Persiapan

662 39 0
                                    

"Perang?" Tanyaku, mereka menoleh kearahku dengan tatapan:'kau-tidak-tahu-apa-apa-soal-ini?'

"Ayolah, aku ini masih polos" aku membuat ekspresi tersenyum polos yang membuat semuanya berlagak muntah.

"Para indigo, demigod dan penyihir dikirim ke beberapa sekolah untuk melaksanakan sebuah pertarungan, dan yang dikirim biasanya yang kuat-kuat. Perang dilaksanakan tepat saat titik balik matahari musim dingin, dimana sinar matahari bermigrasi ke selatan. Ketinggian matahari di atas cakrawala di siang hsri mencapai 47 derajat lebih rendah dari enam bulan sebelumnya" jelas Grace.

"Tunggu! Titik balik matahari musim dingin?! Itu berarti, saat dimana monster, hantu dan sebangsanya lebih kuat dari yang lainnya kan?" Aku berkata.

"Ya, dan ada juga yang mengatakan kalau seseorang yang lahir tepat saat titik balik matahari musim dingin maka kekuatannya akan bertambah lebih kuat daripada yang lain" kata Peter.

"Itu mitos!" Jason menanggapi, "menurutku tidak" aku membantah perkataan Jason. "Maksudmu? Ada orang yang benar-benar lahir tepat saat titik balik matahari musim dingin?" Aku mengangguk. "Siapa?!" Mereka berseru, aku berdiri dan mundur lima langkah. Aku memejamkan mataku dan membentangkan tanganku.

###

Author POV

Alexa terbang. Matanya terpejam dan tangannya dibentangkan ke samping. Mereka takjub melihatnya, mereka bahkan tidak bisa mengedipkan mata mereka. Dan saat Alexa sudah terbang jauh dari lantai, dia berputar sangat pelan dan tambah lama tambah cepat. Kabut hitam mengelilinginya, dan saat itulah Alexa memakai baju tempur. Rambutnya yang semula berwarna blonde berubah menjadi putih seputih salju, kulitnya yang berwarna putih itu menjadi lebih putih lagi, pucat.

Matanya yang berwarna biru, menjadi warna merah darah. Dibelakangnya, terlihat sebuah sayap besar yang terbentang. Sayap kanan berwarna putih dan sayap kiri berwarna hitam.

"Alex?" Semua berkata bersamaan, Alexa turun perlahan-lahan. Sayapnya ditekuk hingga terlihatlah ujungnya yang menyentuh lantai.

"Aku Alexandria Floriana Winter. Lahir tepat saat titik balik matahari musim dingin. Anak dari Cypher Blood Winter, seorang iblis pelindung dan Elixcer Smith Winter, seorang malaikat pencabut nyawa."

###

Alexandria POV

"Kau anak dari Cypher dan Elixcer?" Tanya Grace, "tidak kupercaya kau anak dari Cypher si iblis pelindung ganteng itu dan Elixcer si malaikat pencabut nyawa cantik itu" tambah Grace.

Hanya dengan satu jentikan tangan, aku berubah menjadi normal. "Kau harus membantu kami!" Mereka berseru, aku mengangguk dan mereka bersorak.

###

Aku benar-benar tidak habis pikir, aku disuruh memakai baju seperti ini?! Grace benar-benar menyiksaku, bajunya benar-benar ribet (pict). "Haruskah aku memakai ini?!" Aku protes untuk sekian kalinya. "Alex! Bisakah kau tidak protes? Memang ini baju yang cocok untukmu. Berhentilah untuk protes!" Grace berteriak, aku hanya mendumel.

"Kau sudah siap belum?" Tanya Annabeth kepada Keisha yang dijawab hanya anggukan oleh Keisha. "Yasudah, kita harus segera menyuruh anak-anak lain untuk ke ruang bawah tanah" aku mengangguk. Aku berjalan dan merasa kaget. Baju besi ini sangat ringan jika dipakai untuk jalan. Aku diteriaki oleh Grace agar lebih cepat, maka aku pun berlari. "Baju ini kalau dipake lari sangat ringan!" Aku bergumam.

Aku menuju ruang kepala sekolah dan segera mengambil mic yang menghubungkannya ke speaker di kelas-kelas, asrama dan koridor.

"Perhatian untuk semua penghuni sekolah. Diharapkan untuk segera keruang bawah tanah! Bawa semua barang-barang yang diperlukan dan jangan sampai ada yang tertinggal! Jason dan Annabeth akan membantu kalian untuk menemukan ruang bawah tanah! Sekali lagi, untuk semua penghuni sekolah. Diharapkan untuk segera keruang bawah tanah! Bawa semua barang-barang yang diperlukan dan jangan sampai ada yang tertinggal! Jasom dan Annanbeth akan membantu kalian untuk menemukan ruang bawah tanah! Terima kasih! Semoga para Dewa memberkati kalian!"

Sesudah memberitahu seluruh murid, aku membantu kepsek membawa barang-barang yang penting dan berharga ke ruang bawah tanah. Hanya dengan satu jentikan, aku dan kepsek sudah beradas di ruang bawah tanah yang lengkap dengan AC yang disetiap sisi ada. "Ruangan ini ada udaranya, kalian bisa bernafas normal tanpa harus khawatir dengan udara" Kepsek mengangguk.

Ruang bawah tanah sangatlah besar, mungkin saja ruangan ini besarnya sama seperti sekolah. Aku segera menjentikkan jari dan segera menghilang menuju lobi.

"Kau sudah membawa kepsek ke ruang bawah tanah?" Aku mengangguk, "aku sudah menyuruh semua orang ke ruang bawah tanah" kata Keisha. "Barang-barang yang di asrama?" Peter bertanya, aku dan Keisha mengangguk.

"Aku ke ruang bawah tanah dulu, aku ingin menenangkan anak-anak dulu" aku segera menuju ruang bawah tanah. Saat aku berada di ruang bawah tanah, kupingku serasa mau meledak. "Hei semuanya! Tenang dan diam!" Aku berteriak sangat kencang hingga ratusan murid beserta guru-guru sontak terdiam.

"Dimana Ms. Cynthia?" Aku bertanya, dan seorang guru yang sangat disiplin segera maju dan menghampiriku. "Suruh anak-anak untuk diam dan jangan membuat kerusuhan apapun sampai kami kembali. Dan jangan biarkan mereka meninggalkan ruangan ini! Kalau ada yang kebelet, toilet berada disebelah sana, sana dan sana" aku menunjuk pintu-pintu yang masih tertutup. Ms. Cynthia mengangguk.

"Kalian semua! Jangan ada yang bersuara, jika ingin berbicara dengan teman-teman kalian, berbisik saja! Tapi jangan terlalu sering! Kalian akan mengundang musuh ke sini dan kalian akan mati! Dan juga, kalau ada yang sampai keluar dari ruangan ini, aku tidak dapat menjamin keselamatan kalian! Kalau ada yang ingin ketoilet, toilet nya ada di sebelah sana, sana dan sana. Pintu keluar hanya ada satu dan tepat dibelakangku, ada beberapa guru yang akan menjaga di depan pintu. Orang tuan kalian sudah kubuat tertidur cukup lama sampai kalian kembali" aku menjelaskan semuanya dengan tegas, mereka mengangguk.

"Kalau begitu, kami permisi dulu! Tolong Ms. Cynthia dan Ms. Lala untuk menjaga pintu!" Ms. Lala segera maju dan berdiri di depan pintu.

"Kursi gak ada?" Aku menunju ke arah tumpukan kursi dan mereka sontak berlari berebut mengambil kursi. Sengaja kubuat kursinya lebih karena untuk menaruh kaki mereka dan untuk tidur kalau saja mereka lelah.

"Kami permisi!" Aku segera menjentikkan jariku dan aku, Jason dan Annabeth menghilang dan kembali ke koridor dimana yang lain telah menunggu.

"Aku tidak sabar menunggu nanti malam! Aku benar-benar ingin membunuh hantu-hantu mengesalkan itu! Dan kalau saja mereka monster, aku benar-benar ingin membunuh mereka dan mengirimnya ke Tartarus. Aku akan membunuhnya setiap kali dia ingin bangkit kembali. Tapi ini, aku ingin mengirimkan mereja ke Dunia Bawah dan memasukan mereka kepada Padang Hukuman!" Grace berkata dengan semangat.

"Ayo kita berjaga!" Aku mengajak mereka dan mereka mengangguk.

The War [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang