Bagian 2

185 7 0
                                    

Dua hari sebelum kepergian Hafidz, Karin terlihat uring-uringan. Ia bingung harus melakukan apa, perasaannya tak karuan.
Hari ini ia akan pergi ke kota Palu, tentu saja ia akan meninggalkan desa tercintanya dalam waktu yg lama sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Tapi Hafidz, sahabatnya itu belum memberitahu apapun soal kepergiannya ke Surabaya.
Ia tak mau pergi dalam keadaan seperti ini, perasaanya menggantung diantara bumi dan langit.

Karin khawatir ia tak kan pernah bertemu Hafidz lagi.

Siang harinya Hafidz menelfon karin.
"Halo assalamualaikum, karin kamu dimana ?"

"Waalaikumussalam, aku dirumah kenapa fizd?"

"Aku mau bicara sesuatu sama kamu, kita ketemu di pantai ya. Sekarang!"

"Oke aku kesana"

Tut tut tut... sambungan telfon langsung saja terputus.
Karin bersiap-siap dan bergegas ke tempat yg Hafidz maksud.

Seperti dugaan Karin, Hafidz membicarakan soal kepergiannya itu, namun Karin hanya terdiam mematung dihadapan sahabatnya itu.

"Karin, kok diam sih, kok diam ?"
Karin masih terdiam dan menenggelamkan wajahnya dibalik jilbabnya.
Air matanya menetes, setengah terisak Karin membuka mulut dan berucap dengan kata-kata yg tak jelas.

Hafidz tau perasaan gadis itu, iapun merasakan hal yg sama. Ingin sekali ia memeluk dan memberikan kehangatan ditubuh Karin, namun ia menahannya. Ia tahu itu tak boleh.

Sebagai seorang sahabat tentu harus mendukung apapun yg terbaik untuk sahabatnya, meluruskan niat untuk menggapai cita-cita dengan meninggalkan orang-orang yg dicintai sangatlah berat. Namun itulah yg terbaik, yakinlah jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti Allah akan memberikan yg lebih baik lagi.

Next....
Terimakasih sudah membaca :)

Assalamualaikum Surabaya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang