us

76 6 0
                                    

us

••

forever is a long time, but i wouldn't mind spending it by your side.

i wouldn't mind, he is we

••

Sudah seminggu berlalu sejak Ray memintaku untuk jadi pacarnya, yang kuterima tanpa perlu pikir panjang. Mungkin aku memang terlalu mudah atau apapun itulah, tapi entah mengapa saat pertama kali aku mengobrol dengannya, aku merasakan sesuatu yang aku sendiri pun belum bisa menjelaskan. Sikap Ray pun juga sudah tidak aneh seperti dulu, yang sangat aneh dan ambigu. Sekarang, Ray hanyalah sesosok Ray tanpa sikapnya yang aneh.

Kemarin Ray sudah berjanji untuk mengajakku jalan-jalan. Dia tidak spesifik tentang tujuannya, katanya sih surprise. Aku pun hanya mengiyakan karena selain aku ingin menghabiskan waktuku bersamanya, aku juga sendirian di rumah karena mama baru pulang ke jakarta 2 hari lagi, yaitu hari Senin.

"Hey, bengong aja." Ray mengacak-acak rambutku, saat mobilnya berhenti karena lampu merah.

Aku mengerucutkan bibirku, sedikit kesal karena Ray baru saja mengacak rambutku, kebiasaan barunya setelah kami berpacaran.

"Nyebelin." Ucapku, sembari menyisir rambutku menggunakan tangan.

"Rambutnya acak-acakan tetep cantik kok." Ray tertawa kecil, lalu fokusnya kembali ke depan karena lampu sudah berubah warna menjadi hijau.

"Kita mau kemana sih?" Tanyaku, tidak menghiraukan gombalannya padahal dalam hati aku tersenyum salah tingkah.

"Kan gue bilang surprise."

••

Setelah kira-kira 20 menit menghabiskan waktu-ku di perjalanan bersama Ray, kami pun tiba di tempat tujuan yang kata Ray merupakan surprise. Ternyata surprise yang dimaksud adalah ia mengajakku ke rumahnya. Saat aku bertanya kenapa dia mengajakku ke rumahnya, ia hanya bilang kalau di rumahnya tidak ada orang. Rumah Ray dapat tergolong rumah yang cukup besar, dengan desain minimalis. Setiap ruangan memiliki wallpaper yang berbeda dengan ruangan lainnya, yang menurutku sangat unik sehingga tidak bikin cepat bosan. Tidak seperti rumahku yang hanya dicat dengan warna abu-abu, putih, dan warna-warna netral lainnya.

Ray terlihat bersemangat sekali saat ia mengajakku berkeliling di rumahnya, terlebih saat ia mengajakku masuk ke kamarnya yang menurutku KEREN BANGET! dan sangat rapih untuk ukuran laki-laki.

Kamar Ray berukuran besar, aku tidak tau berapa ukurannya tapi menurutku kamarnya sangat besar. Lantainya dari kayu, dan dindingnya diberi wallpaper berwarna hitam dengan motif seperti di langit dengan bintang-bintang dan benda langit lainnya. Di dalam kamar tersebut, ada tangga menuju ke lantai 2 kamar Ray dan di lantai 2 itu ada sebuah sofa seperti tempat tidur yang dapat diayunkan, dan di depannya terdapat TV yang berukuran besar beserta sound system dan game milik Ray seperti PS, XBOX, dan segala macamnya.

"Ray." Panggilku, saat aku sedang melihat-lihat poster berbagai band yang tertempel di lantai 2 kamarnya.

Oh, iya. Aku lupa bilang kalau di dinding kamarnya terdapat berbagai poster band seperti the 1975, arctic monkeys, sleeping with sirens, dan sebagainya.

"Hmm?" Gumamnya, lalu ia mengajakku untuk duduk sebelah Ray di sofa-nya.

Setelah aku duduk di samping Ray, ia langsung merangkul pundakku dan aku pun meletakkan kepalaku di pundaknya. "Kamar aku privacy banget tau. Aku ngga pernah ngajak orang masuk ke sini kecuali keluarga lah pasti."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Favourite AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang