Alexa langsung menginterupsi sebelum Bu Theresia lanjutkan menulisnya. "Ngga bu! Saya sama Rizka," ucap Alexa lalu ia kembali melihat Axel dan menjulurkan lidahnya.
"Hh, gimana ini?"
"Saya sama Alexa aja bu. Saya kan ngga ngerti, jadi kalo belajar sama Alexa pasti jadi ngerti," ucap Axel membuat Bu Theresia mengangguk.
"Betul sekali, kalau begitu, Axel dengan Alexa ya," Bu Theresia langsung menuliskan nama Axel dan Alexa pada lembaran itu. Alexa hanya dapat menganga lebar.
"Ih, lo enak deh Lex, bisa deket sama Axel nantinya. Ih, gue juga mau," ucap Rizka lalu memanyunkan bibirnya.
Alexa tertawa kecil. "Jangan mau deh lo deket-deket sama dia. Dia mah nyebelin. Yang ada lo bisa darah tinggi kalo deket-deket sama dia,"
Rizka tertawa, "ngga apa-apa nyebelin, asal ganteng hehe," Alexa memutar bola matanya karena sudah capek dengan tingkah laku Rizka yang tidak dapat berpikir jernih saat sudah melihat cowok tampan.
--
"Eitt," Axel menghalangi jalan Alexa yang baru saja keluar dari kelas.
Alexa memutar bola matanya. "Permisi ya, Axel Jeremy,"
"Nggak bisa. Kita ada tugas dan harus dikerjakan secepetnya. Kalo besok-besok, gue udah nggak bisa. Jadi, kita harus kerjain hari ini," Axel tersenyum miring.
"Ih, ya udah deh. Mau kerjain di mana?"
"Di rumah lo lah,"
"Ih, nggak mau. Di sekolah aja," ucap Alexa lalu membenarkan kaca matanya.
"Lo nggak bosen apa, udah dari pagi ada di sekolah, terus sekarang masih betah aja di sini? Di rumah lo aja ah," paksa Axel membuat Alexa geram.
"Uh, ya udah deh. Bentar, gue SMS Kak Tama dulu," Alexa mengambil handphone nya dari kantung rok nya.
Sesampainya di rumah Alexa, Alexa mengetuk pintu, tapi tidak ada sautan. "Duh, mama mana sih," tiba-tiba handphone Alexa bergetar, Caca menelepon. "Halo, ma. Mama di mana?"
"Maaf sayang, mama lagi reuni sama temen-temen SMA mama. Kunci rumah ada di bawah karpet ya," jelas Caca, lalu Alexa membuka karpet depan pintu dan ia dapat menemukan kunci rumah.
"Oh, iya ma. Udah ketemu,"
"Oke deh, bentar lagi mama sampe rumah kok,"
"Oke ma, bye," Alexa menutup sambungan teleponnya.
"Cepetan kek buka, panas nih," keluh Axel sambil mengibas-ngibaskan kerah bajunya karena kepanasan.
Alexa membuka pintunya dan segera masuk rumah, tapi langkahnya terhenti. "Apa lagi?" tanya Axel.
"Berarti, di rumah cuma ada kita berdua dong?" tanya Alexa dengan mata yang dibesar-besarkan.
"Ya... emang. Terus, kenapa?"
"Nggak boleh! Kita kerjain tugasnya di teras aja,"
Axel memutar bola matanya, "di dalem aja lah, panas,"
"Nggak. Di luar," Axel pun menurut. Ia menghempaskan dirinya ke kursi di teras. Alexa mengambil buku matematika dari tas nya. "Cepet Xel, keluarin buku nya."
"Duh, males,"
"Axel, mah!" Axel pun dengan loyo mengambil buku terkutuk itu dari dalam tas nya. "Oh ya Xel, ambilin buku catatan matematika gue dong. Ada di kamar gue, di meja belajar, laci nomor dua."
Axel memutar bola matanya. "Di mana kamar lo?"
"Di lantai dua, yang pintu pertama hehe,"
Axel pun beranjak dari kursi lalu pergi ke kamar Alexa. Dibuka pintu kamar itu, ia mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan ini, sampai pandangannya menemukan meja belajar. Ia mendekati meja itu dan dilihatnya banyak tumpukan novel di sana, membuat ia geleng-geleng kepala.
"Tadi di laci nomor berapa ya?" Axel menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Merasa bodo amat, ia pun membuka laci pertama. Ditemukannya alat-alat perhiasan membuat Axel tertawa geli, ia mengambil salah satu lipstick yang ada di sana, lalu dibawanya keluar kamar. "Alexa!" suara toa itu terdengar sampai telinga Alexa yang berada di teras. Alexa pun memasuki rumahnya dan melihat Axel yang sedang senyum-senyum di lantai dua.
"Apa Xel?"
"Ciee... lo pake beginian ya?" Axel menunjukan lipstick bermerek NYX itu yang kini ada di tangan kanan Axel. Alexa langsung berlari ke lantai dua, berniat merebut lipstick itu.
"Axel, balikin!" ucap Alexa sambil bersusah payah mengambil lipstick itu dari tangan Axel yang lincah.
Axel mengumpatkan lipstick itu dibalik punggungnya, membuat Alexa harus meraih benda itu yang berada di belakang badan Axel, sehingga posisi nya seperti sedang memeluk Axel.
"Cie, pake peluk-peluk segala," menyadari hal itu, Alexa langsung menjauh dari Axel.
"Ih, geli,"
Karna kasihan, Axel pun memberikan lipstick itu pada Alexa. "Nyebelin lo." Alexa memasuki kamarnya, diikuti oleh Axel. "Ih, lo ngapain di sini? Sana keluar,"
"Kenapa emangnya?" tanya Axel dengan wajah tanpa dosa nya.
"Gue ngga mau satu kamar sama lo,"
Axel terkekeh. "Lebay lo, culun," Axel lagi-lagi mengedarkan pandangannya di kamar Alexa. "Kak Tama mana?" tanya Axel.
"Nggak tau, lagi sama temen-temennya,"
"Nyokap lo?"
"Sama, lagi ketemu temen-temennya juga," jelas Alexa.
"Bokap lo?"
Alexa terdiam sebentar, ia menelan ludahnya. "Bo-bokap gue kan pilot. Jadi, dia ada di luar negeri sekarang,"
Axel hanya manggut-manggut. Terdengar suara mobil di garasi, karena takut, Alexa menyuruh Axel keluar dari kamarnya.
Ternyata itu adalah Caca, ia baru saja turun dari mobilnya. "Eh, siapa ini?" tanya Caca ramah saat melihat Alexa dan Axel yang kini sudah ada di teras sambil cengengesan. "Oh, ini yang kemaren dateng ya? Alex kan?"
"Bukan tante. Saya kembarannya. Axel," Axel tersenyum sopan.
"Oalah, ternyata kembar hahaha. Alexa, kamu jangan maruk dong, pilih salah satu, Alex atau Axel?" tanya Caca spontan membuat Alexa membulatkan matanya dan Axel menahan tawa.
"Ih, apa sih ma, mereka cuma temen kok," jelas Alexa lalu memanyunkan bibirnya.
"Oh ya, Axel mau minum apa?"
"Hm, mau jus jeruk dong tante, pake es ya, biar seger. Terus, sama roti pake selai nutella yang enak banget itu loh, kalo bisa, nutella nya banyakin biar enak. Itu aja, tante, hehe,"
Caca menganga mendengar permintaan Axel. "Beda banget ya sama Alex,"
****
yeaaay double update hehehe
31 Januari 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexa & Axel
Teen Fiction[DI PRIVATE] Sekolah yang dijadikan Alexa tempat untuk ia belajar selama di SMA, dimasuki oleh murid baru bernama Axel. Wajahnya yang tampan, membuat Alexa jatuh cinta. Tapi, setelah mengetahui sifat Axel yang menyebalkan membuat Alexa kesal pada Ax...