Part 9

11 0 0
                                    

ENJOY!

Awalnya, Ratsu ragu untuk menerima tantangan dari Inoo. Hampir saja ia kabur menuruti kata-kata Shiga. Namun, genggaman tangan Shiga yang hangat meluruhkan niatnya.

"Hadapi, Ratsu. Kuyakin Inoo tidak akan senekat itu"

Ratsu mengangguk. Ia bangkit dari tempat duduknya, melangkah maju walaupun kakinya terkena tremor.

'Aku berani, calm down.'

Ratsu terus berjalan. Lapangan sudah ramai. Banyak sekali anak anak yg menatap padanya, antara kagum dan melecehkan

'Berani banget dia.'

'Etto, gila juga dia.'

'Entah kenapa aku berharap padanya...'

'Jangan berfikir yang tidak-tidak!'

Ratsu terus berjalan, tanpa memikirkan kata kata mereka tentang dirinya. Bodo amat lah! Yang penting, urusan gue kelar!

Di tengah lapangan, Inoo rupanya sudah menunggu. Jas yang terbuka, dengan kemeja yang terbuka 3 kancing di atasnya. Tubuhnya penuh keringat... ew. Rambutnya yang gondrong berantakan seperti tengah memikirkan sesuatu.

Dengan sekali kedip, Inoo telah merasakan kehadiran Ratsu. Bibirnya naik sekilas, sebelum akhirnya mempertahankan sebelah saja yang naik.

"Punya nyali juga kesini."

Suara Chinen. Ya, di hadapannya kini berdiri Chinen di depan, dengan Inoo di belakang. Nakajima kemana? Halah halah, sudah tentu kan, menghalangi Yuuma yang ingin menghampiri Ratsu.

Di sisi lain, berdiri Rino dan dan sesosok laki-laki, dengan headphone di leher. Tangannya asik menekan-nekan smartphone nya. Pasti sedang bermain game.

"RATSU!!"

Mayumi, kawan yang baru dikenal nya beberapa hari lalu bergerak cepat menuruni tangga, kemudian berlari ke tengah lapangan, menghampiri Ratsu. Belum sempat menghampiri Ratsu, tangan Shiga refleks menarik tangan Mayumi.

"Shiga! Nani kore?! Itu Ratsu ada di tengah lapangan, mau ngapain?!" Nada khawatir jelas terdengar dari mulut mungilnya.

Shiga hanya terdiam. Ia menatap Ratsu dari jauh. Ia percaya akan Ratsu, untuk kali ini. Semoga saja rencananya berhasil, dan luka Ratsu tidak bertambah parah.

"Wah wah, baru beberapa hari jadi murid pindahan, udah banyak teman ternyata."

Inoo kini maju, menyingkirkan Chinen agar mundur dari tempatnya.

Ratsu mendongak, menatap penuh pada mata cokelat di depannya. Sumpah... Inoo tuh ganteng... atau Cantik? Mirip salah satu personel boyben jepang gitu... dengan hidung yg lumayan dan kulit yang... putih. Yah semua orang jepang juga kulitnya putih. Shiga pengecualian.

"LU MAU APA SIH BAJINGAN?!"

Mayumi merangsek maju, setelah berhasil memelintir tangan Shiga. Mayumi memang murid yang disegani, tentu karena kecerdasannya, bukan kekuatannya. Hal ini kadang membuat dia "lupa diri".

Seperti saat ini, dengan emosi yang meluap, lupa diri bahwa di sekolah ini kekuatan itu nomor 1, bukan kepintaran.

Mayumi membentengi Ratsu dengan badannya, berdiri di garda paling depan padahal ia sendiri baru mengenal Ratsu lewat sapaan. Bahkan Yuuma yang sudah dekat dengannya sekalipun memilih bungkam. Dan Ratsu paham alasannya.

"Minggir, kalau ga mau terluka."

Inoo memberikan ancaman pada Mayumi. Dan ancaman itu tidak main-main.

"Mayu... sudahlah, ini urusanku dengan Inoo-Senpai. Tolong biarkan aku menyelesaikannya." Bisik Ratsu.

"YA GA BISA GITU DONG!!" Mayu ngegas, dong. "HEH INOO, gue tahu yah lo itu udah lama disini, udah jadi pentolan. Tapi masa' iya lo ga ngasih kelonggaran buat Ratsu, dia tuh anak baru, gila! Belum tahu sistem di sekolah ini, baka!" Yah, kira kira seperti itulah translate omelan Mayumi. Tentu Mayu berbicara dalam bahasa Jepang.

"Makanya, dia harus diajari biar tahu aturan aturan di sekolah kita!" Kecam Inoo.

"Mayu, biarkan aku yang menyelesaikan masalahku..." seru Ratsu. Nadanya lemah namun ada tekad disana.

Mayu mengambil langkah mundur. Ia menghormati kata kata Ratsu. Sementara Inoo dengan senyum smirk nya, menjentikkan jarinya.

"Takaki, Nakajima, bawa pengganggu itu keluar arena."

"Hah, aku?" Seru Nakajima Kento dengan tangan yg sedari tadi berada di atas tangan Yuuma. Menggenggamnya erat. Dasar modus!

"Maksudku Nakajima Yuto!"

Sang empunya nama -Nakajima Yuto- menyeruak dari kerumunan bersama Takaki Yuya. Kemudian, dengan paksa, mereka menyeret tubuh Mayumi.

"Gak usah diseret seret,  aku bisa jalan sendiri!"

Mayumi melepaskan tangannya dari cengkeraman Nakajima Yuto dan Takaki. Ia berdiri di garda paling depan barisan penonton sekarang.

"Chinen, bacakan peraturan tak tertulis sekolah ini!"

"Haik!"

***

Syalalalala hiya hiya
Penasaran kan, peraturan apa sii yang ada di sekolah ini, sampai beringas banget siswanya kalau lihat darah 🤣

Gue, mau cerita, ehm. Kenapa mau update. Jadi. Akun ini tuh udh lama ilang, ga tahu juntrungannya malah sekarang fb gue (iya ini log in nya pake fb) ilang. Ini keberuntungan aja karena alhamdulillah akun wetpet nya bisa kebuka.

Seneng... akhirnya bisa ngelanjytin cerita ini lagi  kalau buat ngedit visual kayaknya, gue skip deh

Kalian mau gue kasih chara apa? Atau kalian lebih suka polosan aja tanpa ada visual nya? *bagus deh, ga ngerepotin gue 😂

Akhir kata, gue mau tidur. Ini hadiah banget buat kalian karena gue nerbitin ini di sela sela kegiatan gue, di sela sela kegabutan gue. Hahaha

Enjoy yah, voment nya boleh, silakan mengampas di lapak gue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ra-ChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang