Bagian 4

140 7 0
                                    

Di sudut sana tampak seorang lelaki sedang menatap langit, tatapannya sendu, namun ia mencoba menyunggingkan sebuah senyuman manis, seperti tengah menatap seseorang, nyatanya tak ada seseorang di atas langit., namun dimatanya ada. Baginya sosok wajah gadis itu ada di tengah-tengah ribuan bintang.
Gadis itu menatapnya sambil tersenyum dan sekarang ia mencoba membalas senyuman itu, dengan makna yg paling dalam, senyuman kerinduan.

Kali ini pandangannya beralih ke tumpukan penggaris dan kertas serta alat tulis lainnya diatas meja. Ia mencoba berkonsentrasi kembali pada aktivitasnya semula, berharap tugas kampusnya ia selesaikan dengan baik malam ini.
Awalnya gambar itu sempurna, tinggal menambah keterangan pada sisinya, namun entah kenapa penanya menuliskan nama gadis itu, entah sadar atau tidak ia masih melanjutkan menulis.
"Hoy bro, gimana tugas, kelar ?" Sapa teman lelaki Hafidz, Riko namanya.
"Udah dong, nih" jawab hafidz sambil memamerkan karyanya.
Riko memperhatikan setiap inci gambar dan tulisan Hafidz.
"Keren keren..eh kok ini, karin ? Maksudnya ? Istilah baru ya bro ?"

"HAH ?" Dengan wajah malu Hafidz merampas pekerjaannya dari tangan Riko dan langsung memperbaikinya, heran dia kenapa ada nama Karin dikertas tugasnya. Hampir saja ia mengumpulkan tugas ini ke dosen.

"Kalau kangen ya dihubungi to bro, jangan dipendem gitu".
Goda Riko pada Hafidz

Hafidz hanya diam dan mengacak rambutnya frustasi, kemudian berlalu ke kantin meninggalkan Riko yg masih asyik menggodanya.

Riko adalah sahabat baik Hafidz di Surabaya, pemuda yg menolong Hafidz saat ia tak punya tempat tinggal saat pertamakali ke kota ini.
Bagi Hafidz Riko adalah keluarganya, dia baik, tampan, pintar, kaya, namun kebiasaan bercanda yg kelewatan membuat Hafidz ingin menyumpel mulut sahabatnya itu.
Riko tau segalanya tentang Hafidz, ia juga tau tentang Karin dan perasaannya pada gadis itu.
Bicara soal perasaan, entah mengapa malam ini Hafidz sangat merindukannya, gadis itu, Karin.
Baru kali ini ia merasakan perasaan seperti ini.
Teringat kembali kata Riko tadi siang
"Kalau kangen ya dihubungi to bro, jangan dipendem gitu".
Apa iya dia harus menghubunginya ?
Kali ini ia menatap nanar layar handphonenya.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Disebrang sana seorang gadis yg sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya, lebih tepatnya ini bukan bermalas-malasan, malam hari memang waktunya untuk istirahat.
Ia menatap handphonenya yg diyakininya tak akan pernah berdering, ia masih tak percaya itu handphone atau kuburan❔❓ kayaknya masih rame kuburan.
Setelah lelah berkutat dengan kuburan, Karin mencoba memejamkan mata setelah sebelumnya berdoa, berharap ia tidur dengan nyenyak dan tidak bangun kesiangan esok pagi.
drtt drtt
Tiba-tiba handphone karin bergetar, sontak tangannya langsung meraih benda itu di atas nakas. Sambil mengatur intensitas cahaya yg masuk kedalam matanya ia membaca nama yg tertera pada layar ponselnya

~Hafidz~

Next...

Kira-kira Karin angkat telfon Hafidz gak ya ?? Tunggu part selanjutnya
Terimakasih telah membaca 😊

Assalamualaikum Surabaya✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang