shock

83 5 1
                                    

shock

--

what do you mean? when you don't want me to move, but you tell me to go

what do you mean, justin bieber

--

Esoknya, moodku untuk datang ke sekolah menurun hingga 0%. Mataku mungkin sudah menyerupai mata panda sekarang. Bagaimana tidak? Aku menangis semalaman karena hal yang ku sendiri tidak tau. Mungkin karena Ray, mungkin karena diriku sendiri, mungkin karena Ray dan aku, mungkin karena kita berdua, dan kemungkinan-kemungkinan lain.

Akhirnya, aku memaksa diriku untuk turun dari tempat tidur untuk mandi dan bersiap berangkat ke sekolah.

15 menit kemudian, aku sudah siap. Aku memang tidak membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap karena aku memang tidak pernah berdandan ini itu.

Saat aku ingin membuka pintu pagar rumahku, ternyata di depan rumahku ada sebuah mobil bmw berwarna hitam......

Dan Ray berdiri menyender di mobilnya, menghadap ke arah rumahku. Jadi sekarang kami berdua berhadap-hadapan. Dan sepertinya di antara kami berdua tidak ada yang ingin membuka percakapan.

Aku berjalan melewati Ray, berusaha untuk tidak menatapnya sama sekali.

"Woy."

Aku tidak mengacuhkannya dan tetap berjalan menjauhi Ray, yang harus kuakui sangatlah susah.

Tiba tiba, Ray menarik lenganku, keras.

"Kenapa?" Tanyaku, sembari berusaha keras untuk melepaskan lenganku.

"Sekolah bareng." Lalu, tangannya lepas dari lenganku dan menggandeng tanganku, membawaku ke mobilnya.

Genggamannya di tanganku berhasil membuatku gugup.

Awalnya aku ingin menolak, tapi entah mengapa, kalau bersama Ray, pertahananku selalu runtuh.

"Emang kenapa?"

"Gapapa."

Ray membuka pintu mobilnya untukku, dan aku pun masuk ke dalam mobilnya. Wanginya sama seperti pertama kali aku masuk ke dalam mobil Ray. Wangi peppermint.

Lalu, Ray membuka pintu pengemudi dan memasuki mobilnya. Anehnya dia tidak langsung menyalakan mesin tetapi dia menatapku, lama. sampai membuatku risih.

"Jangan liatin kayak gitu." Ujarku, sembari membuang muka dan menghadap ke jendela.

"Mata lo bengkak." Kata Ray, setelah itu ia menyalakan mesin mobilnya.

Aku hanya terdiam. Lagipula aku harus menjawab apa? Ray kan memberikan pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi aku tidak diharuskan untuk menjawab.

"Apa lo nangis gara gara gue, Val?"

Kali ini baru pertanyaan. Dan aku bingung harus menjawab apa.

Perjalanan dari rumahku menuju sekolah dilalui dengan keheningan yang tidak nyaman. Bahkan Ray saja sama sekali tidak menyalakan radio. Saat aku ingin menyalakan radio, Ray malah melarangku. Aku tidak tau apa maksudnya.

Aku tidak pernah mengerti Ray. Arti di balik semua tindakannya. Arti mengapa ia mengantarku saat ini, bukannya mengantar Aysa.

"Aysa kemana?" Tanyaku, membuka percakapan.

"Ga kemana-mana lah."

"Oh."

"Jawab pertanyaan gue."

Favourite AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang