Rachel POV
Gue berjalan masuk kedalam rumah, dan menyalam mama di ikuti oleh kak Darren. Awalnya sih, gue gak setuju dia masuk kedalam rumah. Tapi dia maksa banget.
"Kamu bawa siapa ke sini? Kan mama udah bilang kamu itu gak boleh main atau bawa cowok ke rumah" Tuh kan gue diomelin. Gara-gara kak Darren nih
"Kamu mending pulang aja sekarang!" Kata mama dengan nada ketus. Tapi kak Darren malah diem.
Gue pun dengan segera membawa mama ke dapur. "Ma, itu tuh kak Darren. Kakaknya Steven." Kata gue nyaris berbisik.
Sontak, gue langsung melihat wajah mama terkejut, "Serius? Kamu kenapa gak ngomong daritadi sih? Dan mukanya beda banget?" Mama pun menyalahkan gue dan langsung sibuk membuatkan sirup untuk Kak Darren.
"mana aku tau sih ma..." Gue menghela nafas panjang. Dan mama pun masih sibuk dengan sirupnya.
Setelah selesai membuat sirup mama pun berjalan didepanku.
"Diminum ya.." Mama duduk disofa dan disusul gue duduk disampingnya."Terimakasih tante" Kak Darren mengeluarkan senyum tampannya.
"Oh iya, kamu Darren kakaknya Steven kan? Lama ya gak ketemu kamu. Tau-tau mukanya udah beda aja sama yang dulu." Ucap mama yang disusul tawanya.
"Iya dong tan, tante gimana kabarnya?"
"Baik dong.."
"Oh iya, Steven satu kelas sama kamu kan?" Tanya kak Darren yang sudah pasti ke gue. Gue pun mengangguk disertai senyuman palsu gue. "Iya, Sok akrab banget lagi."
Mama pun langsung mencubit pipiku. Dan aku hanya bisa meringis sakit. Gue tau itu 'kode'
"Eh, tapi Rachel gak pernah ngasih tau tante kalo Steven pindah sekolah ke sekolahnya dia. Satu kelas lagi!" Mama berujar sambil berapi. Kak Darren pun hanya diam sambil meminum sirupnya. Gini nih yang paling gue malesin! Huftt..
***
"Bi.... Bibi lihat novel aku gak? Tadi bibi bersihin kamar aku kan?" Teriak gue dari arah tangga. Kebiasaan gue.
"Bi..." Lanjut gue dengan suara menggema karena bibi tak kunjung menjawab.
"Heh! Berisik banget sih lo! Lo kira ini hutan" Bentak bang Rian gak kalah kencang.
"Yeeee.... Sensi banget sih! Udah kayak cewek lagi PMS!"
"Nyolot! Udah tau Lagi gue pinjem!" Ujarnya dengan kesal. Oh iya, dia kan tukang ambil barang orang! Maling...
"yaudah..." Gue pasrah.
Gue pun beranjak ke sofa dan menyalakan Televisi. Mengantinya sesuka hati gue. Sambil menselonjorkan kaki, berasa ratu..
Dan akhirnya baru gue inget kalo mama kan disuruh ke sekolah karena si Leny gajah itu.
Tanpa sadar, gue pun memukul kening gue. Gemas.
"Ma..." Gue masuk kedalam kamar mama dan melihat dia lagi duduk di balkon sambil maskeran.
"Iya sayang?" Mama menjawab, "Kamu mau cerita tentang Steven?"
Mama mulai ngelantur lagi kan.
"Ih! Apaansih ma! Aku tuh gak suka sama dia. Jijik iya" Gue mendengus. Gak tau kenapa mama selalu mendukung gue sama Steven.
"Terus apa?"
Gue pun menghela nafas panjang sampai beberapa kali. Siap untuk mendengar omelan mama.
"Mama dipanggil ke sekolah. Besok. Dan karena Si Leny"
***
Gue bener-bener merasa bersalah sekarang. Karena, pertama. Mama dan papa marah sama gue karena kejadian semalam dan gue dikasih jajan cuman 5 Ribu! Kedua, bang Rian gak mau bareng sama gue! Ketiga, dengan terpaksa gue berangkat bareng Steven! Melihat antusiasnya mama, membuat gue gak tega mau ngusir dia. Biar mama gak marah lagi. Tadi pagi Steven tiba-tiba aja udah di depan rumah gue dengan gaya sok cool nya.
"Hel"
"Apaan?!" Jawab gue ketus. Orang disamping gue ini yang gak lain si Steven. Dan saat ini gue berada di Mobilnya. Sumpah gak betah banget!.
"Nanti duduk bareng ya? Sekalian pulang bareng." Jawabnya lembut. Gue hanya bisa menghela nafas pasrah. Capek banget diikutin orang aneh kayak dia.
"Hel"
"Mmm?"
"Lo ada hubungan apa sama Farrel?" Tanyanya yang membuat gue diam mematung. Kenapa dia bisa nanya kayak gini? Dan kenapa gue jadi aneh kayak gini? Meskipun gue ngalamin perasaan aneh akhir-akhir ini hanya karena mikirin dia.
"Hel?" Sekarang gue baru sadar dari lamunan gue. Setelah beberapa detik gue terdiam.
"Gak ada apa-apa!" Jawab gue sekenanya. "Kenapa lo tanya begitu?"
"Hah? Kita udah nyampe hel" Katanya tiba-tiba mengalihkan pembicaraan dan tiba-tiba aja dia udah ngebukain pintu buat gue keluar dan otomatis membuat cewek-cewek disekitar gue memperhatikan kami. Siapa sih yang gak tertarik sama orang kayak Farrel? Cuman gue.
"Bisa gak sih gak usah lebay?" Sungut gue kesal dengan tingkahnya. dia hanya membalas dengan senyuman tulusnya.
Dan saat itu juga gue melihat Farrel sedang menatap gue dan Steven dengan tatapan intensnya. Gue gak Tau dia kenapa. Dan ternyata gue baru sadar disana ada tatapan kecemburuan.
-----
to be continue...
YOU ARE READING
My Destiny
Roman pour AdolescentsDibalik kejahilan Farrel, sebenarnya dia menyimpan rasa yang besar untuk gadis-nya itu. Akankah dia bisa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya? Atau dia akan menyerah karena sikap Rachel yang tidak pernah 'peka' terhadapnya? Xx: Cerita ini mence...