xxiv

59.4K 5.3K 245
                                    

Bayu.

Setelah menyusun rencana, mereka memutuskan untuk bersenang-senang sedikit. Memang sih, waktunya sangat tidak tepat bersenang-senang disaat nyawa hampir terancam.

Seperti biasa, Indra lah yang menyarankan semuanya. Ditambah, kapal yang sudah disewa oleh Martin ini memiliki fasilitas lengkap.

Bar.

Kami berlima duduk di meja bar. Tidak ada musik, hanya saja, kami berlima berlima berencana mabuk. Ralat, hanya mereka berempat. Gue nggak mau mengambil resiko untuk mabuk disaat-saat seperti ini.

Gue lihat Kira duduk di bangku paling ujung, di samping Hana. Sejak tadi cewek itu tidak keberatan jika ditawarkan minuman oleh Hana. Sebenarnya ada apa? Apa Hana sudah memanipulasi otak Kira, sehingga cewek itu tampak lebih pendiam dan begitu menurut?

"Lo nggak minum?" tanya Martin, gue menggeleng pelan.

"Gak usah malu-malu, Bayu. Gue tau lo sering minum, kan?" tanya Martin lagi, dia benar-benar membuat gue emosi.

"Kadang." jawab gue singkat.

Gue akui, gue memang sering minum dan mabuk. Hanya saja, tidak separah Martin. Gue masih bisa membedakan situasi mana yang pas untuk mabuk, dan situasi mana yang sama sekali nggak pas buat mabuk. Seperti sekarang.

"Temen lo ini bener-bener kaya, Bay." kata Indra, setelah menegak minumannya.

Gue hanya mengangkat bahu gue, sambil tersenyum tipis. Yang gue minum dari tadi adalah kopi dengan kadar kafein yang tidak terlalu tinggi.

Dan pastinya, gue masih memperhatikan Kira. Sekarang, cewek itu duduk sambil merunduk. Sedangkan Hana sibuk mengobrol dengan Indra dan Martin. Sebenarnya, cewek ini kenapa? Apa karena tadi malam?

"Man, Kira cantik juga. Keren lagi." kata Martin.

Tanpa sadar, gue mengepalkan tangan gue. Cowok ini sudah hampir mabuk rupanya.

"Yeah, dia emang cantik banget." kata Indra, kalau Indra yang memuji Kira, gue nggak akan marah karena gue tau Indra sudah mengatakannya berkali-kali sejak bertemu Kira waktu itu.

"Jadi, gue kalah cantik ya?" tanya Hana.

Hana memang cantik, hanya saja, cewek itu masih terlihat lebih feminin dibandingkan dengan Kira. Rambut panjangnya yang rada ikal itu tergerai hingga ke punggungnya. Terkadang, gue suka bertanya-tanya. Apa nggak ribet rambut sepanjang itu tanpa diikat?

Gue hanya tersenyum kecut membalasnya, setelahnya, gue memilih untuk meneguk kopi dengan kadar kafein rendah ini.

Tiba-tiba saja, kami dikagetkan oleh sebuah suara. Itu Kira. Kira jatuh dari duduknya.

"Kira!"

Gue tanpa basa-basi langsung menghampirinya, lalu mengecek keadaannya.

"Mungkin dia kecapean." gumam Hana.

Mungkin saja. Tapi, kenapa pingsan? Walaupun gue curiga ada yang mencampurkan sesuatu pada minuman Kira (seperti sianida, misalnya), tapi gue nggak bisa langsung berpikir negatif seperti ini.

Gue terasadar saat itu. Tangan Kira mencengkram baju gue erat-erat. Kira tidak meminum sianida, rupanya.

"Bawa dia ke kamar." kata Martin, gue pun mengangguk dan segera membawanya.

-----

"Sialan!!"

Dengan satu tendangan yang dilakukan oleh Geovani, sebuah meja dengan kayu yang sudah ringkih itu hancur. Sudah berkali-kali Geovani menghancurkan barang-barang yang ada di ruangan ini, ruangan tempat mereka bersarang selama menunggu Bayu dan Kira di pelabuhan.

"Bos, kayaknya kita nggak bisa lanjutin ini." ucap salah satu kacungnya, yang sudah lumayan babak belur dan mendapatkan beberapa luka tembak di tubuhnya.

"Apa yang harus gue bilang ke West?! Bisa-bisa dia bunuh gue."

"Tapi bos, kita nggak mungkin bisa ngelawan si North. Lo tau kan, West udah lama musuhan sama North, dan West selalu aja kalah sama si North. Lagian North juga lebih muda dibanding West."

Brakkk

"Ilo, tolong ya. Gak usah banding-bandingin West sama North. Jelas-jelas mereka berbeda dari segi apapun."

"Sori bos, tapi gue nyerah kalo ngelawan si North. Anaknya aja udah pshyco kayak gitu, gimana bokapnya. Apa kabar si Opal sama Epis."

Geovani berkali-kali menggeram. Ia sudah kehabisan akal untuk melawan mereka. Jika saja Martin tidak muncul, mereka pasti berhasil menangkap Bayu dan Kira.

------

Kira tersadar. Cewek itu sempat melihat sekeliling, sebelum akhirnya mengetahui keberadaan gue di sampingnya.

"Bayu." panggil Kira.

"Ya?"

"Apa keputusan gue buat kerja sama bokapnya Martin udah yang paling benar?" tanyanya.

Gue menggeleng, "Lo pasti pengen bebas."

Kira mengangguk, "Kenapa gue bisa ada di sini?" tanyanya.

"Pingsan, kecapean." jawab gue. "Kira, mungkin kita ikuti dulu skenario ini. Setahu gue, Digory North nggak seambisius West. Mereka memang pshyco, tapi mereka juga memikirkan harga diri mereka." ucap gue.

"Pshyco?"

Gue mengangguk, "Martin buang Opal ke -"

"Nggak usah dilanjutin," potong Kira.

"Padahal kalau dilihat-lihat, Epis lebih kelihatan memanipulasi jawaban dibanding OPAL yang selalu menjaga mulutnya agar tetap rapat."

"Seenggaknya Epis bisa kita jadiin kelemahan Geovani."

Gue mengangguk, Kira benar.

*****

a.n :

halo. aku bingung.gadeng.btw, castnya beberapa gue ganti ya. kira jadi sarah snyder, cewenya jaden smith dan bayu jadi manu rios. muehehe.

AftertasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang