flashback 3

45 3 0
                                    

Halooo gua back again wkwk, gimana cerita gua? Jangan lupa vote dan coment yaa, thanks.

-

Kupandangi laki-laki yang kini duduk dihadapanku, melakukan rutinitas kita, yaitu berbagi heatset mendengarkan lagu bersama, dia bernyanyi dan aku melihat teks nyanyiannya dari handphonenya.

Suaranya memang tidak sebagus afgan, bahkan tidak lebih bagus dari sule, tapi bagiku, itu suara paling indah, suara yang ingin selalu ke dengar setiap saat.

Kubelai rambutnya pelan, kutelusuri setiap inci rambutnya, dia tersenyum dan menggoyang-goyangkan kepalanya minta diacak-acak.

"Liat deh liat" kata ardhan sambil menunjukan luka merah ditelapak tangannya.
"Ihh ini kenapa?" kataku reflek menyentuh lukanya.
"Aww" katanya sambil menahan tangan ku.
"Sorry-sorry" kataku sambil menjauhkan tanganku.
"Gara-gara tarik tambang kemaren" katanya sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

Aku teringat saat lomba agustusan disekolah kemarin, ardhan dan beberapa anak laki-laki dikelas ikut lomba tarik tambang.

"Uuu, coba sini liat tangannya" kataku sambil menahan pergalangan tangannya.
"Tuh merah kan, sakit tau" katanya dengan nada seperti anak tk.
"Uuu, kasian... Udah diobatin? Kataku sambil mencoba mengelus lukanya"
"Belom, aww jangan dipengang sakit" katanya sambil mengerucutkan bibirnya lagi.
"Cuma dielus-elus kok, kenapa gak diobatin sih, ayo kepmr minta betadine" kataku sambil menarik tangannya.
"Dell" katanya tertahan.
"Apa? Ayo ar" kataku yang terus berusaha menariknya.
"Gapapa kok, ntar juga sembuh" katanya sambil melepaskan tanganku.
"Biar cepet sembuh, biar kering lukanya dikasih betadine" kataku tetap keukeh.
"Gua gapapa dell, gua kan cowok, cowok itu kuat" katanya sambil tersenyum manis.
"Yaudah bodo, besok ngerengek-rengek bilang sakit gua diemin" kataku sambil membelakanginya.
"Eh, gak gitu dong, ini emang beneran gapapa" katanya sambil memegang pundakku.
"Tetep ar, minimal dikasih alkohol deh, biar bersih lukanya, tali tambang kan kotor" kataku sambil memutar menghadapnya.
"Iya nanti dirumah diobatin, oke?" katanya sambil meraba-raba lukanya.
"Tiupin aja" katanya lagi sambil memasang muka sok imut.
"Okey" kataku sambil menggenggam pergelangan tangannya dan meniup-niup lukanya.

Gimana aku bisa ninggalin kamu ar, kalo kelakuan kamu ke aku begini terus, yang ada aku makin sayang ar.

"Ardhan!" teriak aldo dari depan pintu.
"Dipanggil ayse tuh diatas" lanjutnya yang sudah kutebak ardhan akan langsung melepaskan tanganku.

"Bentar yaa" katanya sambil menarik satu heatset ditelingaku membawa serta handphonenya dan berlalu keluar kelas.

Aku terdiam, sampai kapan ar? Sampe kapan?
Selalu aja ayse penghalang kita.
Aku tau aku yang salah, karna kamu lebih dulu sama ayse.
Tapi biarin ar, aku udah siap mau dibilang apapun sama orang lain.
Aku gak peduli ar, aku mau sama kamu terus.

"Nangis gua tabok!" desis aida di telingaku.
"Siapa yang nangis? Ini kelilipan" kataku sambil mengucek mataku yang mulai berair.
"Jangan dikucek nanti merah" kata aida sambil menahan tanganku.
"He'eh" jawabku singkat.
"Gua heran deh" kata aida sambil menarik kursi disampingku.
"Heran kenapa?" tanyaku.
"Ardhan itu cowok yang so cool, pendiem, kerjaannya make heatset mulu, tapi kenapa sama lu bisa manja kayak anak tk gitu yaa?" tanya aida sambil menatap mataku.
"Gua juga heran da" kataku sambil ikut berfikir.
"Gua yakin ardhan juga sayang sama lo" kata aida lagi.
"Aaminn" jawabku semangat.
"Tapi lebih besar sayangnya keayse" katanya sambil menepuk pundakku.
"Kata siapa?" jawabku tidak terima.
"Dia rela ninggalin lo demi ayse? Masih kurang?" kata aida sambil memutar bola matanya.
"Itu kan karna ayse pacarnya" kataku sewot.
"Udah tau ardhan udah punya pacar, masih aja lo harepin" kata aida sambil menoyor kepalaku.
"Apa kabar dani mba?" kataku sengaja membahas dani mantan yang masih aida sayang.
"Sial" katanya sambil menoyor kepalaku, dan berlalu keluar kelas.

"Dell" kata ghani.

Gadis imut kecil, pendiam, seperti lawan dari diriku.
Tapi kita banyak kesamaan,makanya kita cocok duduk sebangku.

"Ya?" kataku sambil menghadap kearahnya.
"Liat tuh" katanya sambil menunjuk kearah jendela kelas.

Kutengokkan kepalaku, kulihat ardhan senyum-senyum sendiri, ketawa-tawa sendiri, kepalanya tak sedikitpun menengok kebawah, benar-benar menghapap atas yang aku yakin ada ayse disana.

"Sakit ya ghan" kataku sambil menunduk lesu.
"Sakitlah orang kamu cuma diphpin" kata ghani sambil mengemut permen kaki nya.
"Yaudah sih, deket ardhan juga aku udah seneng" kataku mengerucutkan bibir.
"Sekarang emang kamu masih bisa seneng-seneng, tapi yang kayak gini endingnya kadang gak bagus del" kata ghani sambil memutar-mutar batang permen yang dia emut.
"Kamu mah ngedoain" kataku sambil meliriknya sinis.
"Buat apa kamu perjuangan apa yang emang gak bisa kamu genggam" kata ghani tidak peduli omonganku.
"Ghaniiiii ihh" kataku sambil menarik permennya.
"Mau? Bilang aja nih aku masih ada kok yang baru" katanya sambil mengambil permen ditanganku dan menggantikan dengan permen yang masih bungkusan.

Aku terdiam, mempertahankan yang tidak mungkin bisa aku genggam?

"Buat aku yaa" aku tersentak kaget dari lamuanku, merasa ada yang hilang dari genggamanku.

Dan kini aku melihat laki-laki tinggi putih berkaca mata sedang melambai-lambaikan permen pemberian ghani.

"Ardhaaann itu punya aku" teriakku sambil mengejarnya.
"Kamu beli lagi aja" teriaknya sambil terus berlari.
"Gak maoo, itu dikasih ghani" teriakku yang kini berhasil menarik tangannya.
"Coba aja kalo nyampe" katanya sambil menaikkan satu tanganya yang menggenggam permen keatas.

Mana bisa aku ambil, tinggiku saja tidak lebih dari kupingnya, kebetulan juga ardhan punya tangan yang panjang.

"Yaudah gak usah" kataku ngambek sambil kembali kemejaku.
"Bener yaa? Yaudah alhamdulillah dapet permen kaki" katanya sambil membuka bungkus permen.

Aku melirik nya sinis, dan langsung membanting bokong dikursi.

Kulihat ardhan tertawa dan kembali kemejanya yang persis dibelakangku.

"Heem enakk" terdengar suara ardhan dari belakang.
"Enak banget yaallah permen kakinya" lanjutnya.
"Gak usah pamer permen orang, sakit perut baru tau rasa" kataku sambil menyilangkan tangan didada.
"Gak ikhlas nih ceritanya?" tanyanya sambil menarik pundakku.
"Enggak" jawabku malas.
"Yaudah nih aku balikin" katanya sambil menyodorkan permen bukaan kearahku.
"Ngapain udah bekas" kataku jual mahal.
"Ini belom diemut del, tadi cuma bercanda" katanya sambil terus menarik pundakku agar menghadap kearahnya.

Kuputar badanku kearahnya, kulihat dia mengerucutkan bibirnya sambil menyodorkan permennya.

"Nih masih keringkan?" katanya sambil menunjukkan permennya.
"Yess, yaudah sini" kataku senang sambil mengulurkan tangan kearah permennya.
"Yaah sekarang udah basah" kata ardhan sambil memasukkan permen ke mulutnya dan mengeluarkannya lagi.
"Yaallah ardhaaan sumpah jahat banget! Cukup tau lah udah kita sampe disini ajaa!" teriakku sambil membelakanginya.

Kudengar dia tertawa dibelakangku.

Aku tersenyum, membayangkan senyum itu karnaku.

You Are AmazingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang