Terdapat adegan cerita tentang pembunuhan dan mutilasi, diharapkan membaca dengan bijak.
2 Maret 2003
Matahari mulai menampakan sinarnya. Cahayanya menerobos masuk dari jendela kamar dan terpapar di wajah seorang gadis berumur sekitar 8 tahun yang sedang tertidur.
Perlahan matanya mulai terbuka. "Aw! Sialau!" Teriak gadis itu sambil menutupi wajahnya dari paparan cahaya matahari yang tajam dan terang.
Gadis itu mulai duduk di kasurnya dan termenung, diambilnya sehelai handuk yang tergantung di dinding kamarnya. Lalu melihat keluar jendela.
Kesibukan kota yang terlihat pagi itu. Bunyi klakson kendaraan mulai terdengar riuh. Ocehan dan celoteh orang-orang menambah riuh kota tempat tinggalnya.
"Membosankan!" Ucap Gadis yang bernama Jennifer itu dan ia segera menuju kamar mandi untuk sekolah hari ini.
Di pakainya baju seragam sekolah yang terlihat lusuh, lalu ia menuju ruang makan yang langsung terlihat ketika ia keluar kamarnya.
Ia mengambil sepotong roti di meja makan. Di meja itu ada secarik kertas putih kecil yang tersandar di piring keramik.
Diambilnya secarik kertas itu dan mulai di bacanya perlahan
"Jennifer, habiskan roti mu. Maaf jika kamu tidak kenyang. Ayah pergi jam 2 pagi tadi untuk bekerja magang membuat sebuah gedung baru yang ada di dua blok dari apartemen kita. Maaf jika ayah tidak memberimu uang jajan, ayah sedang tidak ada uang. Sekolahlah dengan rajin, agar ekonomi kita dapat berubah." Isi surat itu sontak membuat Jennifer terenyuh.
Lalu diambilnya sebuah bolpoin dari saku kemejanya dan ia mulai menulis sesuatu di balik kertas itu.
"iya ayah, aku kenyang sekali. Aku akan kesana memberimu bekal. Tidak apa-apa aku masih ada sisa uang jajan. Aku akan belajar dengan rajin " Tulisan-tulisan itu hampir membuat air mata Jennifer jatuh.
Wajahnya mulai memerah, ia berusaha menahan semuanya.
Dilanjutkannya memakan sepotong roti itu sebagai sarapan.
Diambilnya sebuah tas yang lusuh dan ada beberapa sobekan. Di gembloknya tas itu sambil keluar rumah.
Ia berlari-lari kecil menuruni anak-anak tangga apartemen atau yang biasa di sebut RuSun (rumah susun).
Ia pun terus berlari melewati kepadatan dan kebisingan kota di pagi hari. Hingga ia berhenti di sebuah halte.
Tak lama, bus tingkat pun berhenti di hadapan Jennifer.
Tak perlu basa-basi ia dan para penumpang lainnya berdesakan menaiki bus tingkat tersebut.
"mengapa selalu tidak ada kursi kosong?" ucap Jennifer dalam hati.
Tangannya berusaha meraih pegangan di langit-langit bus, namun tak cukup panjang tangannya untuk meraih.
Terpaksa Ia harus menjaga keseimbangan jika tak mau terjatuh.
Di perhatikannya seluruh penumpang dalam bus tersebut. Semuanya rata-rata berpakaian seragam orang kantoran.
Tak ada satupun anak-anak sekolah seumurannya di dalam bus tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASE
Teen FictionPenyakit yang Jennifer derita sejak lahir membawanya kepada sebuah kehancuran. Kehidupan dan masa kecil dengan kondisi miskin, membuat dia harus bekerja lebih keras. Hingga dia menyaksikan suatu kejadian yang seharusnya dia tidak lihat, kejadian yan...