PART 4

20 2 1
                                    

"Aaau! Ittai yo..!"

Ratsu menjerit saat Matsumura menempelkan kain handuk basah untuk mengompres lukanya.

"Tahan sedikit, ngapa?" celetuk Matsumura ringan.

Ratsu hanya meringis. Kemana Yuuma? Percayalah padaku kawan, ia pergi menjauh dari Ratsu karena tak tega dengan ringisan Ratsu dan, tentu saja, wajah babak belurnya.

"Lagian, kau sih pake engga mau dibawa ke ruang kesehatan segala. Kalau kau mau ke ruang kesehatan, dijamin sakitnya tidak seburuk ini." oceh Matsumura sambil mengoleskan obat merah ke luka Ratsu.

"Hei, kau pikir saja. Hari ini, 2 kali aku bertengkar dengan anak sekolah sini. Apa jadinya jika guru-guru tahu, seorang Kachikawa Ratsu dalam sehari 2 kali ribut dengan anak sini."

Matsumura menggeleng. "Hal itu sudah biasa kok disekolah ini." lalu ia menempelkan plester terakhir di sudut bibir Ratsu. "Sudah beres."

Yuuma melihat penampilan Ratsu sekarang. Ya, wajahnya kini sudah tak terlihat seburuk tadi. Bisa jadi, jika Ratsu berbohong bahwa ia jatuh dari tangga, orang-orang akan percaya.

"Kau sih, pake menantang Inoo senpai segala. Jadinya kan begini." Yuuma malah menyalahkan Ratsu.

"Diamlah! Masih baik kau tak terkena apapun. Biarlah aku yang luka." balas Ratsu.

"Tapi kau konyol Ratsu! Kau sama saja bunuh diri jika hendak melawan Inoo senpai." Matsumura ikut bicara.

"Kalian berdua kenapa sih? Kok kayaknya takut banget sama Inoo senpai? Inoo senpai tuh, ga ada apa apanya!" gusar Ratsu.

Mendengar ucapan Ratsu, Matsumura sontak membekap mulut Ratsu, sementara Yuuma justru menoleh melihat keadaan sekitar. Beruntung, taman belakang sekolah itu sepi dari murid-murid.

"Kalau bicara, jangan sembarangan dong! Kalau kedengeran murid lain, bisa abis kamu." cerocoh Yuuma.

"Kalau gitu, ceritakan. Kenapa kalian takut banget sama Inoo senpai!" tantang Ratsu.

Yuuma dan Matsumura saling berpandangan. "Kau yakin Ratsu? Kuharap, setelah kau mendengar kisah ini, kau tidak menyesal telah bersekolah disini." harap Yuuma.

"Tentu saja!" ucap Ratsu bersemangat.

"Dulu, murid sekolah ini, senang berlomba-lomba dalam mencari jabatan presiden siswa. Susah sekali menentukan siapa yang pantas jadi presiden siswa. Semua memiliki argumen dan pendapatnya sendiri. Sampai akhirnya, kepala sekolah yang nyentrik itu memutuskan bahwa, 'pemilihan presiden siswa tidak berdasarkan kemampuan, tapi berdasarkan kekuatan.' mulai saat itu, setiap kelas akan memilih 2 orang calon yg terkuat dari kelasnya. 1 calon akan menjadi ketua kelas, yg satu lagi, akan diadu dan memegang jabatan pengurus sekolah. Sisanya, akan memegang jabatan sebagai ketua kelas"

Matsumura menghela nafas.

"Lalu, apa hubungannya sama Inoo-senpai?"

Matsumura menghela nafas. Murid baru, tahu apa? Setelah ia berhasil menyabarkan hati, ia kembali membuka suara.

"Inoo-senpai adalah presiden siswa."

****

Yang di media sekarang itu, adalah Nakajima-senpai. Macho kan? Hmm, mau tahu kenapa aku pasang foto Nakajima-senpai? Kepoo ya? Nanti akan kuberitahu, via cerita. Dadaaah ;)

Ra-ChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang