Suasana senja itu sangat indah untuk di pandang. Apalagi menjelang detik-detik sang mentari menenggelamkan dirinya.
Prilly terbangun dari tidurnya dan mendapati Ali tidak berada di kursi kemudi. Ia pun memutuskan keluar dari mobil untuk mencari Ali. Dan di dapatinya Ali sedang duduk di depan mobil dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Prilly pun menghampiri Ali.
"Hai Li" sapa Prilly. Ia ikut duduk di samping Ali
"Eh? Hai Prill. Akhirnya bangun juga. Untung lo belum ngelewatin sunsetnya" ujar Ali disertai senyum khasnya.
"Sunset? Jadi tujuan kita kesini cuma buat lihat sunset?" Tanya Prilly. Matanya tertuju pada langit senja.
"Yaa, begitulah. Cuma di tempat ini yang sunsetnya kelihatan bagus banget" jawab Ali.
"Tapi gue ajak lo kesini, karena beberapa hari kemarin lo agak keliatan murung walaupun tetap dipaksain ceria" lanjutnya. Prilly terkejut mendengarnya. Ternyata Ali tahu kalau ia sedang banyak pikiran.
"Kok kamu bisa nemui tempat bagus kaya gini? Jarang - jarang aku temuin tempat kaya gini" ujar Prilly kagum.
"Dulu, papa sering ngajakin kita sekeluarga piknik disini. Sejak detik itu, gue sama kak Alya memutuskan kalau tempat ini jadi tempat favorit kita. Dan kalau kita lagi sedih, kita bakalan ngeluarinnya disini" cerita Ali. Ia menghela napas berat sejenak.
"Gue bakalan ke sini kalo gue bener - bener gak tahan nyimpen kesedihan gue sendiri. Apalagi waktu papa sama kak Alya, kakak perempuan satu - satunya gue meninggal" ujarnya melemah. Prilly ikut merasakan kesedihan Ali. Ia pun mengelus punggung Ali.
"Hmm... kalo boleh tau, papa kamu sama kak Alya meninggal kenapa?" Tanya Prilly hati - hati. Ia tak ingin pertanyaannya menyinggung perasaan Ali.
"Papa meninggal karna sakit. Sedangkan kak Alya meninggal karna ngelindungin pacarnya. Waktu itu gue ngeliat sendiri kak Alya dibunuh sama orang. Kak Alya terlalu cinta sampe ngorbanin nyawanya sendiri. Dan itu juga yang buat gue takut pacaran. Kalau gue atau pasangan gue terlalu cinta, kita bakalan dipisahin dengan cara kaya gitu" ujar Ali. Matanya berkaca-kaca. Ingin sekali rasanya menangis.
"Kalau mau nangis, nangis aja. Jangan ditahan. Karna nangis itu bisa bikin lega dan tenang" ujar Prilly.
"Kamu salah kalau ngomong kaya gitu. Karena sepasang kekasih dengan cinta sejati hanya bisa dipisahkan oleh maut. Mungkin bagi kak Alya, pacarnya itu adalah cinta sejatinya. Makanya maut yag memisahkan mereka" lanjutnya. Ali tertegun dengan kata - kata Prilly.
"Oya, matahari udah mau terbenam tuh!" Seru Ali. Ali dan Prilly melangkah maju dan bersiap melihat sunset dari atas bukit yang datar dan dibawahnya terdapat lautan lepas yang ditemani karang - karang dengan ukuran besar.
"Prill, kata papaku kalau kita pengen ngungkapin kesedihan kita, kita teriak aja pas matahari nya terbenam supaya kesedihan itu hilang bersamaan dengan matahari itu.
"Ohya? Kalo gitu aku mau teriak deh" sahut Prilly antusias. Detik demi detik terbenamnya sang mentari kian dekat. Dan.. waktunya pun tiba. Prilly menghirup udara dalam - dalam dan...
"GHINAAAA!!! AKU MOHON KAMU NGGA MENJAUHKAN AKU DARI ALI!! AKU TAU KALIAN UDAH LAMA SAHABATAN DAN AKU HANYA SEBAGAI ORANG BARU DIANTARA KALIAN TAPI AKU JUGA INGIN TERUS DIDEKAT ALII!!! AKU HARAP KAMU NGGA JAHAT SAMA AKU DAN KAMU NGGA AKAN DENDAM SAMA AKU" Teriak Prilly. Plong! Hatinya benar - benar terasa lega seperti tidak ada sesuatu yang mengganjalnya. Ali terkejut mendengar teriakan Prilly.
'Apa maksudnya Prilly? Dia... dia suka sama gue kah?' Ali membatin. Ucapan Prilly terngiang di pikirannya. Sedangkan Prilly merasa lega namun di sisi lain, ia merasa malu karena secara tidak sengaja ia mengaku suka pada Ali.
'Aduhh... gimana kalo Ali nanya - nanya ya?' Batin Prilly bertanya.
Ali tak ingin membuat suasana menjadi runyam. Ia memutuskan untuk tidak bertanya apapun pada Prilly, karena ia sudah tahu isi hati gadis itu.
"Gimana? Udah lega?" Tanya Ali. Ia menatap wajah Prilly lekat - lekat.
"Lega bangeett Lii! Rasanya benar - benar udah ngga ada yang mengganjal lagi" jawab Prilly girang. Ali tersenyum dan mengacak rambut Prilly sayang.
"Uuu... lo tuh ya lucu banget dehh. Pipinya tembem banget kaya bakpao, jadi pengen makanin tau gak" ujar Ali seraya mencubit, menekan dan memainkan pipi Prilly.
"Ihh, Aliii. Sakit tauu" rengek Prilly. Ia berusaha menjauhkan tangan Ali, namun Ali malah semakin mengencangkan cubitannya.
"Makanya punya pipi jangan tembem banget. Kan orang jadi pengen nyubitin" ujar Ali melepaskan cubitannya. Dan, viola! Pipi Prilly terlihat memerah. Prilly memasang muka kesal dan mengelus pipinya yang sakit itu.
Ali mengelus pipi Prilly agar mengurangi rasa sakitnya. Sengatan - sengatan kecil itu pun kembali muncul di dalam hati masing - masing.
"Li, udah jam segini. Pulang yuk?" Ajak Prilly.
"Emangnya gak makan dulu? Makan dulu lah baru gue anterin pulang" ujar Ali.
"Gue tau tempat makan yang bagus di daerah sini" ucap Ali sambil menarik tangan Prilly.
***
Cinta akan datang kepada pemiliknya dan tidak akan tertukar...
"Tutup matanya ya" ujar Ali. Prilly mengernyitkan dahinya. Untuk apa tutup mata? Pikirnya.
"Udaah, tenang aja. Ga gue apa - apain kok" lanjutnya dan menutup mata Prilly dengan sapu tangan putih.
Kini Prilly tak bisa melihat apapun. Ia hanya bisa merasakan sesuatu saja. Ali menuntun Prilly ke sebuah tempat di rumah makan itu. Ia sudah memesan tempat serta menghias tempat itu sebelum mereka sampai.
"Li? Udah sampe belum sih?" Tanya Prilly.
"Udah kok. Buka aja"
Prilly pun membuka penutup matanya. Dan ia terkejut hampir menangis. Di hadapannya banyak sekali lilin yang membentuk love serta ditengahnya bertaburan mawar pink bertuliskan PRILLY.
"Li? Ini buat aku? Aku gak lagi mimpi kan?" Tanyanya tak percaya.
"Iya dong. Masa buat Ghina? Jelas - jelas namanya Prilly, berarti ya kamu lah" jawabnya disertai senyum manisnya.
Airmata Prilly jatuh dan mengalir melewati pipinya. Ali menghampiri Prilly kemudian menghapus airmata Prilly dengan ibu jarinya. Kemudian ia mengelus pipi Prilly.
"Aku memang orang yang ngga pandai merangkai kata - kata tapi pertama kali aku lihat kamu, aku langsung seperti di sengat listrik. Begitu pun ketika aku selalu ada di dekat kamu. Biarpun kita baru dekat, tapi aku selalu nyaman kalo didekat kamu. Aku ngga mau terkesan ngasih harapan ke kamu. And now, will you be my girl?" tanya Ali. Ali pun memberikan sebuket mawar pink kesukaan Prilly dan berlutut dihadapannya. Prilly semakin terharu dibuatnya.
"Kalau kamu nerima bunga ini, berarti kamu jawab iya. Kalau kamu lempar bunga ini, berarti kamu nolak aku" Prilly terdiam cukup lama hingga akhirnya ia menerima bunga itu. Ali langsung berdiri dan memeluk Prilly.
Ali melepaskan pelukannya dan menghapus airmata bahagia Prilly. Prilly tersenyum menatap Ali dan begitu pula sebaliknya.
Malam itu adalah malam yang sangat membahagiakan untuk Prilly maupun Ali. Mereka pun memandang langit malam yang ditaburi bintang - bintang.
YOU ARE READING
This is Cinta
FanfictionCinta ? Apa itu cinta? Aliando Syarief, laki-laki tampan, ramah terhadap orang-orang, serta laki-laki terpopuler dikampusnya ini tidak pernah berpacaran. Para perempuan diluar sana banyak sekali yang ingin menjadi kekasihnya. Ali menghiraukannya da...