xx

64.1K 5.9K 162
                                    

Kira.

Jujur aja, tadi adalah pengalaman tersakit gue. Lebih sakit dibanding diselingkuhin sama Khafi. Gue gak pernah nyangka kalau peluru itu benar-benar masuk menembus ke dalam kulit gue.

Setelah dokter yang dipanggil Bayu tadi memeriksa luka gue, akhirnya gue bisa istirahat. Saat ini gue berada di kamar sendiri, duduk di pinggir ranjang sambil melihat hamparan bintang-bintang di langit.

Setau gue Hana dan Indra lagi sibuk ngobrol di ruang tengah, dan Bayu lagi mandi. Mau menenangkan pikiran, katanya. Yah, whatever lah.

Tiba-tiba aja, gue kangen rumah gue. Gue kangen bau durian, gue kangen komputer-komputer gue, gue kangen nge- hack. Dan apa kabar ya, Khafi?

Astaga, masih pantaskah gue inget cowok itu. Kena Aftertaste lagi kan, gue.

"Sorry."

Gue menoleh, mendapati Bayu berdiri di depan pintu kamar mandi. Cowok itu memakai kaus putih polos dengan celana panjang yang juga berwarna putih.

"Kenapa lo minta maaf? Karena gue ketembak?" tanya gue.

Bayu tertawa kecil, lalu duduk di ranjang yang terletak di seberang ranjang gue. "Ya bagaimanapun, gue yang udah nyeret lo ke masalah ini. Bad news nya, gue belom tau cara balikin semuanya seperti semula."

"Gue udah bilang, gue menikmati ini. Jadi lo gausah repot-repot mikirin gituanlah. Lagian, ini tuh bagian dari takdir gue Bay."

Bayu bangkit dari duduknya, dia menghampiri gue lalu duduk di samping gue. Lah, kok gue jadi deg deg an gini ya. Sialan tingkat dewa. Mana Bayu ganteng amat lagi abis mandi, buset dah. Ngomong apa sih gue ini?!

"Lo juga jangan repot-repot ngelarang gue buat merhatiin elo, karena itu kan hak gue. Hak gue sepenuhnya."

"Itu emang hak lo, tapi bukan berarti sepenuhnya juga kali. Gue kan juga punya hak buat nolak."

Bayu tiba-tiba menolehkan kepalanya, cowok itu natap gue sekarang. "Kira.... Gue cuman minta satu janji lo sama gue."

"Janji paan?"

"Janji lo akan hidup bahagia setelah semua ini selesai, karena gue kepingin banget liat lo bahagia lagi."

Tiba-tiba aja, Bayu nyium kening gue. Bayu. Nyium. Gue. Astaga. Gue membeku di tempat buat beberapa saat, mengingat Bayu adalah cowok paling nyebelin di dunia setelah Geovani dan kacung-kacungnya.

"Makan yuk, gue tadi udah mesen pizza dan makanan lain." kata Bayu, yang seakan bertingkah kalo mencium gue itu bukanlah sesuatu yang salah.

"Bay." panggil gue.

"Apa?"

"Lo ngutang satu tonjokan dari gue, inget itu." kata gue, lalu berjalan melewatinya.

***

"Jadi, bisa lo ceritain Ndra, gimana Hana bisa ikut sama lo?" tanya Bayu, karena aku juga penasaran dengan cewek ini.

"Jadi tadi gue um... Ngajak kenalan Hana, terus gue ngobrol sama dia. Dan gak sengaja gue denger suara Kira, tapi Hana bilang, gue gak boleh ngelawan Geovani dan komplotannya. Karena cuman gue yang bisa nolongin kalian." cerita Indra

"Terus, ni cewek maksa ikut. Akhirnya gue biarin dia ikut, karena gue gak punya waktu banyak buat mikir tadi. Secara lo berdua hampir mati yakan..."

"Gue gak maksa sih, cuman nawarin bantuan aja. Lagian gue gak punya tujuan, hidup gue tuh luntang lantung." kata Hana, memotong cerita Indra.

"Tapi, Hana, kenapa lo bisa-bisa kebetulan gini ikut kami? Lo kan gak tau kami orang baik atau jahat. Dan kami juga gak tau lo orang baik atau jahat." kata Bayu, benar juga dia.

"Plus, tadi lo bilang hidup lo luntang lantung kan. Kenapa lo bisa ngobatin luka gue tadi? Bahkan dokter tadi bilang, luka gue gak akan kena infeksi karena udah dapet pertolongan pertama dengan baik." kata gue.

Yah yang benar aja. Di situasi seperti ini kami sama sekali gak bisa mempercayai satupun orang yang mencurigakan. Di tambah, Hana muncul secara sangat dan sangat kebetulan.

Hana kelihatan menggigit bibirnya, cewek itu menghela napasnya kemudian.

"Oke, gue ngaku. Gue orang suruhan Om Dani, bokap Indra. Gue... Anak asuhnya." ucap Hana kemudian.

Anak asuh? Tentu saja kami semua terkejut, apalagi Indra. Indra mana tau kalo bokapnya diem-diem punya anak asuh.

"Bokap gue emang tertutup semenjak nyokap gue meninggal, tapi gimana bisa dia nyembunyiin anak asuh begini?" tanya Indra, ia menggaruk kepalanya sendiri.

"Udah sejak kecil, Ndra. Gue di asuh sama pembantu lebih tepatnya. Tapi bokap lo sering ngunjungi rumah gue sekaligus membiayai hidup gue. Dan bokap lo juga ngajarin banyak hal, seperti tadi. Gue bisa nembak, gue bisa ngobatin luka tembak, dan lain-lain." cerita Hana.

"Okelah, gue bakal telepon bokap gue nanti dan minta penjelasan." kata Indra.

"Gue mau mandi dulu." kata gue, lalu bangkit meninggalkan ruang tengah.

"Tapi, luka lo gimana?" tanya Bayu, kelihatan banget khawatirnya.

"Gue bisa mandi pake satu tangan, tanpa nyiram tangan kanan gue kok." kata gue, ya walau dipikir-pikir mandi pake tangan kiri susah juga.

"Kalo butuh bantuan, panggil gue ya Kir... Hehe.." celetuk Indra, sudah pasti pikirannya jorok saat ini.

Hana tertawa, tapi tidak dengan Bayu yang langsung nyambit Indra pake potonggan pizza yang tersisa. Gue hanya senyum ngeliatnya. Dasar cowok.


***

a.n :

jadi tiap hari nge post ya gue, omg wkwwkwk.

Oh iya, bagi yang suka baca teenfiction series gitu, bisa cek series baru gue ya. Judulnya TAS 1, Look Outside.

Ini sinopsisnya :

  Target : Lily Luna, 16 tahun. Jalan Boulevard, di samping rumah Anggun Lavender.

Misi : Mengeluarkan Lily Luna dari neraka jahanam yang membuatnya sama sekali tidak mengetahui dunia luar, tidak pernah melihat bintang ataupun bulan, bernilai bagus, selalu mendekam di perpustakaan, dan sama sekali tidak menyenangkan.

Pelaksana : Lana Edelweis, dan para anggota The Aveneger lainnya.

Ketua Pelaksana : Billie Arta 

AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang