"Ratsu pulang..."
Selepas membuka pintu, Ratsu pun melepaskan sepatunya dan memakai sandal rumahnya. Baru tiga langkah ia berjalan ke dalam, sang Bunda sudah keluar dari ruang keluarga dengan memakai jas dokternya. Ya, Bunda Ratsu memanglah seorang dokter.
"Konnichiwa, Ratsu." Bunda menyapa Ratsu. "Astaga Ratsu, apa yang terjadi padamuu??!! Luka dimana-mana. Kau habis bertengkar ya?? Ayoo jujur!" Bunda langsung mengintrogasi Ratsu sembari meraba dan melihat luka disekujur tubuh dan wajahnya.
"Konnichiwa Bun.. Iee, Ratsu tidak bertengkar... Ini... Ini hanya luka jatuh dari tangga. Ratsu jatuh dari tangga lantai atas... Sampai kebawah.. Hehehe" jawab Ratsu.
"Apa itu benar, Ratsu??" selidik Bunda. "Kau mau Bunda bawa ke RS? Biar sekalian diobatin..."
"Kalau Bunda ga percaya, Bunda tanya saja pada Yuuma." sahut Ratsu. "Sudahlah Bun, ga usah khawatir. Luka begini diobatin dirumah juga sembuh kok."
"Baiklah kalau itu maumu. Bunda ga bisa memaksa." Bunda menghela nafas. Sementara Ratsu hanya cengar-cengir ga jelas.
"Ratsu, Bunda akan pergi tugas. Bunda kebagian piket RS malam. Nanti, Ottou-san yang akan membuatkan makan malam. Ia pulang pada pukul 18.00 tepat. Sementara itu, kau mandi, dan obati lukamu. Kalau kesulitan, minta bantuan Nii-chan. Ia ada dikamarnya. Ohh ya, kalau obatnya habis, telfon Bunda. Nanti akan Bunda bawakan dari RS. Paham??"
Ratsu hanya mengangguk mendengar ucapan Bundanya yang panjaaaang sangat.
"Sekarang Bunda akan berangkat." Bunda mengecup pipi Ratsu. "Sayounara!"
"Sayounara, Okaasan."
Ratsu melangkah menuju kamarnya di lantai 2. Ada dua kamar disana. Di seberang kamarnya, terdengar suara lagu-lagu rock jepang yang disetel dengan suara cukup kencang.
"Whereever you are, i always make you smile.
Whereever you are, i always need you said
Whereever you are, aito kono kimochi
I always need forever right now..."Suara lagu Whatever you are milik One Ok Rock itu mengalun pelan. Haiih, Nii-chan ini galau sekali. Ratsu berusaha tak menghiraukannya dan masuk kedalam kamar.
Baru saja Ratsu meletakkan tas nya, terdengar suara pintu kamar diketuk.
"Ratsu... Buka pintunya."
Ahh, suara Nii-chan. Ratsu belum pernah melihatnya. Tapi dari suaranya, ia terlihat seperti orang yang sangat sayang pada keluarganya. Ratsu berharap apa yang teman temanku katakan tadi tak menjadi kenyataan.
"Matte kudasai" Ratsu dengan terburu-buru mengganti bajunya. Ia ingin menemui Nii-channya dengan penampilan yang sudah rapih.
"Aku ingin segera bertemu dengan mu, imouto-chan."
Bodohnya Ratsu, ia tidak mengunci pintu kamarnya. Saat Nii-channya masuk kedalam kamarnya, ia hanya menggunakan Tank-top dan rok sekolahnya.
"Kan aku sudah bilang untuk menunggu..." belum selesai Ratsu berbicara, matanya bertemu dengan mata seseorang yang berdiri persis di depannya.
Sosok itu, wajah tengil ini tak mungkin Ratsu lupa. Rambut gondrongnya yg sebatas leher, hidung mancungnya, kulit putihnya, dan... Mata itu! Mata tengil dengan pupil cokelat muda itu..
"Kachikawa Fuma?!!"
Cowok itu tersenyum. Senyum smirk lebih tepatnya.
"Ternyata benar, imouto ku sekelas denganku. Si anak baru yang hanya berbeda bulan denganku." Fuma berjalan mendekati Ratsu.
"Onii-chan... Ap... Apa yang kau lakukan..." Ratsu terus berjalan mundur, sampai-sampai di belakang tubuhnya ia merasakan tembok menghadang.
"Apa yang kulakukan? Hanya membalas dendamku yang belum tuntas tadi kok."
Kini Fuma sudah berada di depan Ratsu, persis di depannya. Hidung keduanya sudah tertempel, bahkan Fuma bisa merasakan nafas Ratsu yang tidak teratur. Fuma tersenyum miring. Ratsu mulai panik.
"Apa yang kau lakukan, hei! Mau apa kau?! Sadarkah kau kalau aku ini imoutomu!"
"Yah, aku sadar kok." Fuma meraih pipi Ratsu, dilihatnya pipi itu sedikit memerah. Blushing.
"Lalu, apa yang kamu mau?"
"Tak banyak. Jadilah pacarku maka kuanggap semua ini adalah pembalasan." seru Fuma.
Bibir Ratsu pun bergetar mendengar ucapan Fuma. Siapa sih yg ga mau sama dia?! Walau badboy tetap saja ia tampan. Tapi buka itu masalahnya.
"Hei, sadar! Aku ini adikmu, imoutomu! Apa yang kau ucapkan sungguh tidak pantas!" bentak Ratsu.
Fuma menatap Ratsu yang memalingkan wajahnya. Semburat merah dipipinya sudah tak bisa lagi disembunyikan. Rona merah itu mengambarkan perasaan malu, kesal, marah, dan semua menjadi satu.
"Rasyel, tatap aku."
Ratsu tetap tak bergeming, walau wajahnya mengambarkan keterkejutan yang luar biasa karena panggilan Fuma.
"Ratsu!!"
Ratsu tak tahan juga. Ditatapnya Fuma langsung dimatanya, menggambarkan bahwa ia tak berbohong.
"Kau menolakku, Ratsu?" tanya Fuma.
Ratsu menegak ludahnya, jujur saja, kakak lelakinya ini memiliki pesona yang luar biasa. Namun Ratsu berusaha tak terpengaruh.
Ratsu mengangguk tegas, tanpa keraguan.
Mendadak, desakan Fuma mengendur. Bahkan kini Fuma sudah menjauh dari tubuh Ratsu. Ratsu menghela nafas lega.
"Satu hal yang harus kamu terima, Ratsu, karena kau sudah menolakku. Jangan pernah anggap aku kakak lelakimu."
Ratsu berusaha mengatur nafasnya terlebih dahulu. Berada jauh dari tubuh Fuma membuatnya bisa merasakan sedikit ketenangan. Tak dihiraukannya ocehan Fuma, bahkan sampai ia di depan pintu kamarnya.
"Tadinya aku bermaksud menjadikanmu pacar, sekaligus melindungimu dari Inoo-senpai. Tapi karena kau tidak mau, ya sudah." Fuma menoleh ke belakang, menatap Ratsu dengan tajam. "Jangan pernah meminta bantuanku dalam hal dan kondisi apapun."
Kemudian, Fuma pun pergi meninggalkan kamar Ratsu, tanpa mempedulikan Ratsu yang menatap Fuma dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya.
***
A/N
Hai... Maaf yah lama apdet, abis aku lagi senewen ama Wattpad. Dah cape cape nulis, malah ilang. Kan sakiiit. :'(
Btw, itu yg di mulmed adalah Kachikawa Fuma.. Ya, itu adalah Nii-channya Ratsu. Ganteng ga? Ganteng ga? Abs nya Masha Allah... Gakuku ganana xD
#typoeverywhere

KAMU SEDANG MEMBACA
Ra-Chan
ChickLitRasyel.. Ya, seorang putri pendiam dan kalem dari pria berpengaruh di daerah Pariaman. Mendadak pindah ke Jepang karena mengikuti sang Bunda. Tanpa sengaja, ia bersekolah di Sekolah dengan sederet peraturan aneh! Ikuti kisah Ratsu dan kawan2, serta...