mess

124 6 0
                                    

mess

••

i've given up on you, but it still hurts to know you're not alone.

i've given up on you, real friends

••

Hari seninnya, aku mendengar dari Aliya, teman sekelasku, kalau Ray dan Asya balikan. Balikan. Maksudnya apa? Setelah Ray menaikkan harapanku setinggi langit, dan kurang dari 24 jam, dia menurunkan harapanku ke lautan bawah. Ternyata gosip kalau Ray adalah playboy kelas ikan hiu tidaklah salah.

Tapi aku berani bersumpah, aku sama sekali tidak benci terhadapnya. Tapi, aku hanya..... sakit hati. Apalagi saat aku melihat di kelas, Ray dan Asya berduaan terus di kelas. Bahkan Ray meminta Rere, teman sebangku Asya, untuk bertukar tempat duduk dengannya. Sebenarnya maksud semua ini apa, sih?

Semuanya menjadi lebih buruk lagi saat pelajaran sejarah, Miss Ratna meminta seluruh kelompok mempresentasikan tugasnya, dan saat giliranku dan Ray, aku bersumpah, maupun aku dan Ray hanya berdiri membeku. Aku jadi bolot setengah mati saat teman-temanku mengajukan pertanyaan atas presentasi kami. Tidak sekali dua kali aku bertanya 'Hah??' membuat Miss Ratna saja bingung.

"Valeria, kamu kenapa? Sakit?"

Aku berusaha semaksimal mungkin untuk tersenyum. "Gapapa, Bu."

Ray menoleh ke arahku, tapi aku berusaha mati matian untuk tidak menoleh ke arahnya juga. Aku sangat malas ber-eye contact dengannya. Pernah dengar kan kalau misalnya kita bertatapan mata dengan seseorang lebih dari lima detik, perasaan asli kita akan memancar dari mata kita. Aku sangat tidak mau Ray tau kalau aku sakit hati dengannya. Mungkin dia akan berpikir kalau aku sangat bodoh sudah mempercayai seluruh ucapan manisnya kemarin. Padahal kata kata manis itu semua tidak cocok diucapkan untuk seseorang seperti aku.

Kau tau, i'm such an insecure mess.

"Val!" Ray menggerak-gerakan telapak tangannya di depanku, membuatku tersadar dari lamunanku. Tetapi saat aku melirik Ray, dia sudah memfokuskan tatapannya ke Asya, yang sedang mengajukan pertanyaan tentang presentasi kami.

"Terus kalau kayak gitu, dewa dewi favorit kalian berdua apa?"

Pertanyaan yang super ga penting. Tapi, Ray kayaknya semangat banget untuk ngejawabnya.

"Kalo favorit gue sih, ya, si Poseidon. Karena i have a thing for seas. Gue suka banget sama apapun yang berbau laut." Jawab Ray.

"Kalo aku, sih, paling suka Athena. Karena for me, dia yang paling bijak. Paling cerdas dan aku suka banget sama orang yang bijak dan cerdas."

Sebenarnya favoritku bukan Athena. Favoritku adalah Poseidon. Aku juga menyukai lautan. Tapi sepertinya kalau aku bilang aku juga menyukai poseidon sama seperti Ray, things will get worse. Bisa bisa aku diserang Asya karena dikira sok-sokan samaan dengan Ray.

"Yasudah, sepertinya hanya ini yang dapat kami sampaikan. kurang lebihnya kami mohon maaf." Ray menutup presentasi kami, lalu kembali ke tempat duduknya di sebelah Asya.

--

Mungkin hidupku akan jauh lebih mudah kalau Ray atau aku pindah sekolah dan tidak bertemu satu sama lain.

Aku sebenarnya bingung, aku baru kenal Ray karena kami disatukan oleh tugas sejarah, tapi aku bisa sangat suka dengannya, dia seperti memiliki daya magnet tersendiri yang mampu menarikku. Tapi saat Ray nyuekin aku di sekolah tadi, kenapa aku ga protes? Kenapa Ray bertingkah seakan-akan kejadian yang di ultah Asya itu ga terjadi?

Aku mengecek hp-ku, berkali-kali membuka tumblr, twitter, ask.fm dan wattpad secara bergantian namun tidak ada yang menarik perhatianku. Sampai ada notification kalau Ray mengirimiku line.

Ray: valeria

Valeria: iya?

Ray: maaf ya

Valeria: buat apa?

Ray: gapapa

Valeria: trus?

Ray: maaf ya Valeria. Gue sayang sama lo, tapi gue gabisa

Valeria: hah?

Ray: Gue sayang banget sama lo, and the thing about it is, i wanna see you happy no matter what it takes. Maaf kalo gue kesannya mainin lo, dan maaf karena gue balikan sama Asya. Maafin gue ya, Val?

Valeria: maksud kamu tuh gimana sih? Kamu kenapa mainin aku? Emang salah aku ke kamu tuh apa sih? Aku aja baru kenal kamu gara gara tugas sejarah. Tapi kamu tiba tiba dateng dan bilang kamu suka sama aku, ngasih aku harapan, tapi tiba tiba balikan sama Asya. Ray, aku juga punya hati

Ray: Maaf

Val: Iya

Lalu setelah itu, Ray tidak menjawab apa apa. Kenapa harus aku? Apa sih bagusnya aku hingga Ray mau mempermainkan perasaanku seperti itu?

Aku melirik jam dindingku. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 lebih 10, dan aku memutuskan untuk tidur.

••

Entah mengapa, aku terbangun jam 3 pagi. Aku keluar dari kamarku dan memutuskan untuk keluar dari rumahku, duduk duduk di teras. Namun ternyata, di kursi terasku, ada seseorang duduk disana. Refleks, aku teriak karena kukira dia hantu.

"Eh! Lo ngapain teriak?"

"Kukira kamu hantu, tau."

"Ya engga mungkinlah!"

Sebelum aku bisa menjawab apa apa, Ray bergerak mendekatiku dan memelukku, erat. Aku bahkan bingung apa aku harus membalas pelukannya atau tidak. Ray terlalu..... membingungkan.

Tepat saat aku ingin membalas pelukannya, Ray menjauhkan diri dariku, melepas pelukannya.

Lalu, dia menatap tepat ke dalam mataku.

"Val, apapun yang terjadi, selalu percaya, ya kalo gue sayang sama lo. Maaf kalo gue mungkin bikin lo sakit hati, dan maaf buat segalanya."

"Kamu ngapain disini? Jam 3, lagi. Kamu juga masuk dari mana? Kan pagernya digembok."

Mungkin aku nyebelin banget, saat Ray mengungkapkan kalau dia sayang sama aku, aku malah menyerangnya dengan berbagai pertanyaan. Peduli apa. Dia juga nyebelin.

"Gue disini pingin ketemu lo. Gue disini dari jam 9 sebenernya. Gue manjat."

Manjat?!

"Jam 9? Ngapain kamu disini sampe sekarang? Terus manjat? Kamu udah gila, ya?"

Ray hanya cengengesan, yang sialnya terlihat cute di mataku.

"Udah sana kamu pulang!" Usirku, sembari mendorong punggungnya.

Ray tidak menjawab apa-apa, namun berjalan menuju pagar rumahku, dan memanjatnya seperti dia sudah berkali kali melakukannya.

Di luar pagar, Ray tersenyum manis, dan menggumamkan sebuah 3 kata yang tidak dapat kudengar, namun dapat kubaca dari gerakan bibirnya.

"gue sayang lo."

Jangan baper, Val. Jangan baper.

Favourite AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang