Bagian 10

108 3 0
                                    

Siang ini Karin tengah beristirahat di tempat yg menurutnya paling nyaman seantero kampus, yaps, perpustakaan.
Entah ada tugas tak ada tugas, Karin selalu datang kesini. Sebab ia juga dapat bertemu Hafidz yg letak kelasnya tak jauh dari perpustakaan.

Sore ini Hafidz menyuruh Karin menunggunya di perpus karena ada hal penting yg ingin dibicarakannya.

"Entah hal penting apa yg sahabatnya maksud, tumben dia mau bicara serius seperti ini", batin Karin dalam hati.

"Karin, sorry lama ya ?", tukas pemuda yg sedang terengah-engah kesulitan mengatur nafasnya.

Karin hanya mendongakkan kepalanya yg tadi menempel dimeja perpus, kemudian mengerjapkan matanya sesekali.

"Maaflah, tadi dosennya kasih kuis dadakan trus yg bisa jawab boleh pulang duluan, ya gitudeh jadi kelewat jam pulang seperti biasanya".

"Biasa aja kali, gak marah kok. Ngantuk tau. Jadi mau bicara hal penting apa yg mulia ?", Ledek Karin.

Seketika raut wajah Hafidz berubah, dia diam dan pandangannya beralih kelantai.

"Aku gak tau apa yg kurasakan sekarang, melihat wajahmu semakin ingin aku menghalalkanmu, agar mengobati rasa pilu dan rindumu saat kita masih remaja dahulu.
Tapi mungkin sekarang aku bukanlah pemuda itu, pemuda yg namanya kau sebut disepertiga malammu. Karena kau telah menerima ajakan ta'aruf pemuda lain dan tak menceritakan apapun padaku. Taukah kau, pemuda itu adalah kakak sepupuku. Aku tahu ia menyukaimu sejak kecil, jauh sebelum aku menaruh perasaan padamu. Namun karena akhlaknyalah kau menjauhinya.
Tetapi karena hijrahnya dan karena istiqmahnya ia mencintaimu karena Allah, aku tahu hatimu luluh. Dia pemuda tampan yg cerdas, aku tahu meski ia dulu keras tapi jauh dihatinya ia sangat lembut, dialah kakakku.
Aku mengikhlaskan mu padanya, mungkin dialah jodohmu. Mungkin ku bukanlah jodohmu, bukan takdirmu. Mungkin Allah telah menuliskan jodoh lain yg terbaik untukku, seperti yg dituliskan untukmu. Terimalah lamarannya, jangan mengulur waktu ta'aruf  jika sudah yakin. Isha Allah dialah jodohmu".

Penjelasan Hafidz yg begitu detailnya menceritakan perasaan yg selama ini ia pendam sendiri, membuat Karin sempat kaget namun kata-kata bijak itu membuatnya terisak kembali dihadapan sahabatnya. Seperti de javu pada saat di tanah Sulawesi, dan kejadian itu kembali terulang di kota Surabaya.

Namun bedanya kali ini Karin tak diam mematung,

"Terimakasih Hafidz, atas semuanya. Terimakasih atas kata-kata bijakmu itu. Kamu memang sahabat terbaikku", Ucap Karin lirih namun sempat menyayat hati Hafidz.

Seulas senyuman terlukis diwajah Hafidz juga Karin, jelaslah semuanya sekarang.

...................

Karin memang telah menerima ajakan ta'aruf Arif sebulan yg lalu. Jujur ada rasa kagumnya pada kakak kelasnya itu, tapi entah kenapa nama Hafidz masih ada tersangkut difikirannya.

Menunggu tak ada kejelasan dari Hafidz, ia ragu pada perasaanya. Mungkin rasanya ini hanya bertepuk sebelah tangan.
Karena ada orang yg berniat baik mau mengenalnya lebih jauh, maka diterimalah ajakannya itu.

Lama Karin menunggu respon Hafidz yg tak kunjung ada, ia mengulur-ulur waktu ta'arufnya. Bukan bermaksud mempermainkan Arif, tapi masih ada yg mengganjal dibenaknya.

Namun hari ini telah jelas semuanya.
Hatinya telah mantap untuk menerima lamaran Arif.

Assalamualaikum Surabaya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang