Chapter 8

2.6K 84 1
                                    

Sekolah hari ini selesai. Akhirnyaaaa... No more Max, Max, and Max. But wait, tapi kamarnya dia kan berhadapan dengan kamarku. Ah bodo amat.

Aku berjalan dengan riang menuju rumah. Ada mobil Audi TT yang menepi di depanku, lalu pengemudinya menghampiriku.

"Cody. Ada apa?" Tanyaku bingung

"Ayo pulang denganku"

"Nah, I'm fine" tolakku. Aku benar-benar tak ingin merepotkan Cody.

Cody langsung menarik tanganku, dan memasukkan aku ke dalam mobilnya lalu memakaikan seat belt untukku. Aku tersentak kaget. Tapi aku buru-buru menutupi kegugupanku. Aku melihat ekspresi Cody. Dia biasa saja. dia langsung beranjak ke tempat duduk pengemudi. Di dalam perjalanan, terjadi suasana hening.

"Kau tak perlu repot-repot mengantarkanku, Cody" ucapku memecahkan kehinangan.

"Aku tak perlu menjawabnya Jaz" aku semakin bingung dengan jawaban Cody. "Kau tau, aku tak suka penolakan"

"Huh" aku menghembuskan nafas kesal yang ku buat-buat.

"Dimana rumahmu?" Tanyanya

"Kau tau rumahnya Eleanor Steven, ketua ekskul fotografi?" Tanyaku balik

"Ya aku tau. Memangnya kenapa?"

"Disitu rumahku"

Cody's POV

"Disitu rumahku" ujarnya. Aku semakin bingung. Perasaan aku tak pernah tau kalau Eleanor punya saudara kandung atau gimana.

"Excuse me?" Aku minta penjelasan pada Jazmyn

"Eleanor itu saudara sepupuku. Ibunya Eleanor, adik dari ayahku. So yeah" jelasnya.

Aku pun fokus kembali ke depan. Tak berapa lama kemudian, kami sampai di depan rumah Jazmyn, maksudku rumahnya Eleanor.

"Thank you" ucap Jazmyn lembut.

'DAMN!! Kau semakin membuatku gila padamu, Jazmyn' batinku

"You're welcome" jawabku.

"See you tomorrow"

"See ya"

"Take care, Cody"

Aku sangat suka sekali dengan pengucapan Jazmyn ketika dia mengucapkan namaku. Dia melepas seat belt-nya lalu melambaikan tangan padaku. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai balasan lalu dia keluar dari mobilku

Cody's POV ends

Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan riang.

"Assalamu'alaikum" tak ada jawaban. Berarti Uncle dan Aunty tak ada di rumah. Aku lupa, kalau akulah satu-satunya yang muslim di rumah ini.

Aku langsung menuju kamar Eleanor. Aku mengetuk pintu kamarnya

"El?"

"Masuk aja Jaz. Pintunya gak dikunci" jawabnya dari dalam

Aku langsung masuk ke dalam kamar Eleanor.

"Hi El. How's your feeling?" Tanyaku

"Feeling better. Kau sudah pulang?"

"As you see"

"Itu hoodie-nya siapa?" Sepertinya Eleanor menyadari kalau yang kupakai bukanlah punyaku.

"Mmm" Aku bingung harus menjawab apa. "Ini..ini punyanya Cody"

"Cody Dawson maksudmu? Kapten tim basket itu"

"Iya" jawabku singkat

"Kenapa bisa dikamu?"

"Tadi...tadi aku jatuh di lumpur, jadinya begini" duuh gak masuk akal banget sih jawabanku

"Kamu gak bisa bohong ke aku, Jaz"

"Tadi Max menjatuhkan makanannya di depanku pas istirahat. Mungkin dia gak sengaja"

"Kau ada masalah dengannya?" Tanya El to the point

"Apa maksudmu El?" Aku tak pengerti pertanyaannya

"Max bukan orang yang kayak gitu kalau gak ada orang yang cari mati sama dia" jelasnya "Kau ada apa dengannya?"

"Kemarin....Max tanya namaku di kantin. Aku mengacuhkan dia. Karena Emma bilang kalau dia playboy"

"Ya, aku tau dia playboy. Tapi tak seharusnya kau mengacuhkan dia. Kau sama aja cari mati, Jaz. Kau tau itu kan?"

"Ya, aku tau itu El" ucapku tertunduk. "Tapi itu juga salahnya dia, waktu di jalan dia dengan sengaja mengendari motornya cepat dan dijalan ada genang air akhirnya aku terkena air itu" childish banget sih aku

"Kau tak usah kaget dengan hal semacam itu. Ya sudahlah. Itu sudah terjadi"

"Ya, aku ke kamar dulu El" huh bukannya Eleanor menyemangatiku, dia malah membela playboy itu. Sesampainya di kamar, aku hempaskan badanku di kasur lalu aku menatap langit-langit. Aku bangun lalu mengamati gelang hitam milik cowok yang menyelamatkan aku waktu itu.

Bosen. Gak tau harus ngapain. Aku turun ke bawah lalu mengambil gitar akustik milik Aunty Sarah. Aunty bilang kalau aku bisa meminjam gitarnya kapan pun aku mau. Aku mengambil gitar lalu beranjak ke kamar. Memainkan satu atau dua lagu cukup untuk mengembalikan moodku yang sedang tidak baik ini

Max's POV

Samar-samar aku mendengar ada orang yang sedang memainkan lagu dengan gitar. Aku mencari tau sumber suara itu. Ku buka jendela kamarku, suara itu semakin lebih jelas. Ternyata suara itu berasal dari kamar cewek itu. Aku menikmati setiap petikan yang dia mainkan dengan gitarnya.

'Merdu juga suara cewek itu' puji ku dalam hati.

Aku akan membuatnya jatuh cinta sekaligus membuatnya menangis

Aku tak akan menyesali apa yang aku lakukan padanya

Max's POV ends

Bad Boy vs Good GirlWhere stories live. Discover now