Chapter 26

10.1K 560 42
                                    

26

Hari ini bukanlah jadwal Shay untuk menjamu keluarga Rousseau di meja makan. Setelah merasa begitu lega melihat Justin yang bangun lebih pagi lalu berpakaian rapi dan sempat memasuki dapur untuk memeriksa kinerja para pelayannya--atau mungkin memerhatikan Shay diam-diam saat membantu koki memasak, kini ia memilih kembali ke kamarnya untuk meredamkan rasa penat yang mendera.

Entahlah. Shay tengah merasa terlalu jengah untuk berlama-lama di dalam dapur. Dan eksistensi Ambre di ruang makan yang tengah menjamu keluarga Rousseau sekaligus menyambut kepulangan Lydia membuat Shay bisa mencuri waktu untuk kembali ke kamarnya selama sejenak. Shay menghela napas panjang untuk mengusir rasa lelahnya lantas melenggang santai ke atas tempat tidur. Jemari lentiknya meraba permukaan sprai tempat tidur yang lembut seraya memejamkan mata. Lantas ia berbaring perlahan diikuti hembusan napasnya yang lembut. Sudah lama ia tidak menenangkan diri dengan mengatur napas dan rileks. Rasanya ia membutuhkan itu sekali-kali.

Saat tengah menerawang langit-langit kamar, Shay tiba-tiba teringat akan ponselnya yang masih tersimpan di atas nakas. Sontak ia segera bangkit lantas meraih ponselnya untuk diamankan ke dalam laci nakas. Namun sebelum melakukan itu, niatnya kembali diurungkan. Satu alis Shay menukik ke atas, sudah lama ia tidak menghubungi Vanessa dan menanyakan keadaan Pigalle saat ini. Apa Louis masih sering menggembor tempat itu? Atau kini situasi sudah aman? Shay tidak akan tahu tanpa memastikannya. Sebelum waktu jamuan sarapan di ruang makan sana berakhir, Shay buru-buru menghubungi Vanessa. Dan panggilan Shay baru terjawab di dering ketiga.

"Moron?" panggil Shay merasa sangsi sekaligus ragu. Baik, Shay tahu bahwa ia menghubungi Vanessa di waktu yang salah. Wanita biseksual yang tolol itu biasanya masih meringkuk di atas tempat tidur di jam sekarang.

Belum ada sahutan yang terdengar di seberang sana. Namun dahi Shay praktis mengernyit mendengar suara gemerisik yang aneh. Beberapa detik kemudian barulah terdengar suara Vanessa yang tampak berbeda dari biasanya. "Oh, Rita--Hai. Ada apa?"

Shay semakin mengernyit lantas mendengus. "Kau tidak setolol itu'kan untuk bertanya?" tukasnya jengah. "Bagaimana Louis? Kapan dia mati?"

Ada jeda yang cukup panjang setelah Shay mengajukan pertanyaan itu. Kecurigaan Shay kian timbul ke permukaan saat mendengar gemerisik yang aneh lagi seperti di awal saat Shay menghubungi Vanessa. Perlahan, bibir Shay terbuka, lantas lidahnya menjulur ke bawah dan bergerak-gerak mengusap permukaan bibirnya. Ia tampak menunggu dengan gusar. Dan akhirnya, suara Vanessa kembali terdengar. "Louis... kian gencar mencarimu. Dia tidak berhenti mengawasi Pigalle sepanjang malam. Bahkan dia menyuruh beberapa bawahannya untuk berpencar ke berbagai pelosok kota di Perancis. Jadi... kau masih harus bersabar."

"Hebat." Shay mendecak. "Dasar keparat."

Dan Vanessa lagi-lagi tidak menyahut. Alih-alih suaranya terdengar sayup diiringi gemerisik aneh. Shay jadi penasaran, apa yang tengah dilakukannya saat ini? Suaranya tampak baik-baik saja di pagi seperti ini. Sangat aneh. Dan sepertiya wanita itu tengah berbicara dengan orang lain sekarang.

"Vanez," Shay kembali memanggil penuh ragu. Beberapa detik kemudian, Shay kembali berbicara. "Kau bersama Jake? Ini hari Jumat. Biasanya kau kencan bersamanya di Kamis malam. Aku ingin bicara dengannya."

Tak ada sahutan. Benar-benar sialan.

"Geez, Vanez--"

"Aku di sini. Aku di sini." suara Vanessa mulai kembali terdengar. Dari nada suaranya, ia tampak kebingungan. Namun Shay sangsi jika wanita sejenis Vanessa bisa terdengar begitu bingung dan panik seperti ini. "Dengar, aku akan menjelaskan sesuatu. Tapi kau jangan salah paham. Dengar dulu semua penjelasanku. Oke?"

SLUT [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang