aysa's #1

117 7 0
                                    

aysa's #1

•••

if you love somebody, better tell them while they're here because they just may run away from you

on top of the world, imagine dragons

•••

Berkali-kali aku melihat refleksi diriku di cermin, memastikan kalau penampilanku sudah sempurna, tetapi nyatanya tidak. Aku merasa aneh mengenakan dress ini. Memang dressnya simpel, berwarna hitam polos, tapi kelemahannya dress ini sangat membentuk tubuhku--mungkin lebih mirip kulit keduaku saking ngetatnya--dan sangat pendek. Ini adalah satu-satunya dress yang kupunya, hadiah ulang tahun mama saat umurku beranjak 16 tahun, sekitar 6 bulan yang lalu. Dan percaya tidak percaya, ini adalah pertama kalinya aku mencoba dress ini.

Aku bukanlah penggemar dress, jadilah di lemari pakaianku, hanya tersedia satu dress, yaitu dress hitam ini. Sementara untuk sepatunya, aku memakai sepatu wedges ku yang berwarna putih dan hitam setinggi 5 cm.

Rambutku hanya kugerai biasa. Sementara untuk make-upnya, aku hanya memoleskan sedikit bedak, dan mascara di bulu mataku, dan memakai lip tint favoritku.

Aku tidak pernah datang ke sebuah pesta sebelumnya. Alasannya karena aku memang tidak pernah diundang. Kali ini sebenarnya aku juga tidak diundang. Ray yang mengajakku datang ke pesta sweet seventeen milik Aysa, ketua team cheerleader di sekolahku yang kabarnya adalah mantan Ray. Jangan pikir aku suka bergosip, tetapi memang berita itu sudah menjadi rahasia umum di sekolahku.

Aku menjadi ragu untuk menemani Ray ke pesta Aysa. Aku takut nanti aku akan dicuekin oleh Ray. Aku kan tidak begitu kenal dengan teman-teman sepergaulannya yang rata-rata merupakan anak basket, futsal, dan cheerleader. Anak-anak famous dan tajir.

Aku keluar dari kamarku, berjalan menuju ruang tamu, dimana Ray sudah menunggu. Dia sudah siap dengan celana jeans berwarna hitam, dengan kemeja berwarna putih polos, dipadukan dengan blazer berwarna hitam. Kata Ray, dia memang terbiasa membawa baju ganti di mobil, supaya kalau ada acara-acara seperti ini, dia sudah siap.

"Ray."

Ray yang awalnya membelakangiku, menolehkan kepalanya ke arahku. Dia tersenyum, tetapi sedetik kemudian, ekspresi wajahnya berubah menjadi kaget. Matanya bergerak dari ujung kepalaku, hingga ujung kakiku, membuatku agak risih.

"Err.. kenapa?"

"Gapapa." Ucap Ray, sambil menggaruk tengkuknya, "lo cantik."

Diam-diam, aku tersenyum mendengar pujiannya.

--

Perjalanan menuju rumah Aysa dari rumahku sebenarnya hanya membutuhkan waktu 30 menit, tetapi karena jalanan jakarta yang macet, sudah kira-kira 60 menit berlalu tetapi kami belum juga sampai, membuat Ray mencak-mencak karena stuck di jalan padahal sedikit lagi kami bisa sampai di rumah Aysa.

"Paling males gue kalo udah ke rumah Aysa. Macet banget."

"Emang kamu sering ke rumah Aysa?"

Ya ampun, ngapain juga aku bertanya seperti itu?

"Seringlah. Rumah Aysa tuh udah kayak basecamp kita."

Yang dimaksud kita, yaitu teman-teman sepergaulannya--yah tau kan siapa saja?--

Selebihnya, kami menghabiskan waktu di mobil Ray dalam diam, ditemani lagu-lagu-nya Sleeping with Sirens dari iPhone-nya yang disambungkan ke radio.

Aku menoleh ke arah kanan, melihat wajah Ray yang serius dicampur kesal sedang fokus ke depan, ke jalan raya yang macet.

"Serius amat, Ray."

Favourite AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang