Bagian 11

197 5 0
                                    

Kau bagaikan angin
Di bawah sayapku
Sendiri aku tak bisa seimbang
Apa jadinya bila kau tak di sisi
Meskipun aku di surga
Mungkin aku tak bahagia
Bahagiaku tak sempurna
Bila itu tanpamu
Aku ingin kau menjadi
Bidadariku di sana
Tempat terakhir melabuhkan
Hidup di keabadian

~Pelabuhan Terakhir by Padi~

"Ciee gak nyangka karin yg jadi ade ipar ku nih, cantik banget. Selamat ya dek semoga bisa jadi istri sholehah dan menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah. Amin", ujar Ulfa kakak kandung Arif dengan gemesnya sambil mencubit pipi Karin yang kini bersemu merah.
Mereka kini berada di kamar pengantin Karin dan Arif, beberapa menit lalu resepsi pernikahan mereka telah usai.

"Makasih ya kakak ku yang cantik. Aku juga gak nyangka bisa jadi adik ipar kakak. Tapi inilah Takdir Allah, karena Rezki,jodoh dan maut telah dituliskan untuk kita bahkan sebelum kita lahir ke dunia. Amin ya Allah", Karin langsung memeluk erat kakak iparnya.

Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar
Cklek ! Orang itu membuka pintu, sementara Karin dan Ulfa memandang ke arah pintu dengan raut wajah penasaran.

"Assalamualaikum" ujar lelaki itu sambil tersenyum kearah kakaknya dengan senyuman penuh makna.

"Waalaikumusalam" jawab keduanya

Kemudian kakak Arif, Ulfa, keluar dari kamar pengantin baru itu dengan menatap nanar wajah adiknya.
Sementara Karin hanya bisa tersenyum melihat tingkah adik kakak itu.

Kini Arif duduk ditepi ranjang disamping Karin.
Jantung Karin berdegup kencang, ada rasa gugup dan juga sengatan listrik yg menjalar dipembuluh darahnya. Kemudian Arif menatap wajahnya lekat, menempatkan telapak tangannya diubun-ubun istrinya seraya membaca doa.
Lalu Arif mencium puncak kepala Karin
"Kamu cantik", ujarnya.

Karin menunduk malu, yakin saja kini wajahnya tengah merah merona. Pertama kalinya disentuh seorang lelaki yang sudah halal baginya dengan kasih sayangnya, sentuhan suaminya sangat menyejukkan hati.

"Kenapa Ai ? Kok nunduk gitu ?, aku salah ya ?", ucap Arif sekedar menggoda istrinya, padahal ia sudah tau wajah Karin berubah jadi merah delima.

"Ai ? Ai siapa kak ?", tanya Karin sedikit bingung, kayaknya hanya mereka berdua yang berada dikamar ini dan tidak ada yang namanya Ai.

"Iya Ai. Ai panggilan kesayangan kakak buat kamu"

"Oh" ucap Karin sambil senyum-senyum.

"Hanya 'oh' saja ?" Raut wajah Arif berubah kini ia seperti bebek yang kelaparan

"Hehe. Terimakasih suamiku. Panggilan yg indah. Aku bersyukur kepada Allah yang telah mempertemukan kita, semoga kakak adalah imam dunia akhiratku, Amin." Karin memeluk Arif dan menempelkan kepalanya didada bidang Arif, aroma parfumnya Karin suka. Mirip seperti parfum ayahnya. Aromanya menenangkan hati.

"Amin, semoga pula engkau menjadi bidadari surgaku Ai, menjadi malaikat bagi anak-anak kita nanti", Arif membalas pelukannya.

.................

Pagi ini Karin dan Arif akan pindah ke rumah baru mereka. Lebih tepatnya apartemen milik Arif.
Segala sesuatunya telah dipersiapkan oleh mamanya Arif.

"Jaga baik-baik istri kamu ya leh. Jangan sibuk kerja terus, sering-seringlah main kerumah mama, jangan lupa cepet-cepet bikinin mama cucu biar gak kesepian mama" 
Ya seperti biasa mamanya Arif memang selalu cerewet, tapi beliau sangat baik.

"Iya mamaku sayang. Kami pamit dulu. Assalamualaikum" ujar Arif sambil mencium punggung tangan mamanya dan begitu juga Karin.

"Waalaikumusalam"

Di dalam mobil Karin dan Arif hening, tak ada pembicaran diantara mereka berdua. Arif yang tertidur masih kelelahan dengan pesta semalam, sedangkan Karin sibuk menerawangi pemandangan kota Surabaya dibalik jendela kaca mobil.

Setelah sampai di apartemen, mereka berdua masuk dengan sedikit canggung. Sementara Karin takjub dengan selera suaminya, rumah yang rapi, bersih, interior dan alat-alat rumah tangganyapun terkesan klasik. Tak terlalu mewah tapi juga tak berkesan murahan.
Didalam kamar terdapat jendela kaca yang sangat besar, Karin bisa melihat pemandangan seisi kota dari sini. Tempat ini akan menjadi saksi perjalanan rumah tangga mereka, menjadi tempat bernaung malaikat-malaikat kecil mereka kelak.

Tiba-tiba Karin dikejutkan dengan sepasang lengan kekar yg memeluknya dari belakang, itu suaminya.
Karin hanya tersenyum
"Tak ada suatu kejadianpun yang diciptakan Allah secara kebetulan, bahkan sehelai daun yang gugur sudah ditetapkan oleh-Nya. Mungkin dulu aku menyukai Hafidz, aku bersabar atas perasaan itu. Mungkin Allah melindungiku dari cinta yang belum halal, maka dari itu kami dijauhkan. Aku mengikhlaskan semuanya kepada Allah karena aku yakin Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Dan sekarang aku mendapatkannya, buah dari kemanisan penantian itu.

Assalamualaikum Surabaya, kini kau akan jadi kotaku 😊"

THE END

Thank you buat yang udah nge'vote ceritaku, buat yang masukin ini di reading listnya, buat yang tambahin cerita ini dilibrarinya, buat para reader, yang silent reader juga makasih udah baca cerita absurd ini 😀
Afwan kalau ada typo. Terima kasih banyak-banyak deh pokoknya.
Butuh perjuangan dikit buat bikin part ini because aku bukan orang yang romantis 😁.
Oke sampai ketemu di cerita lainnya

Assalamualaikum Surabaya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang