Chapter 9

2.7K 80 0
                                    

Hari ke tiga di sekolah. Semoga aja baik-baik. Aku tak berharap banyak.

Hari ini sekolah baik-baik saja. Malahan aku senang sekali. Setibanya aku disekolah, aku langsung menuju lokerku untuk mengambil semua keperluanku dan aku menemukan sebuat boneka teddy bear kecil berwarna biru. Ada kertas kecil disebelah teddy bear itu.

Ini untukmu. Jangan sedih ya
From: your life saver

'My life saver?' Tanyaku dalam hati lalu tersenyum. Siapa? Apa mungkin cowok itu yang memberikan boneka ini padaku.? Bagaimana bisa dia tau aku sekolah di sini? Beribu-beribu pertanyaan yang mengganggu otakku selama pelajaran hari ini.

Tapi hari ini tak sebaik yang ku kira. Buku catatanku hilang. Seingatku aku menaruhnya di ranselku. Dan aku tinggal sebentar di kelas ketika aku ke toilet pas jam istirahat. Ketika aku akan berjalan keluar sekolah, aku menemukan tumpukan kertas yang disobek-sobek beserta binder warna biru laut. Binder itu. Itu punyaku. Aku pun mengambilnya.

'Astaga, siapa yang tega merobek semua kertas-kertas catatan pelajaranku' aku mulai menangis. Aku mengambil semua bekas sobekan-sobekan catatanku. Aku merasakan ada orang berada disampingku

"Ada apa, Jaz?" Tanya Cody

Aku pun tak bisa menjawabnya. Aku tetep menangis dalam diam.

"Astaga siapa melakukan ini?" Tanyanya geram.

"I don't know" ucapku sungguh lirih. Cody langsung menarik tanganku, dan menggiringku menuju suatu tempat. Parkiran sekolah.

"What the fuck with you just did to Jazmyn?!" Tanya Cody tanpa basa-basi ke Max

"Apa maksudmu brother?" Ucap Max setenang mungkin.

Max's POV

"Apa maksudmu brother?" Ucapku setenang mungkin. Aku sudah tau kedatangan Cody di sini dengan Jazmyn yang berada disebelahnya. Kulihat matanya dia yang memerah karena menangis. Oh man, aku benar-benar tak bisa melihat perempuan menangis.

"Aku tau kau yang merobek semua catatan Jazmyn"

"Apa ada bukti?" Ucapku smirk

"Aku tak membutuhkannya Max. Aku tau kalau kau yang melakukannya!"

"Kau tau siapa yang melakukannya sweetheart ?" Tanyaku pada Jazmyn dan kuperlihatkan senyum palsuku

"I don't...know" ucapnya dengan suara parau.

"See? Dia saja tak tau siapa yang melakukannya. Sudahlah, itu hanya buku catatan murah. Dia bisa membelinya lagi" ujarku meremehkan. Aku langsung menyalakan mesin motorku lalu meninggalkan mereka.

Apa aku terlalu berlebihan pada Jazmyn? Persetan. Apa pedulilu padanya

Max's POV ends

"Sudah, tenanglah Jaz. It'll be okay"

Aku pun hanya menganggu pasrah. Cody langsung menarikku ke dalam mobilnya.

"Kita mau kemana?"

"Belikan kamu binder yang baru. Bindermu itu juga sudah rusak bukan?"

"Iya. But you don't have to. Aku bisa membelinya nanti. El akan mengantarkanku beli binder"

"Aku tak suka penolakan Jaz. Kau sepertinya benar-benar lupa apa yang aku katakan ya?"

"Ya sudah. Terserah kau sajalah"

Selama diperjalanan, kami hanya diam. Tak ada seorang pun yang memecahkan keheningan ini hingga kami sudah sampai ditempat tujuan. Mall?!

"Kenapa di Mall?"

"Disini juga ada toko yang menjual binder Jaz"

Cody langsung menggandeng tanganku. Banyak orang yang melihat kami sambil tersenyum simpul. Tapi aku juga melihat kumpulan cewek-cewek yang melihat kami dengan raut wajah... Envy? Tak taulah. Aku menundukkan kepalaku karena malu. Tiba-tiba Cody berhenti, akhirnya kepalaku menabrak dadanya yang bidang.

"Sejak kapan kau suka menunduk begitu Jaz"

"Sejak aku lahir" ucapku yang masih tertunduk. Cody langsung mengangkat kepalaku dengan jari telunjuknya berada di daguku.

"Look at me Jaz" ucapnya "you're beautiful. Kau cantik, kamu tak perlu malu karena orang-orang melihatmu"

Aku pun hanya mengangguk. Tanggannya kirinya sudah berada diatas kepalaku

"Thank you"

"For what?"

"The compliment"

"Its my pleasure Jazmyn" ucapnya lalu menggandeng tanganku lalu kami menuju sebuah toko yang menjual binder. Dia memilihkanku binder berwarna merah maroon. Katanya sih warna kesukaannya. Tak apalah, aku nurut aja.

"Aku yang akan bayar" ucapnya ketika aku mulai mengambil dompetku

"Aku saja Cody. Binder ini akan jadi milikku, jadi aku yang akan bayar" aku menolak secara halus

"Terserahlah" ucapnya.

Setelah membayar binder di kasih, kami keluar dari toko itu.

"Aku haus, ayo cari minum"

Cody mulai menggandengku dan membawaku menuju starbucks. I order something chocolate and he orders for a coffee.

"Kali ini aku yang bayar. Jangan menolaknya. Aku sudah mengalah padamu tadi" ucapnya. Sepertinya dia membaca pikiranku yang akan membayar minuman itu.

Kami pun duduk dimeja dekat dengan kaca. Dia bercerita tentang kehidupannya di sekolah sebelum kepindahanku. Ternyata benar kata Emma, cewek-cewek disekolah menggilai Cody. Ketika valentine, dia dikirimi banyak sekali coklat. Pada akhirnya, coklat-coklat itu dia berikan ke teman-temannya. Aku kasihan sekali dengan cewek-cewek itu. But, never lose hope okay?

Aku pulang diantar oleh Cody jam sekitar jam 7. Seneng juga diajak jalan-jalan sama Cody. Dia teman yang baik sekali.

"I'm home!!" Teriakku seisi rumah

"Kau dari mana saja Jaz" tanya Eleanor turun dari tangga

"Mmm, aku tadi habis beli binder"

"Tapi kenapa lama sekali?"

"Itu... Itu..." Aku tak bisa mengatakannya kepada El karena malu

"Kau tadi diantar siapa?"

Aku berpikir sejenak. Enaknya aku bohong atau jujur ya? "Cody"

"Ohh jadi kau sekarang lagi dekat dengan Cody ya?" Ucapnya dengan nada menggoda

"Enggak enggak. Dia hanya teman aja. Dia baik ke aku. Jadi begitulah"

"Bener???"

"Iya Eleanor"

"Masa sih???"

"Iya Eleanor Steven, kenapa kau jadi suka menggoda aku sih"

"Kau lucu sih kalau mulai nervous hahaha" ucapnya lalu beranjak ke dapur.

Huh. Apa ekspresiku terlalu mudah untuk dibaca?

Bad Boy vs Good GirlWhere stories live. Discover now