aysa's #2

96 8 0
                                    

aysa's #2

•••

that little kiss you stole, it held my heart and soul

deathbeds, bring me the horizon

•••

Acara sweet seventeen Aysa berjalan layaknya pesta-pesta normal lainnya. Acara sambutan, potong kue, dan lain-lain. Tidak perlu disebutkan kalau tadi aku sempat jealous karena Ray mencium pipi Aysa.

Yasudah lupakan. Lagipula untuk apa aku jealous? Aku bukan siapa-siapa Ray. Kalau mereka ingin balikan, yasudah. Bukan urusanku.

Lagu Zedd yang Push Play berganti menjadi lagu A Thousand Years part 2-nya Christina Perri.

"Mau?" Ray mengulurkan telapak tangannya. Awalnya aku tidak mengerti apa maksudnya, tetapi pertanyaanku terjawab saat disekelilingku terdapat beberapa pasangan yang sedang berdansa.

"Aku gabisa." Lagipula, siapa aku berdansa dengan dia?

"Ya gapapa. Udah, sih ayo."

Akhirnya, aku menerima uluran tangan Ray dan dia menuntunku berjalan menuju ke tengah ruangan. Dia menaruh kedua tangannya di pinggangku, membuatku mematung dan membuat jantungku bekerja di kecepatan tidak normal.

Aku hanya diam, sampai Ray menyuruhku untuk mengalungkan tanganku di lehernya, yang akhirnya ku turuti.

Kami bergerak sesuai irama. Ke depan, belakang, kanan, kiri. Aku sebenarnya tidak tau menau soal dansa, bahkan tidak jarang aku menginjak kaki Ray dengan sepatu wedges ku, membuat dia meringis kesakitan.

Tapi Ray sangat tampan malam ini, membuatku tidak bisa fokus. Kedua matanya pun terkadang bertabrakan dengan milikku, membuatku semakin degdegan.

"I like you." Gumamnya dengan volume suara yang luar biasa kecil, tetapi dengan posisi kami yang sangat dekat, aku bisa mendengarnya.

"Kamu jangan bercanda."

"Gue engga bercanda."

"Kamu jangan bohong terus sama aku." Entah angin dari mana, aku mengucapkan kalimat yang sedari tadi ingin kuungkapkan.

"Bohong apa? Gue ga pernah boong sama lo." Ray menghela nafas panjang. "You want proof?"

Tiba-tiba, Ray menutup jarak diantara kami, dan mempertemukan bibirku dengan miliknya. Hanya ciuman kecil yang bahkan tidak bertahan hingga 3 detik. Tetapi itu ciuman pertamaku. Dan aku tau ini terdengar sangat klise tetapi darahku rasanya berhenti berdesir, jantungku berdegup lebih cepat dari kecepatan normal, dan rasanya kaki-ku sudah tidak bisa menopang tubuhku saking lemasnya.

"I like you, okay." Katanya, saat bibir kami sudah tidak bersentuhan. Matanya menatapku tajam, tetapi tulus disaat yang bersamaan. Aku bisa merasakan pipiku yang pasti semerah tomat sekarang.

Tanpa aba-aba apapun, aku pergi meninggalkan Ray. Ke mana pun kakiku membawaku pergi asalkan aku tidak melihatnya terlebih dahulu, setidaknya untuk saat ini.

Aku akui aku bukanlah seorang profesional dalam hal seperti ini. Aku tidak pernah pacaran, aku juga tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun karena aku terbiasa menjadi perempuan yang invisible. Jadi, saat Ray menjadi partnerku dalam mengerjakan tugas sejarah, ku kira dia akan bersikap jutek dan menyuruhku mengerjakan tugas sejarah sendirian. Tetapi, malah sebaliknya. Dia bersikap baik dan perhatian, menjemputku dari rumah dan mengajakku ke Pacific's dan sampai akhirnya sekarang, kami berada di pesta Aysa.

Dan tau-tau beberapa menit yang lalu, dia bilang kalau dia suka padaku, dan menciumku. Itu ciuman pertamaku, dan anehnya, aku tidak keberatan kalau Ray-lah yang menjadi first kiss ku. Walaupun aku yakin, dia sudah mencium banyak gadis yang jauh lebih cantik dari padaku sebelumnya.

Aku juga tau, dia tidak benar-benar menyukaiku. Bagaimana seorang Ray bisa menyukai seseorang seperti aku? Aku dan Ray itu bagaikan 1 dibanding 1000. Dia itu bagaikan lautan, sementara aku hanyalah satu tetes air lautan itu.

Tiba-tiba, ada sebuah tangan menyentuh pundakku, membuatku refleks menolehkan kepalaku ke belakang, dan mataku bertabrakkan dengan matanya, mata Ray. Tidak perlu ditanya lagi perasaanku secampur aduk apa sekarang.

"Lo tau ga, sih gue udah suka sama lo, tuh sejak lama. Sejak pertama kali gue ngeliat lo pas MOS. Rambut lo dikepang 8, dan walaupun saat itu lo ga secantik hari ini, gue tetep nganggep lo cantik. Gue gatau kenapa tiba tiba gue bisa suka sama lo, tapi ya gitu. Gue juga gabisa ngejelasin, karena gue akui, i'm such a mess. Waktu itu gue pacaran sama Asya, cuma buat status. Asya nya juga gitu. Dia tau gue suka sama lo, dan Asya juga belom bisa moveon dari James. Tapi gue mikirnya, mungkin dengan menjalin hubungan itu, gue sama Asya bisa sama sama moveon. Tapi ternyata gabisa.

"Maaf, ya i was such a coward. Ga berani ngungkapin perasaan gue dari dulu. Karena gue takut lo ga ngerasain yang sama. Dan Val, lo ga bakal ngerti seberapa seneng gue pas tau Miss Ratna jadiin kita partner kelompok. I'd probably owe her for the rest of my life. Maaf juga tadi gue udah ngebiarin lo ngerjain tugas sendirian. Maaf gue gabisa ngehibur lo saat nangis tadi. Maaf buat pura pura gatau kalo lo punya penyakit. Maaf karena tadi lo ngeliat gue modusin Asya dan bikin lo sakit hati, tapi i swear gue gaada perasaan apa apa sama dia. Maaf tadi gue nyium lo, gue kelepasan. Maaf, Val. Maaf juga ya gue suka sama lo. Kalo misalnya lo mau gue stop buat suka sama lo, atau stop buat hadir di hidup lo, gue bakal suka rela ngelakuin itu. Tapi mungkin buat stop suka sama lo gue ga bakal bisa. Maaf ya Val."

Aku tidak pernah menyukai orang yang omongannya panjang lebar, tapi entah kenapa, untuk saat ini, terasa berbeda. Hatiku serasa tersentuh. Aku tidak tau harus ngomong apa. Haruskah aku ngomong "thanks" atau "aku juga suka sama kamu" atau apa?

Sebenarnya aku ingin sekali mengucapkan terima kasih, bukan karena dia bilang dia menyukaiku. Tapi karena dia membuatku merasa dibutuhkan, merasa ada, dan tidak merasa dikucilkan. Dia memutar hidupku 360 derajat dalam waktu kurang dari 24 jam, tapi aku tidak tau kata apa lagi yang sanggup aku ucapkan selain terima kasih. Kau tau, terkadang aku berharap ada kata yang lebih dari terima kasih, untuk kuucapkan kepada orang yang sedang duduk di sebelahku sekarang. Ray sangat berarti untukku.

Pada akhirnya, aku hanya memutuskan untuk diam. Aku tidak berani menatap matanya, dia juga hanya menunduk, sembari duduk di sebelahku. Pundak kami bersentuhan, membuat hatiku lebih terang, berbanding terbalik dengan langit yang gelap.

"Val?" Ray memanggilku, tapi suaranya menyerupai suara bisikan.

"Ya?"

"Maaf, ya."

"Buat apa?"

"For everything." Suaranya terdengar lirih.

"Emang kenapa?"

"Gue harus pergi sekarang." Jawab Ray, sembari berdiri dari tempat duduknya.

"Kemana?"

Dia menatapku sekilas, lalu berjalan menjauhiku. "Away from you."

"Maksudnya?"

"Val, do you like me or not?" Dia berhenti, menatapku.

"Iya." Jawabku yakin.

"Makasih." Kali ini dia benar benar berjalan menjauh, tidak berbalik badan.

Jadi maksud semua ini adalah?

••

october 28th

Favourite AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang