Chapter 13

13.9K 591 62
                                    

13


Shay membuka maid bandana yang menghias kepalanya. Dengan mata yang menatap ke arah cermin, ia mulai membuka ikatan rambutnya hingga rambut coklat kehitamannya yang indah itu kini terurai sampai ke pinggang. Selama beberapa menit Shay memandangi pantulan dirinya sendiri. Melihat tubuhnya yang sudah terbalut piyama berwarna biru, menilik wajah pucatnya yang tampak kelelahan, dan tidak ada balutan make up sedikit pun. Shay mendesah. Ia rindu Pigalle dan wajah cantiknya yang selalu dipenuhi make up tebal setiap malam.

Tiba-tiba, Shay mendengar suara dering ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur. Shay berbalik dari meja rias lantas berderap ke tempat tidur untuk mengambil ponselnya. Dan seketika Shay menegang melihat nama seseorang yang tertera di layar ponselnya.

Lili.

Perasaan bersalah yang sempat terkubur di dalam benak Shay seakan tergali kembali, dan berkumpul menjadi suatu gumpalan yang besar. Menyakiti Shay dan membuka rasa gusar dalam hatinya yang sempat tertutup. Shay terpaku melihat ponselnya yang masih menyala-nyala. Keraguan seketika menyerangnya untuk mengangkat telepon itu.

Beberapa detik kemudian, suara panggilan masuk dalam ponsel Shay berhenti. Shay sempat bernapas lega, meski ia merasakan dadanya sesak saat ia menghela napasnya. Namun tak berselang lama, ponsel Shay kembali berdering. Kali ini, Shay tidak bisa menghindar. Ia tidak mau membuat Lili curiga.

"Halo? Hei, Jess! Bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar teman-teman? Miss Gaulle? Antoine? Mademoiselle? Monsieur? Dan..kekasihku?"

Tegang. Shay menegang. Suara khas Lili yang ceria membuat Shay meringis saat mendengarnya. Benaknya semakin diliputi rasa bersalah.

"Halo? Jess?"

"Ah, ya! Halo. Aku baik-baik saja. Semua baik, Antoine, Mademoiselle, Monsieur..semua baik." Shay tercekat. "Ke--kekasihmu juga baik-baik saja."

"Syukurlah. Aku merindukan semuanya, terutama Tuan muda! Apa saja yang dia lakukan selama aku tidak ada?"

"Um..seperti biasa, dia..liar." ujar Shay terdengar parau. Ia seperti tersedak ludahnya sendiri. Dan Shay berharap Lili tidak mendengar kejanggalan itu.

"Kuharap Tuan muda menjaga jadwal makannya dengan baik. Semoga Ambre ingat kebiasaan Tuan muda yang suka meminum susu saat tengah malam. Tolong ingatkan Ambre jika dia lupa."

Shay terdiam.

"Jess? Kau masih di dana?"

"Ah..ya." Shay berusaha tertawa, tapi tawanya terdengar hambar dan ia benar-benar merasa bodoh saat melakukannya. "Kapan kau kembali?"

Terdengar tawa kecil di seberang sana. "Ini masih satu minggu, Jess."

"Aku tahu." Shay mendesah. "Kuharap kau cepat kembali."

"Aku pasti akan kembali."

Shay memejamkan matanya sejenak. Rasa bersalah itu semakin membuncah. Membuat Shay kalut dan merasa kebingungan untuk kesekian kalinya. Lili terlalu baik dan polos. Dia itu..sama bocahnya dengan Justin. Shay akan merasa sangat amat berengsek karena berbuat kesalahan fatal yang tentu akan menyakiti gadis itu. Biasanya, Shay akan merasa 'masa bodoh' dan tidak peduli pada reaksi orang lain yang disakitinya. Tentu saja, pelacur adalah seseorang yang apatis. Namun sekarang, rasanya Shay tidak bisa. Lili..bukan orang lain.

SLUT [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang