Chapter 14

2.8K 65 0
                                    

Hari ini aku benar-benar tidak punya keinginan untuk pergi ke sekolah. Aku masih kepikiran Jazmyn. Apa dia masih marah sama aku? Tentu Max! Kau sudah meneriakinya, dia tak suka ada orang yang berteriak padanya. 

Aku merebahkan badanku di kasur berukuran king size. Ya, aku semalam menginap dirumah orang tuaku yang berada dipusat kota. Kawasan elite.

Aku harus minta maaf bagaimana ke Jazmyn? Aku berpikir sejenak

"Ahh I know what should I do. Lebih cepat lebih baik" ucapku lalu beranjak dari kasur dan mengambil kunci mobil range rover evoque ku dimeja sebelah kasur

Aku langsung menuju salah satu toko bunga terkenal yang berada dipusat kota. Tak butuh waktu lama aku menuju ke sana.

Tringgg bunyi bel yang berada diatas pintu masuk toko itu

"What can I do for you?" Tanya wanita separuh baya yang masih cantik diumurnya

"Saya pesan 15 buket bunga lilly please"

"Wait for a while. Saya akan mempersiapkannya" ucapnya lalu meninggalkanku. 

Sekitar 15 menit wanita itu kembali kedepan sambil membawa 15 buket bunga lilly yang dibantu oleh pengawalnya

"Bisakah bunga-bunga itu dimasukkan ke dalam mobil saya?"

"Tentu tuan" 

Tak lama kemudian, bunga-bunga itu sudah berada di dalam mobilku. Aku langsung berangkat ke rumah sakitku well, rumah sakit Jazmyn dirawat.

Aku mengambil iPhone ku lalu menelpon seseorang

"Good morning, this is..."

"Its me Max Carter" potongku

"What can I do for you mr. Carter?"

"Tolong siapkan 14 suster diparkiran lobby untuk membawa bunga-bungaku"

"Baik tuan" ucapnya lalu ku putus koneksi telponku

Sekitar 30 menit, aku sudah sampai didepan parkiran lobby. 14 suster sudah siap berada ditempat

"Tolong bawakan bunga-bunga ini ke kamar Mrs. Byrne"

"Baik tuan" ucap mereka bersama-sama

Max's POV ends

Eleanor dari kemarinlah yang menjagaku. Aku tak terlalu berharap kalau Max akan datang lagi setelah pertengkaran kami kemarin.

I know its not a really big deal.

"El, kau tidak sekolah?"

"Aku sudah izin ke sekolah kalau aku gak masuk hari ini"

"El, kamu tak seharusnya bolos sekolah. Its our senior year. Habis gini kita lulus"

"Aku tau Jaz, tapi siapa yang akan menjagamu nanti?"

"Aku sudah besar El. Meskipun aku sakit, aku bisa jaga diriku sendiri. Kau bisa datang ke sini setelah pulang...." Aku melihat ada seseorang membuka pintu. Suster? Membawa buket bunga lilly.

"Sus, bunga itu untuk siapa?"

"Untuk anda, nona" ujarnya lalu tersenyum dan keluar dari kamar. Tak lama, datang lagi seorang suster. Wth?

"El? Kau tau itu dari siapa?"

"I've no idea, Jaz"

Ada 14 suster membawa buket bunga lilly. Berarti ada 14 buket bunga lilly yang ada dikamarku ini. Ada seseorang lagi yang masuk ke dalam kamarku sambil membawa buket bungal lily.

"Max?" Ucapku lirih

"Hi Jazzy" sapanya dengan tersenyum tulus. Oh damn! His husky, deep, and sexy voice make me overwhelmed

"Hi" jawabku

"Sebaiknya aku pergi. Aku akan datang lagi nanti, Jaz" ucapnya sambil memelukku. Aku balas pelukannya El. "Bye guys" pamitnya sambil melambaikan tangan.

"Bye El" balasku. Sekarang tinggal aku berdua dengan Max. Suasa canggung sangat terasa di atmosfer ruangan ini.

"This is for you" ucapnya memecahkan kecanggungan sambil memberikan buket bunga lilly itu kepadaku

"What are those for, Max?"

"For apologize?"

Aku masih bingung dengan pernyataannya Max.

"I'm so sorry for..."

"Its okay Max. Seharusnya aku yang minta maaf. I behaved childish" potongku sambil kepalaku tertunduk. Dia berjalan mendekat lalu mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya berada dipipiku secara perlahan. 

"I'm still sorry for yelled at you yesterday. Aku tau kau membenci orang yang meneriakimu" ucapnya lalu merapikan poniku yang menutupi mukaku untuk dibenahi dibelakang telinga. "Forgive me please?"

"Aku sudah memaafkan kamu dari kemarin Max"

"Thank you Jazzy" ucapnya lalu memelukku. Dagunya berada di kepalaku sedangkan kepalaku berada didadanya yang bidang "Kau suka dengan bunganya?" Tanyanya sambil melepas pelukannya

"Sangat suka. Terima kasih banyak Max"

"My pleasure princess"

Max's POV

"My pleasure princess" ucapku sambil tersenyum tulus padanya.

"Tapi kau tak seharusnya memberiku buket bunga lilly sebanyak ini Max. Kau menghabiskan uangmu sendiri"

'Oh my God, Jaz. Uangku masih cukup untuk membeli semua buket bunga lilly di kota ini. Dan uangku pun masih sisa banyak' ucapku dalam hati. Aku tau dimatanya dia, aku bukanlah anak dari seorang millioner dikota ini. Bahkan dinegara ini. Bagi dia, aku hanya cowok biasa seumuran dengannya.

"Jangan menolak pemberianku Jaz" aku hanya membalasnya singkat.

Drrtt drrttt drrttt

iPhone nya bergetar, dia melihat siapa yang menelponnya.

Max's POV ends

iPhone ku bergetar, aku melihat siapa yang menelponku. Adam, kakakku.

"Hel...."

"Oh my God Jazmyn. Gimana kabarmu? Aku mendengar kabar kalau kau dirawat dirumah sakit. Kau kenapa honeybuns? Oh my God I'm a bad brother for you and I..."

"Kak, can you just stop give me millions of questions? Just breath" ucapku. Aku tau kalau kakakku tadi berbicara tanpa nafas sama sekali. "Yeah, kau memang kakak yang buruk untukku. Dari awal aku datang ke Inggris, kau belum juga menelponku. Kau kakak macam apa?" candaku dengan bahasa indonesia

"I'm so sorry Jaz. Aku lupa kalau kau pindah ke Inggris. Dan akhir-akhir ini aku juga sibuk dengan kuliahku, kau tau kan kalau..."

"Aku tau aku tau aku tau kak" potongku. "Kalau kau tak datang hari ini juga, aku akan mengacuhkanmu seumur hidup" ucapku. Aku melihat Max yang kebingungan apa yang aku ucapkan.

"Jangan gitu dong dek. Aku belum siap-siap nih"

"Aku gak peduli. Its for your punishment" ucapku lagi. "Bye kak. I've a guest"

"Siapa hayo dek? Pacar ya?"

"None of your business" ucapku sambil menggunakan nada menggoda "bye kak"

"Dek deek dekkkk..." Ucapnya lalu kuputus koneksi telpku dengan kakakku

"Siapa Jaz? Pacarmu?" Ucapnya dengan ekspresi tak suka

"Bukan. Dia kakakku" balasku, kulihat ekspresinya sekarang yang lebih tenang. "Kau tidak sekolah Max?"

"Tidak. Aku lagi malas" ucapnya singkat. 

Tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarku. Mama dan Ayah.

"Mom, dad?" Ucapku terkejut

"Sweetheart, gimana keadaanmu?" Ucapnya sambil berjalan kearahku lalu memelukku

"Feeling better mom"

"Pumpkin, I miss you so much"

"I miss you too dad"

"Ayah tadi bertemu dengan teman ayah, pemilik rumah sakit ini" ucap ayah excited. Aku melihat tiba-tiba Max salah tingkah. "Kapan-kapan kita harus mengundang mereka makan malam" 

"Oh ya, dia siapa Jaz?" Tanya mama merubah topik pembicaraan

"Maaf mr. and mrs. Byrne, saya belum memperkenalkan diri. Saya Max Carter. Temannya Jazmyn. Saya yang...."

"Dia yang menolongku dengan membawaku ke sini dad"

"Terima kasih Max, kau sudah menolong anak kami" ucap mama berterima kasih ke Max

"Kau bilang tadi namamu Max Carter, berarti kau..." Tanya ayah curiga

Drrtt drrttt iPhone Max bergetar

"Sorry mr. and mrs. Byrne, saya permisi mau angkat telp ini"

Max's POV

Ddrrtt drttt oh God thanks. Siapa yang menelpon aku adalah penyelamatku.

"Sorry mr. and mrs. Byrne, saya permisi mau angkat telp ini" pamitku pada mereka

"Ya. Silahkan Max" ucap mamanya Jazmyn.

"Hallo?" Aku angkat telpku

"Max, kau dimana sayang?" Tanya mamaku diseberang sana.

"Aku di rumah sakit. Ada apa mom?"

"Cher menangis dari tadi. Dia mencari mu" Cher adalah adikku yang berumur 9 tahun

"Iya mom. Aku akan pulang sekarang"

Aku langsung memutus koneksinya lalu beranjak kembali ke kamar Jazmyn.

"Mr. and Mrs. Byrne, I'm so sorry, saya harus pulang. Orang tua saya tadi menelpon saya untuk pulang" ucapku pamit pulang. Aku melirik sekilas ke arah Jazmyn. I give her direction i-have-to-leave-i'm-sorry. "Its pleasure to meet you mr. and mrs. Byrne" ucapku lagi lalu menjabat tangan ayah dan mamanya Jazmyn.

"Yes. Its nice to meet you Max" ucap mr. Byrne

"I've to go Jazmyn. See you later Jaz. Bye" ucapku padanya

"Bye" ucapnya dengan suara lirih sekali. Oh please Jaz, aku tak bisa meninggalkanmu kalau kau seperti itu. Tapi tak apalah, ada orang tuanya yang kali ini menjaganya.

Max's POV ends

Aku melihat Max berjalan keluar dari kamar rawat inapku. 

"Dia sepertinya anak yang baik Jaz" kata mama

"Ya ma" ucapku singkat

"Dan bunga-bunga ini dari siapa sweetheart? Banyak sekali"

"Itu...itu dari Max ma. Max yang membelikan itu untuk aku semuanya"

"Untuk apa"

"I don't know mom" I shrug "For apologize maybe" ucapku akhirnya. Aku melihat muka mama berkerut karena kebingungan. 

"Pumpkin?"

"Yes daddy?"

"Namanya dia Max Carter?"

"Iya dad. Ada apa?"

"Nama Carter seperti nama belakang teman daddy pemilik rumah sakit ini"

"Tapi nama Carter di Inggris banyak dad. Enggak cuman namanya Max aja kan?"

"Iya, ayah juga tau" ucap ayah menyerah. "Gimana sekolahmu di sini?"

"Not bad daddy. School's cool " jawabku sambil memberi penekanan kata 'cool'. Kenyataan aku benar-benar benci sekolah sejak di bully oleh Max. Semoga aja dengan ada kejadian ini, Max enggak bakal nge-bully aku lagi

"Pumpkin?"

"Yes daddy?"

"Daddy and mommy sudah beli rumah yang cukup nyaman untuk kita dipusat kota..."

"Then?"

"Kau akan tinggal bersama kita"

"Tidak dad. Aku akan tetap tinggal dirumah Uncle Ben dan Aunty Sarah untuk sementara sampai aku lulus, jika mereka tak masalah"

"Kau serius pumpkin?"

"Tentu daddy. Aku tak mau daddy menghabiskan uang hanya untuk mengurus kepindahan sekolahku lagi"

"Itu tidak masalah sweetheart kita...."

"No mom. I'm okay with this. Mom and daddy masih bisa datang menjengukku kapan pun kalian mau. Dan 3 bulan lagi, aku sudah lulus mom" potongku

"Baiklah sweetheart kalau itu mau mu" ucap mama mengalah "Adam sudah  menelponmu?"

"Oh my God, mom. Mama yang beritahu kakak tentang keadaanku?"

"Begitulah"

"He just freaked out, mom" ucapku dramatis "sorry"

"Seperti itulah kakakmu" mommy shrugged

Max's POV

Sesampainya di rumah aku mendengar suara tangisan anak kecil. Sepertinya Cher menangis

"I'm home" teriakku seisi rumah. 

Tiba-tiba ada anak kecil berumur 9 tahun datang kepadaku lalu memelukku erat

"Max!! I miss you"

"I miss you too honeybuns"

"Kau kenapa jarang sekali dirumah? Kau sudah tak sayang dengan adikmu ini?" Ucapnya lalu melepaskan pelukannya

"Of course no cher. Aku masih sayang sekali sama kamu. Sungguh" ucapku sambil mencubit hidungnya "bagaimana kalau besok pagi, kita jalan-jalan dan aku akan membelikanmu apapun yang kamu mau?" Tawarku padanya

Kulihat matanya melebar dan berbinar

"It'll be cool. You're my best brother Max"

"Thank you for the compliment honeybuns" 

"Max ayo kita main" ucapnya lalu menarik tanganku

Ya, aku memang tak bisa jauh dengan adikku satu-satunya. Dia sering kesepian karena daddy jarang sekali di rumah. Sedangkan mommy seorang dokter spesialis jantung yang jam kerjanya benar-benar gila dan itulah yang menyebabkan mommy juga jarang sekali di rumah. Meskipun tidak separah daddy

Max's POV ends

Sore harinya, mom and dad masih menjagaku. Aku tau mereka masih capek, tapi mau gimana lagi.

Aku mendengar ada orang yang mengentuk pintu, lalu membukanya

"Jazmyn?"

"Oh my God. Kakak" ucapku yang masih terkaget. Adam langsung berjalan ke arahku lalu memelukku. Dia langsung memberikanku sebuket bunga lilly. Lagi!

"Itu bunga lillynya banyak banget. Dari siapa dek? Pasti orangnya special banget ya" Tanyanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Aku pun tersenyum malu dengan pertanyaan kakakku

"Itu...i-itu dari Max, kakak. Temen aku yang menolongku"

"Sungguh?"

"Begitulah kak"

Ahhh syukurlah kalau kakakku tidak menanyaiku macam-macam.

-------------------------------------------------------------------------------------------

----> the picture of Adam :D

Bad Boy vs Good GirlWhere stories live. Discover now