Alexa sampai di rumah nya dengan sangat riang. Ia memasuki kamarnya dan langsung mengambil handphone nya dari tas. Ia ingin menceritakan hal menyenangkan tadi bersama Alex pada Rizka. Langsung saja ia menekan nomor Rizka di handphone nya.
"Halo," terdengar suara Rizka diseberang sana.
"Riz! Gue mau cerita!" Alexa dengan excited-nya melontarkan kalimat itu.
Rizka tersenyum. "Oh ya? Cerita apa?"
"Soal gue jalan tadi sama Alex! Dia gentle banget deh, sumpah. Tadi 'kan gue lupa bawa dompet, terus semuanya dia bayarin. Mulai dari tiket nonton, makan, pop corn, semuanya deh. Mungkin gue norak kali ya, soalnya nggak pernah digituin sama cowok hahaha. Nah, terus--"
"Ya elah Lex. Lo sengaja banget sih nggak bawa dompet biar dia bayarin. Lo kalo jalan sama cowok jangan ngerepotin dong, gimana sih,"
Alexa terdiam sejenak, lalu ia kembali angkat bicara, "Sengaja gimana Riz? Gue nggak sengaja kok, beneran. Mungkin gue terlalu excited kali ya, jadinya lupa," ucap Alexa yang sedikit merasa aneh dengan sikap Rizka.
"Ya, gue cuma kasih saran aja sih lain kali jangan ngerepotin dan bikin malu kalo jalan sama cowok,"
"Riz, lo kenapa sih? Lagi nggak mood ya?" Alexa menggigit bibirnya.
"Gue mau to the point aja ya sama lo. Lo tuh pengkhianat! Gue tuh suka sama Alex, tapi lo malah jalan bareng sama gebetan sahabat lo sendiri!"
Alexa mematung, ia terkejut dengan ucapan Rizka. "Su-suka sama Alex? Kok lo nggak pernah bilang? Kalo lo bilang, gue pasti nggak mungkin kok mau jalan bareng Alex,"
"Terserah, pokoknya lo pengkhianat!" sambungan telepon mati. Alexa langsung kembali menelpon Rizka, tapi Rizka menggeser tombol merah itu. Perasaan bersalah dan kegelisahan menyelimuti Alexa malam itu.
*
Alexa sampai juga di lantai tiga, dimana kelas nya berada. Ia melihat punggung dan tas abu-abu milik Rizka, ia langsung berlari menghampiri Rizka. "Riz!" tangan Rizka ditahan oleh Alexa yang kini sedang berdiri di depan pintu kelas.
Tatapan Rizka berubah menjadi tatapan tidak suka pada Alexa. Ia melepaskan tangannya kasar dari Alexa. "Jelasin ke gue, apa maksud lo bilang gue itu pengkhianat, kemaren."
"Lex, gue ini apa sih buat lo? Gue ini sahabat lo. Kok bisa-bisanya lo ngerebut gebetan sahabat lo sendiri. Lo kan udah deket sama Axel, masih juga mau ngerebut Alex?"
Ucapan Rizka tadi membuat Alexa benar-benar tidak mengerti, dahinya mengerut tanda ia tak paham. "Serius, gue nggak ngerti. Soal Axel, gue sama dia deket cuma sekedar temen kok. Gue sama dia nggak ada perasaan apa-apa. Justru gue banyak kesel sama dia. Lo juga aneh, dari awal gue cerita sama lo, dari soal Alex minta gue anterin dia ke Ruang OSIS, sampe ke dia ngajakin gue jalan, lo nggak pernah marah, lo justru malah keliatannya dukung gue. Gue nggak ngerti Riz," ucap Alexa yang juga jadi sedikit kesal dengan sahabatnya ini.
"Lo harusnya peka Lex kalo gue itu suka sama Alex," ucap Rizka dengan tatapan tajamnya itu.
"Peka?" dahi Alexa mengerut.
Rizka tidak menjawab, melainkan ia langsung masuk ke dalam kelas. Alexa memijat pelipisnya karena benar-benar tidak paham dengan kelakuan Rizka sekarang. Ia tidak ingin, hanya karena cowok, persahabatan mereka harus menjadi hancur.
"Alexa?" suara berat yang mampu membuat hati Alexa berdebar itu memecahkan lamunannya.
"Eh, Alex. Ngapain di sini?" tanya Alexa.
"Lagi mau ke toilet aja nih, taunya malah ketemu lo. Lo sendiri ngapain berdiri di sini?"
Alexa menunduk. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus menjauh dari Alex?
"Halo, Alexa." Alex melambaikan tangannya tepat di depan wajah Alexa.
"Eh iya, sorry, hehe. Eh iya, ini uang yang gue pinjem Hari Sabtu kemaren," Alexa mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompet nya lalu mengulurkan uang itu dengan senyuman pada Alex.
"Eh, nggak usah Lex, gue ikhlas kok yang kemaren, serius,"
"Ih, ambil aja. Gue nggak mau ngerepotin lo,"
"Apanya yang repot sih, enggak kali,"
Alexa langsung mengambil tangan kanan Alex, dengan maksud untuk langsung memberikan uang itu di tangannya, tapi tepat sekali Rizka keluar dari kelas dan melihat pemandangan buruk itu.
Rizka dengan tatapan kesal menatap Alexa dan Alex, ia langsung pergi meninggalkan mereka begitu saja. "Riz!" Alexa langsung memasukan uang itu ke dalam rok nya dan berlari untuk menyusul Rizka.
"Woy!" suara menyebalkan itu menyeruak ke telinga Alexa, "Kalo jalan pake mata." Ucap Axel pada Rizka yang tadi tidak sengaja menabraknya. Rizka tidak berkata apa-apa, melainkan langsung meninggalkan Axel.
Alexa berlari melewati Axel tapi tangannya ditahan. "Eh, gimana? Tugas matematika nya udah lo kerjain?" tanya Axel.
Alexa memutar bola matanya. "Sesuai perjanjian kita, gue udah kerjain nomor sebelas sampe dua puluh dan lo kerjain dari nomor satu sampe sepuluh. Jadi, gue udah kerjain tugas gue, lo sendiri gimana? Udah?" tanya Alexa menahan kesal karena sudah dapat menebak jawaban Axel dari raut wajahnya.
"Hehehe belom," jawab Axel cengenges.
"Ya udah kerjain dulu gih. Gue ada urusan dulu sama Rizka,"
"Eh, bantuin gue dulu ngerjain, urusan orang nggak penting kayak gitu mah entar-entar aja,"
"Dia itu penting, Xel," ucap Alexa dengan penuh penekanan.
Alex menghampiri Alexa dan Axel yang sedang berdebat kusir itu. Tiba-tiba saja perut Alexa sangat sakit. "Aw," ringis Alexa lalu memegang perutnya.
"Lo kenapa Lex?!", ucap Axel dan Alex serempak.
****
si rizka ngapa jadi kayak hewan berkaki empat yang suka menggonggong ya?
btw, vomment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexa & Axel
Teen Fiction[DI PRIVATE] Sekolah yang dijadikan Alexa tempat untuk ia belajar selama di SMA, dimasuki oleh murid baru bernama Axel. Wajahnya yang tampan, membuat Alexa jatuh cinta. Tapi, setelah mengetahui sifat Axel yang menyebalkan membuat Alexa kesal pada Ax...