xxviii

57.3K 5.4K 154
                                    

Untuk beberapa saat, Kira terdiam. Otaknya mencoba mencerna apa yang dikatakan Bayu barusan. Semilir angin pantai berhembus melewati mereka, membuat suasana yang seharusnya indah ini menjadi sedikit mencekam karena mereka hanya saling diam dan berpikir.

Kira menggigit bibirnya, "Gue... Gue.."

Kira tidak bisa mengeluarkan isi hatinya, sama sekali tidak bisa.

"Gue tau."

Mata Kira melebar, cewek itu hampir saja pingsan di tempat. Tau? Apa maksudnya?

"Seharusnya gue nunggu elo siap buat bahas ini, tapi..." Bayu menarik napasnya kuat-kuat, "tapi gue nggak bisa memastikan gue bakalan hidup lebih lama lantaran gue udah bawa lo kabur dan jadi pengkhianat." katanya.

Satu kesimpulan yang bisa diambil oleh Kira adalah, saat ini, Bayu berada di titik terlemahnya. Cowok itu sudah begitu rapuh. Walaupun begitu, Kira tahu sekali Bayu akan berusaha melakukan yang terbaik untuk dirinya.

"Lo ngomong apa sih," ucap Kira yang mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Lo tau apa yang gue maksud. Yang penting... Perasaan gue untuk lo udah gue katakan barusan. Karena selama tujuh belas tahun ini, gue gak pernah jatuh cinta selain sama elo ini, sekarang."

****

Indra.

Kami bertiga menoleh bersamaan mendengar suara tembakan yang kalau dihitung jumlahnya ada tiga kali. Orang-orang di sekitar kami berlari tak keruan. Gue, Hana dan Martin saling pandang.

"Martin, lo kabur! Ke mana kek, gue bakal nyari Bayu. Dan lo Indra, cari Kira. Kita semua misah!" ucap Hana memutuskan, tapi sepertinya Martin enggan untuk melepaskan Hana.

"Martin, lepas!" kata gue, akhirnya gue membawa Hana pergi untuk mencari Bayu dan Kira.

Kami melihat Bayu dan Kira masih berada di tempat semula, mereka mengernyit lantaran Martin tidak ada di antara kami.

"Di mana Martin?!" tanya Bayu.

"Gue nyuruh dia misah, gue justru takut dia kenapa-napa. Lo tau kan dia harapan kita satu-satunya." kata Hana.

Yah, itu benar. Walaupun Martin ngeselin, tapi hanya dia satu-satunya harapan kami.

"Lo udah bawa senjata masing-masing kan?" tanya Bayu, kami semua mengangguk.

Tadi sebelum ke pantai, kami memasukan pistol ke tas pinggang kecil yang selalu kami bawa ke mana-mana. Untuk berjaga-jaga.

Suasana semakin rusuh saat beberapa orang berpakaian hitam menyeruak di antara kerumunan pasa turis berbikini ini.

"Misah!" teriak Kira, ia langsung mengajak gue berlari.

"Hati-hati." kata Bayu, sebelum kami berdua benar-benar berpisah.

"Kita tetap pada rencana awal, kan?" tanya Kira, gue mengangguk.

Namun tiba-tiba saja, tidak jauh dari kami, barisan orang-orang berbaju hitam tersebut menodong pistolnya pada kami. Oh, tidak.

"Plan B. Berdoa aja mereka ga ketangkep." bisik Kira.

Kami berdua mengangkat kedua tangan kami pasrah. Lalu, di antara barisan orang-orang berbaju hitam tersebut, Geovani keluar.

"Oh, Kira. Akhirnya gue menemukan lo, dan lo.... Di mana Conor?!"

Geovani seperti kesetanan saat ia tahu yang bersama Kira bukanlah Bayu, melainkan gue. Gue pikir-pikir, kita lebih bagus berpisah dengan orang yang kita cinta (gue berpisah dengan Hana, dan Bayu dengan Kira) dari pada kami mati. Statement macam apa ini.

"Dia... Berkhianat..."

Gue hampir melompat kaget saat Kira mengatakan pernyataan tersebut barusan. Apa maksudnya?

"Dia ninggalin gue dan Indra. Dia.... Dia lebih milih cewek barunya." tambah Kira lagi.

Geovani tersenyum merasa menang saat mendengarnya, lalu ia menarik tangan Kira. "Lo ikut gue, seperti perjanjian, lo harus bekerja sama Profesor West." ucapnya.

Kira, entah kenapa dengan menurut gadis itu mengangguk. Lalu, Geovani melirik gue. Gue langsung masang tampang ngeselin ke arahnya.

"Dan.. Lo... Um, mendingan lo balik aja ke rumah lo. Nanti, gue kirim lo balik ke Bandung. Ngerti?" kata Geovani.

"Gue bisa balik sendiri." kata gue.

"Oh, bagus. Jadi, gue di sini hanya perlu Kira. Gue gak perlu lo, lo boleh pergi."

"APA?! Tapi.... Tapi dia cewek gue! Gue gak mungkin ninggalin dia sendirian sama elo!" teriak gue, tentu saja ini sandiwara. Gue nggak mungkin menyerahkan Kira pada mereka.

"Tenang aja Ndra... Kamu harus cari apa yang seharusnya kita cari. Inget kan? Kebahagiaan."

Gue melotot sejadi-jadinya saat Kira kembali mengatakan hal yang sama sekali gak bisa gue duga sebelumnya. Gue tahu, Kira hanya bersandiwara. Sama seperti gue.

"Aku pergi dulu, Ndra." ucap Kira lagi, gue lihat dia sempat mengedipkan satu matanya pada gue.

Gue tahu apa yang harus gue lakukan sekarang.

****

Setelah mencari yang lain, akhirnya, gue bertemu mereka lagi. Awalnya, mereka sempet kebingungan karena gue gak bawa Kira. Dan, barusan gue hampir ditojos sama Bayu karena gue membiarkan Kira diambil mereka.

"Kira sengaja." kata gue, "Kira bersandiwara, dia bilang dia misah sama elo karena lo lebih milih cewek barunya. Mungkin, dia bilang begitu agar Geovani ngira lo lebih milih Hana. Dan, tadi gue udah nahan dengan pura-pura jadi pacar Kira. Tapi Kira malah bilang, dia harus pergi."

"Kira benar. Dia mungkin bakal berpikir buat nyari tahu tentang chip itu." kata Hana, gue menggeleng.

"Nggak. Sebelum itu, Kira bilang.... Kamu harus cari apa yang seharusnya kita cari. Inget kan? Kebahagiaan. Apa itu maksudnya chip?"

Bayu mengangguk, "Nggak salah lagi, kita harus nyusul Kira di sana. Bagi tugas aja. Ada yang jemput Kira, ada yang nyari chip."

Seperti yang udah gue nantikan sebelumnya, kita bakal main tembak-tembakan.

****

a.n :

Maafkan Indra. Indra masih polos.

AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang