Mereka diam saja dalam perjalanan menuju rumah Alexa. Sampai akhirnya Alexa membuka percakapan, "Lo tau rumah gue?"
"Tau. Ya, ngga tau persis sih. Tapi di Komplek Bumi Nusa kan?"
Alexa membulatkan matanya, "Darimana lo tau?"
"Semua orang juga tau kali rumah nya Kak Tama. Berhubung gue juga satu komplek sama lo, jadi gue tau deh jalan ke komplek nya,"
"Ohh lagi-lagi gara-gara Kak Tama. Kalo ngga ada Kak Tama mungkin aku bener-bener ngga dianggap di sekolah ini," batin Alexa.
Teringat oleh Alexa pada saat itu ia bertemu dengan Axel di warung Bu Ayup. "Pantes aja bisa ketemu Axel waktu itu, ternyata rumah dia di sini juga."
"Woy, kok malah bengong?" tanya Alex membuyarkan lamunan Alexa.
"Hehe maaf maaf. Oh, ya ini belok kanan," ucap Alexa. Alex pun mengarahkan stir mobilnya ke kanan.
Dan sampai juga akhirnya mereka di depan rumah Alexa. "Thank you ya Lex. Mau mampir?"
"Nggak, nggak usah Lex hehe,"
"Ih ngga apa-apa. Biar minum aja dulu, yuk," Alex pun akhirnya menuruti ajakan Alexa. Memang terbenak dalam diri Alex untuk mengetahui tentang gadis yang ada di sebelah kiri nya ini.
"Oke deh," Mereka pun turun dari mobil dan memasuki rumah, lalu disambut oleh Caca—Ibunya Alexa—
"Eh, anak mama udah pulang hehe. Wih, siapa nih? Kok ganteng? Pinter kamu Lex cari cowok," ucap Caca menatap Alex dari atas sampai bawah.
"Ihh, dia temen aku ma, namanya Alex," lalu Alex sungkem tangan Caca.
"Wah, namanya sama lagi. Hehe, cocok deh kalian. Oh ya, Alex mau minum apa?"
"Ngga usah tante, hehe,"
"Ih, ngga apa-apa kali, tante buatin ya," Caca langsung meninggalkan Alexa dan Alex di ruang tamu menuju dapur.
"Duh Lex, sorry ya, nyokap gue kalo ngomong emang suka ngasal hehe," ucap Alexa lalu cengengesan.
"Iya ngga apa-apa kok. Santai aja hehe," tiba-tiba handphone Alex berbunyi. Tertera nama Axel di sana, lalu ia menggeser warna hijau di layar handphone nya. "Halo Xel."
"Lo dimana?" ucap Axel yang kini sudah tiba di rumah nya.
"Lagi di rumah Kak Tama nih,"
"Hadeh, cepet deh lo pulang sekarang. Lo kalo mau modus sama Alexa, besok aja di sekolah. Gue nggak mau di rumah berdua doang sama ibu,"
Alex menghela napas panjang, "Iya iya, gue pulang sekarang," ucapnya lalu mematikan sambungan teleponnya.
Caca tiba sambil membawakan nampan berisikan es teh manis. "Ini minumannya diminum dulu," ucapnya yang sangat keibuan itu.
"Eh, maaf tante, saya udah harus pulang sekarang. Ada urgent di rumah hehe. Makasih banyak ya tante, maaf udah ngerepotin," Alex tersenyum sopan pada Caca, walaupun dalam hatinya sebenarnya ia tidak tega untuk menolak.
"Loh, kok cepet banget? Ya udah, ngga apa-apa, sering-sering lagi ya mampir ke sini," Caca tersenyum pada Alex.
"Iya tante, pasti. Ya udah, saya pulang dulu ya," Alex sungkem tangan Caca lalu berpamitan juga dengan Alexa dan meninggalkan rumah Alexa.
Tak berapa lama kemudian, suara mobil Tama terdengar di garasi. Tama keluar dari mobil sambil membanting pintu mobil dengan keras, membuat Alexa dan Caca terkejut.
"Si Tama kenapa tuh?" tanya Caca sambil mengintip dari jendela. Wajah Tama tampak kusut. Dapat dipastikan kalau Tama sedang bad mood sekarang.
Tama memasuki rumah dengan wajah yang ditekuk. "Kenapa kak?" tanya Alexa pelan.
Tama menatap tajam mata Alexa, "lo kalo udah pulang duluan, kabarin gue dulu dong, jangan main pulang gitu aja! Gue capek tau nggak, nyariin lo kesana-kesini. Buang-buang waktu gue aja tau gak," emosi Tama meluap. Ia langsung pergi ke lantai atas, menuju kamar nya. Perasaan merasa besalah menyelimuti Alexa. Alexa langsung menyusul Tama menuju kamarnya.
"Kak, maaf!" langkah Tama terhenti di ambang pintu kamarnya, lalu membalikan badannya agar dapat melihat Alexa.
"Iya ngga apa-apa," jawabnya datar dan singkat, ia kembali berjalan memasuki kamarnya, akhirnya Alexa pun ikut masuk ke kamar Tama. "Ck, apalagi Lex?"
"Maaf, kak. Tadi, aku tunggu kakak di taman terus nggak sengaja ketemu Alex. Eh, dia nawarin aku pulang, jadi aku terima tawarannya. Eh, malah jadi lupa kabarin Kak Tama. Maaf ya kak"
Tama tersenyum miring, "Oh, jadi sama Alex nih ceritanya? Bener 'kan dugaan gue,"
Mata Alexa membulat, "Ih, kok malah jadi ngejek sih! Aku kan ke sini niatnya minta maaf," Alexa memanyunkan bibirnya.
Tama tertawa, "Iya iya, gue maafin. Lain kali jangan gitu, ya. Mau PDKT sih ngga apa-apa, asal abangnya jangan dilupain,"
"Siapa yang mau PDKT? Issh, tau ah." Tidak mau ambil pusing, Alexa pun keluar dari kamar Tama.
*
"Jadi, latihan di halaman 47 ini akan dijadikan sebagai PR kalian," ucap Bu Theresia tegas selaku guru matematika.
"Yaahh," ucap murid serempak, terkecuali Alexa.
"Tapi, saya akan meringankan kalian dengan membuat PR ini menjadi pekerjaan kelompok, bukan individu,"
"Yeeeyy!!" para murid senangnya bukan main.
"Kita sekelompok ya, Riz," ucap Alexa yang dibalas dengan anggukan Rizka.
"Satu kelompok berisi dua orang saja. Tapi, harus saya data dulu kelompoknya. Sekarang saya panggil namanya satu per satu secara acak, lalu sebutkan partner nya," perintah Bu Theresia lalu mengambil selembar kertas dan pulpen. "Kevin."
"Sama Tomy, bu,"
"Selly,"
"Sama Tias, bu,"
"Axel,"
"Hmm, Alexa deh, bu," Alexa spontan menolehkan kepalanya ke arah Axel yang duduk di paling belakang itu.
****
wkwk axel selalu deh bikin alexa kesel, heran gua
gue lagi sarapan bubur ayam dong gais (siapa yang nanya thor?)
hehe btw jangan lupa vomment nya yaa!!
31 Januari 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexa & Axel
Teen Fiction[DI PRIVATE] Sekolah yang dijadikan Alexa tempat untuk ia belajar selama di SMA, dimasuki oleh murid baru bernama Axel. Wajahnya yang tampan, membuat Alexa jatuh cinta. Tapi, setelah mengetahui sifat Axel yang menyebalkan membuat Alexa kesal pada Ax...