12

182 5 0
                                    


Pagi ini mentari tidak memunculkan dirinya karena ditutupi oleh awan-awan kelabu yang siap menurunkan bulir-bulir air.

Prilly nampak tak bersemangat. Hatinya pun masih terasa nyeri. Ia memutuskan untuk pergi tanpa tujuan yang jelas. Pandangannya kosong. Seperti mayat hidup.

Setelah menemukan taman, Prilly duduk dan kembali melamunkan sesuatu. Ya, Prilly melamunkan Ali. Di satu sisi, ia merindukan pria itu. Di sisi lain ia benci dengan pria itu.

Tanpa Prilly sadari, seorang gadis kecil datang menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Ia mengamati wajah Prilly dengan seksama.

"Ma?" Panggilnya pelan. Prilly masih belum tersadar.

"Mama!" Kali ini gadis kecil itu mengeraskan suaranya dan sembari menggoyangkan tangan Prilly. Usaha gadis kecil kali ini membuahkan hasil. Prilly menoleh kearahnya dan terkejut.

"Mama kok ngelamun sih? Ngelamunin apa?" Tanya nya. Prilly mengerutkan keningnya.

"Maaf, tapi aku bukan mama kamu." Jelas Prilly halus. Tangannya mengusap lembut kepala sang gadis kecil tersebut. Gadis kecil itu menampakkan wajah kekecewaannya.

"Mama lupa sama Kayla? Ini aku Kayla, ma." ujarnya yang disertai isakan-isakan kecil. Prilly menatap iba gadis itu.

"Kayla yakin mama sama papa masih hidup. Tapi orang-orang selalu bilang kalau mama sama papa udah pergi ninggalin Kayla sendiri. Mama jangan tinggalin Kayla lagi." Prilly yang merasa iba langsung memeluk Kayla erat.

"Kaylaa!" seru sebuah suara. Prilly melepas pelukannya dan mencari sumber suara. Tak lama kemudian, datanglah seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.

"Kayla, yuk kita pulang. Temen-temen kamu di panti nyariin kamu tuh," kata wanita paruh baya tadi.

"Bu Riri, Kayla udah ketemu sama mama Kayla. Kayla mau tinggal sama mama," ujar Kayla pada Bu Riri -wanita paruh baya-. Bu Riri menghela napasnya.

"Kayla.. ini bukan mamamu sayang. Ini orang lain yang wajahnya mirip sama mamamu" jelas Bu Riri.

"Kayla, apa yang dibilang Bu Riri itu benar. Aku bukan mama kamu. Mungkin wajah kita memang mirip. Tapi kita berbeda." Prilly membuka suaranya. Tangannya tergerak mengelus rambut panjang sebahu Kayla dengan penuh sayang.

Kayla kembali menangis dipangkuan Prilly.

"Jadi, mama Kayla bener pergi ninggalin Kayla? Kenapa mama sama papa Kayla pergi ninggalin Kayla sendiri?" ujarnya disertai isakan-isakan. Prilly menatap Bu Riri dengan pandangan kasihan. Bu Riri pun hanya menghela napasnya berat

"Kayla sudah menjadi yatim piatu diumurnya yang masih 6tahun ini. Orangtuanya meninggal karena ditembak oleh orang tak dikenal. Pada saat itu Kayla sedang bersekolah. Sekolahnya tak jauh dari panti asuhan tempat Kayla tinggal sekarang." cerita Bu Riri. Prilly tertegun mendengarnya.

"Memangnya kemana tante dan omnya?" tanya Prilly pada Bu Riri.

"Tante dan omnya berada di luar negeri. Neneknya pun tinggal di pulau yang berbeda. Mereka belum tau keadaan Kayla." jawab Bu Riri. Pandangannya menerawang. Kayla sudah tertidur dipangkuan Prilly.

"Maaf ya Kayla jadi merepotkan kamu," kata Bu Riri. Prilly menggeleng dan tersenyum.

"Gak apa-apa kok Bu. Mungkin Kayla kangen sama mamanya. Lagipula saya juga suka anak kecil. Mari saya antar sampai ke panti asuhan. Kayla biar saya saja yang menggendong," ujar Prilly ramah.

"Terimakasih ya nak. Sudah cantik, kamu orangnya sangat ramah. Beruntung sekali kelak yang akan menjadi suamimu." Prilly tersenyum kaku mendengarnya. Ucapan Bu Riri membuatnya kembali teringat dengan Ali. Prilly rindu dengan Ali. Ingin sekali saat ini juga ia menangis, tapi tidak mungkin ia menangis di depan Bu Riri karena perkataan beliau.

This is CintaWhere stories live. Discover now