-organ penting yang sebelumnya sudah ayahnya keluarkan dari tubuh si korban kekejaman ayahnya itu dan kemudian pergi dan berlalu.

ERASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang