Chapter 6

3K 81 1
                                    

Hari pertama sekolah telah usai. Aku pun membereskan barang-barangku di meja lalu beranjak menuju lokerku.

"Kau pulang dengan siapa Jaz?"

"Aku pulang dengan Eleanor"

"Eleanor? Ketua ekskul fotografi itu?"

"Ketua ekskul fotografi?"

"Iya. Eleanor Steven kan?"

"Iya, Eleanor Steven"

"Dia siapa mu?"

"Dia saudara sepupuku"

"Kau beruntung sekali memiliki saudara sepupu dengan dia. Dia baik ke semua orang"

"Ya aku tau. Tapi akhir-akhir ini dia sedikit berubah"

"Berubah? Munkin karena Jesse"

"Jesse?"

"Jesse itu pacarnya Eleanor. Mereka sudah pacaran mungkin 1 tahun lebih"

"Ohh begitu. Ya sudah kalau gitu. Aku duluan ya Em"

"Ya. See you tomorrow"

"See ya" ucapku sambil melambaikan tangan

Aku pun berjalan menuju tempat parkir sekolah. Aku melihat sekeliling. Tak ada mobilnya Eleanor. Kemana dia? Mataku tertuju pada anak cowok yang sedang menaiki motornya. Motor itu! Motor itu yang kemarin dengan seenaknya menciprati aku dengan genangan air. Aku tak bisa melihat anak itu karena mukanya yang tertutup karena helm. Aku menghampirinya.

"Hey kau! Kau kemarin dengan sengaja ya menciprati aku dengan genangan air waktu dijalan dekat taman!" Ucapku langsung. Aku masih ingat dengan tipe motor dan plat nomornya.

"Excuse me?" Ucapnya lalu membuka helmnya. Astaga, Max! -_-

"Ohh ternyata kau! Jangan mentang-mentang kau terkenal dan kaya kau bisa seenaknya memperlakukan orang! Gak minta maaf lagi"

"Hahaha untuk apa minta maaf? Sudah terjadi kan. Percuma juga aku minta maaf, kejadian itu tetap akan terjadi" ujarnya.

Huh! Anak ini menyebalkan. Percuma juga aku memarahinya sampai berbusa, toh anak itu gak bakalan didengerin. 

"You're nothing and you'll get trouble. Remember it!" Ucapnya lagi lalu meninggalkan aku. Apa maksudnya dia dengan 'trouble'? 

Daripada bingung sendiri dengan pernyataan Max mendingan aku cari toko bunga. Sejak tiba di Inggris aku belum beli bunga. Kebiasaanku adalah beli bunga lilly. Aku sangat suka bunga lilly. 

Aku membeli 5 bunga lilly. Akan aku taruh bunga-bunga itu mengelilingi kamarku nanti. Ketika aku akan menyebrang, aku tak melihat kanan kiri karena terlalu senang membawa 5 buang lilly. Tiba-tiba

"Watch out!!!" Ada orang yang meneriaki lalu aku didorong dengannya hingga aku berada ditepian. Ya Tuhan, aku hampir saja mati tertabrak van kalau aku tidak selamatkan sama orang ini. Aku shock dan tiba-tiba aku terisak. Orang-orang disekitarku langsung melihatku dengan tatapan kasihan. Orang yang menyelamatkanku langsung memelukku dan membawaku menuju tempat duduk yang nyaman.

Aku pun menangis cukup lama dipelukan orang itu. Aku tak bisa melihat mukanya karena sisa-sisa air mata yang menggenang di mataku yang tidak mau hilang. Tapi sepertinya aku pernah melihat orang ini. Tapi dimana. A boy with bright blue eyes.

"Kau sudah baikan?" tanyanya memecahkan keheningan. Aku hanya mengangguk lemah karena masih shock. 

"You don't mind if I leave you?" Tanyanya lagi. Tentu aku tidak mau dia meninggalkanku. Aku sudah nyaman dipelukannya. Tapi aku tak boleh egois. 

"Yes" suaraku parau sekali setelah menangis. "Thank you" ucapku tulus. Aku hanya menunduk karena malu, kenapa bisa-bisanya aku menangis dihadapan orang yang baru aku temui. 

Dia pun meninggalkanku. Namun, sebelumnya dia mencium puncak kepalaku lembut. Aku bisa mencium bau harum parfumnya. Aku tak pernah sedekat ini ke semua orang yang menurutku baru. Aahhh aku jadi semakin sedih. Ada apa denganku? Dan tanpa ku sadari I'm fallin in love with my angel. Kenapa bisa? Karena dia yang menyelamatkan aku. Cliche bukan?

Tunggu, aku melihat gelang sederhana berwarna hitam. Apa ini milik cowok tadi? Aku ingin mengembalikannya dan melihat ke arah cowok tadi pergi, ternyata dia sudah pergi jauh. Aku memakai gelang cowok itu. Mungkin suatu saat nanti aku bertemu dengannya lagi dan aku akan mengembalikan gelangnya.

Setelah aku tenang dari kejadian itu. aku pun pulang ke rumah. Untung saja aku gak tersesat di jalan. Wll, aku punya ingatan yang cukup tajam. 

Setibanya di rumah, aku menaruh semua bunga-bunga itu di kamar. Aku pun menuju kamar Eleanor. Aku tau kalau dia lagi di rumah karena mobilnya yang sudah terpajang di depan rumah.

"El?" Seraya mengetok pintu kamar. "El?" Tak ada jawaban. "EL?!" Tetap tak ada jawaban. Aku pun langsung membuka kamarnya dan aku tak menemukan Eleanor di kasurnya. Kanan-kiri aku menengok. "El?" Ucapku lirih. Aku tertuju ke kamar mandi yang berada di kamarnya

"Ya Tuhan. Eleanor! What the hell you're just doing?!" Teriakku. Aku melihat Eleanor belumuran darah. Dia menyayat pergelangan tangannya dengan silet kecil yang berada di takan kanan mungilnya.

"Just go away Jaz. Let me die" dia mencoba untuk meronta tapi aku tak menggubrisnya. Aku pun langsung memeluk Eleanor.

"Kau kenapa El?" Tanyaku padanya. Tanpa pikir panjang, aku pun mengambil silet ditangan Eleanor lalu menyobek t-shirtku. Aku tak peduli itu t-shirt favorite ku atau tidak, yang terpenting sekarang Eleanor harus selamat. Aku membalut pergelangan tangannya dengan sobekan kaosku. 

Aku membantu Eleanor jalan menuju tempat tindurnya dan membaringkan badannya. Setelah itu aku mengambil kotak P3K di lantai bawah. Aku membersihkan lukanya dengan alkohol perlahan

"Aaahhhhh!!" Teriaknya. Sepertinya luka Eleanor cukup besar. 

"Sebentar lagi selesai El" setelah membersihkan lukanya dengan alkohol lalu aku berika obat anti septik dan membalut pergelangannya dengan perban putih.

"Ceritakan aku, kenapa kau bisa melakukan hal bodoh ini El" pintaku pada dia. 

"Jesse's cheating" ucapnya lalu terisak. Aku pun memeluknya erat. 

"Tenanglah El. He doesn't deserve you. You deserve better. Kau tak seharusnya begini El" aku mengelus punggungnya pelan dan tulus "setidaknya Jesse belum terikat akan pernikahan. Kau masih beruntung El" ucapku kembali. Tak terasa aku pun menitihkan air mata juga. Aku teringat Ryan lagi. Aku hapus air mata ku dengan cepat.

"Kau kenapa menangis Jaz?" Tanyanya lirih 

"Bukan apa-apa El. Kau istirahatlah" aku beranjak dari tempat duduk lalu berjalan ke kamarku. Mengambil 3 bunga lilly untuk El. Kurasa bunga-bunga ini akan membuat mood El menjadi lebih baik. Aku melihat jendela kamarku. Ku lihat ada anak laki-laki yang sedang merebahkan badan di tempat tidur dan melihat ke langit-langit.

Sepertinya anak laki-laki itu menyadari kalau aku memperhatikannya cukup lama. Dia beranjak dari tidurnya dan melihat ke arahku. MAX?! Dia tersenyum evil padaku. Aku pun terkaget. Kenapa Eleanor tak pernah bilang kalau kamarku berhadapan dengan kamar Max. Ohh damn no!

Dia membuka jendela kamarnya. Sepertinya dia ingin mengucapkan sesuatu padaku. 

"Kau ternyata seorang penguntit ya?" Teasing

"What?! Kurang kerjaan banget aku menjadi penguntit" jawabku langsung berjalan kembali ke kamar Eleanor.

Max's POV

Well well well, aku baru sadar kalau ternyata kamarku dan cewek itu berhadapan. Aku melihat dia yang sedang menundukkan kepala dan mengamati gelang itu.

Sepertinya akan menarik permainan ini. Oya, aku lupa tanya ke Mark untuk menanyakan siapa nama cewek ini. Aku mengambil iPhone ku lalu mengirim pesan ke Mark. Tak berapa lama kemudian, ada balasan pesan dari Mark

From: Mark
Jazmyn Anna Byrne. She's half Indonesian-British. 

Ini benar-benar akan menarik

Max's POV ends

Bad Boy vs Good GirlWhere stories live. Discover now