Behind The Photo

11.2K 882 23
                                    

Dentuman musik yang keras menyeruak masuk ke telinga Axel. Pikirannya tampak tak jernih dan perutnya panas akibat satu botol minuman alkohol yang telah ia minum.

"Gila lo Xel, kuat juga sebotol gitu lo abisin," ucap Tomy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Axel menyeringai. "Ya gini lah gue. Lagian udah biasa juga,"

"Sekarang lo ngga boleh minum lagi. Daripada entar mabok, bikin kita kita jadi repot," celetuk Michael lalu menarik satu gelas tequila dari tangan Axel.

Axel hanya tertawa kecil melihat tingkah laku teman-temannya yang baginya masih tergolong polos.

"Xel, gimana cewek di sekolahan kita? Ada yang nyantol gak? Hahaha." Kata Kevin membuat Tomy dan Michael ikut tertawa.

"Hahaha ada sih. Gue rada tertarik aja sama dia."

Mata Kevin, Tomy, dan Michael membulat. Mereka sangat kepo dengan cewek yang dimaksud Axel. "Siapa siapa?" Tanya Michael dengan wajah kepo nya.

Axel terkekeh "Kayak cewek ngegosip aja lo. Mau tau aja,"

"Gue tau, pasti si Selly," ucap Kevin sok tahu.

Axel mengernyitkan dahi nya. "Selly? Selly yang mana?"

Kevin memutar bola matanya, "Selly Yogaswari. Masa ngga tau? Yang paling bohay di kelas kita." Ucapan Kevin tersebut sukses membuat teman-temannya tertawa.

"Oh dia. Iya sih, dia cantik, tapi bukan dia yang gue maksud," ucap Axel.

"Oh, jangan-jangan Alexa? Ciee," ejek Tomy.

Axel tertawa kecil, "Nggak lah! Anak culun kayak dia mah bukan tipe gue. Udah culun, galak lagi. Nggak banget."

"Ah masa?" ejek Kevin membuat ia menerima toyoran di kepala nya dari Axel.

"Nggak--" ucapan Axel terpotong saat merasakan handphone nya bergetar dan tertera nama saudara kembarnya di layar handphone nya. "Halo."

"Lo di mana Xel? Pulang sekarang deh, kasian Ibu nungguin lo,"

Axel memutar bola matanya. "Ya elah, suruh dia tidur aja. Bilang ke dia, nggak usah lebay jadi orang,"

"Ya ampun Xel, mau sampe kapan sih lo kayak gini? Kasian Ibu,"

"Suruh dia tidur dan jangan bawel," ucap Axel lalu mematikan sambungan telepon dengan kesal.

"Kenapa Xel?" tanya Tomy karena merasa ada yang tidak beres saat melihat raut wajah Axel yang kusut.

"Nggak, ngga apa-apa. Udah, kita lanjut aja hahaha." Mereka pun kembali berbincang-bincang soal cewek-cewek di sekolah.

00.21

Axel dengan wajah suntuk akhirnya tiba di rumah nya. Tanpa ia ketahui, seorang wanita paruh baya sedang menunggu dan mengkhawatirkannya.

"Axel? Akhirnya kamu pulang juga." sambut Nadya membuat Axel sempat terkejut dengan suara Ibunya yang tiba-tiba itu.

"Iya," jawab Axel singkat, ia berjalan melewati ibu nya, berniat bergegas menuju kamar.

"Axel," langkah Axel terhenti saat mendengar suara Nadya yang memanggil nya, "Sampe kapan kamu mau begini sama Ibu kamu? Segitu besarnya kah kesalahan Ibu sampe kamu nggak ngerti juga sama penjelasan Ibu yang udah sering Ibu bilangin ke kamu?" ucap Nadya menahan tangis.

"Ibu jangan pura-pura bodoh lah, pake nanya pertanyaan semacam gituan ke aku. Ibu kan tau kalo Ibu salah. Sekarang aku tanya, siapa yang buat Bapak meninggal?! Ibu kan? Masih juga belom tau letak kesalahannya di mana?!" ucap Axel dengan nada tinggi membuat tangis Nadya akhirnya pecah.

"Axel, cukup," Alex yang untungnya masih terbangun langsung keluar kamarnya saat tau Axel sudah pulang. Axel menatap Alex yang sedang berada di lantai dua dengan penuh dengki. Ia menaiki tangga untuk menuju kamarnya tanpa peduli dengan Nadya dan Alex. Alex langsung menghampiri Nadya dan mengusap kedua lengan Nadya yang gemetar. "Kan Alex udah bilang Bu, Ibu mending tidur aja, kalo nungguin Axel malah jadi kayak gini kan." Ucap Alex lembut.

Sementara Axel, ia menghempaskan dirinya ke kasur nya. Segala pikiran dan perasaan berkecamuk dalam dirinya. Kini ia menatap foto dirinya bersama Najib-Ayah Axel-yang tertempel di tembok, membuat dada nya terasa sakit.

Di foto, terdapat Axel yang masih kelas tiga SMP, sambil memegang ikan di tangan kanannya yang baru saja ia tangkap waktu itu bersama Najib, dan Najib yang sedang tersenyum bahagia berdiri di sebelah kiri Axel.

"Pak! Aku dapet ikan!" ucap Axel dengan senyum bangga nya, membuat sang Ayah mengelus lembut puncak kepala anaknya itu.

"Hebat kamu Xel! Sekarang masukin lagi ikan itu ke sungai," ucap Najib, membuat Axel bingung.

"Kok gitu pak? Udah capek-capek aku ambil malah ditaro di sungai lagi,"

Najib tersenyum lalu mengambil ikan itu dari tangan Axel dan melepaskannya ke sungai.

Axel yang tadinya ingin protes, langsung ditimpal oleh omongan Ayahnya, "Kamu ngga kasian sama ikan itu? Dia juga mau idup sama kayak kamu Xel. Kita mancing di sini just for fun kok. Bapak nggak bermaksud buat bunuh ikan-ikan itu."

Senyuman mengembang di wajah Axel. Betapa bangganya ia dengan kebaikan dan ketulusan hati yang dimiliki ayahnya itu.

"Nanti kalo Axel udah gede, Axel mau jadi dokter hewan deh. Nggak apa-apa kan Pak?"

Najib tersenyum, "Bagus dong, itu cita-cita yang hebat! Bapak akan selalu dukung kamu, Xel,"

"Makasih Pak! Oh iya, Axel boleh mancing ikan terus foto sebentar ya sama ikan nya? Nanti aku taro lagi di sungai."

"Boleh dong! Foto sama Bapak ya?"

"Iya dong Pak!"

Begitulah kisah yang terdapat pada foto itu. Axel mengacak rambutnya frustasi setiap kali ia harus menyadari bahwa sosok seorang ayah di kehidupannya telah hilang.

****

HAHA sorry banget kalo feel nya ga dapet hehe. but, i hope you like it, guys.

jangan lupa ninggalin jejak yaa, vomment chapter ini;)

27 Januari 2016

Alexa & AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang