Melawan Drakon

631 42 0
                                    

"Dragon maksudmu?" Aku menggeleng, "Dragon dan Drakon berbeda, Dragon tidak lebih besar dari Drakon. Drakon mirip seperti nenek buyut Dragon. Drakon lebih tua, lebih kuat, lebih besar daripada Dragon. Terkadang mereka bisa memuntahkan racun." Jawab Annabeth, "dalam mitologi Yunani, Drakon hanya bisa dibunuh oleh anak Ares atau Demigod---anak setengah dewa---Ares."

"Lalu mengapa bisa kembali lagi?" Tanya Keisha.
"Mereka tidak benar-benar bisa mati, Kei. Mereka akan berubah menjadi debu, inti sari mereka akan pergi ke Tartarus. Butuh berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, lagi untuk bisa kembali."

"Hate it" Annabeth bergumam.

"Jason, tusuk kedua matanya!" Annabeth memerintah Jason. Cowok itu segera berlari mengambil garpu taman dan meloncat. Tubuhnya sejajar dengan mata Si Drakon. Dia langsung menusuk kedua mata Drakon. Namun, sebelum Jason bisa menusuk kedua mata itu, Jason sudah terlebih dahulu terlempar ke dinding sekolah.

Kami segera enghampiri Jason, aku mengeluarkan api hitam, namun Annaneth mencegahnya. "Biar aku, Jason dan Leo yang menghabisinya" aku mengangguk dengan enggan.

Jason berdiri dengan cepat, dia maju. Dibelakangnya, Annabeth dan Leo juga ikut maju dan berdiri berjejer dengan Jason.

Annabeth entah darimana bisa memegang pedang. Jason melempar koinnya dan tiba-tiba bisa berubah menjadi pedang dan ketika dia mengangkat pedangnya, petir bergemuruh. Leo mengulurkan tangannya dan api keluar dari tangannya, bukan api hitam seperti milikku.

"Kalian tidak mengajakku?" Seseorang berkata dari arah samping kananku, aku menoleh dan melihat seorang perempuan berbaju tempur lengkap dengan pedang di pinggangnya.

"Grace" Jason, Leo dan Annabeth berbicara berbarengan. Cewek yang dipanggil Grace tersenyum. "Cewek tidak boleh ikutan" Peter bersuara, "berhenti mengejekku Peter! Atau kau akan berakhir di Dunia Bawah!" Dia berkata, Peter hanya tertawa.

"Hades adalah ayahku, dia akan memberikanku kamar VIP di istananya" Peter berkata dengan nada mengejek. "Terserah."

"Susah untuk mengetahui siapa kalian sebenarnya, tapi jika dilihat-lihat, kalian adalah Demigod ya?" aku membuka suara. Mereka hanya mengangguk.

"Grace Spare. Demigod Ares" aku menundukkan kepalaku sebentar lalu mengangkatnya kembali. "Alexandria Floriana. Seorang indigo" dia juga menunduk dan mengangkatnya.

"Kalian saling kenal?" Tanya Peter, "em..teman-teman? Kita masih punya Drakon yang perlu dijinakkan atau dibunuh disini" kata Annabeth, Grace mengangguk. "Kau berpikiran untuk menjinakkannya?" Tanyaku, Grace lagi-lagi mengangguk.

"Kau tidak bisa menaklukkannya dengan bertarung. Bisr kuajarkan bagaimana caranya" aku maju, namun dicegah oleh Peter. Aku meyakinkannya dan dia melepasku dengan enggan.

Aku maju dengan langkah mantap. Aku menghampiri Drakon. Aku berkonsentrasi untuk bisa masuk ke pikirannya. Dan seketika aku ambruk.

###

Author POV

Alexa ambruk dan membuat semuanya kaget. Mereka menyeret Alexa ke tempat aman dan menggunakan berbagai cara agar dia bisa bangun kembali.

#Di lain tempat#

Alexa berada di sebuah gurun yang anehnya dingin. Dia berjalan lurus dan menemukan dua buah pilar yang berdiri dengan tegak dan kemilau. Di tengahnya, Drakon sedang memandangku.

"Apa yang kau lakukan di pikiranku?" Tanyanya, "aku hanya ingin membuatmu menjadi temanku." Aku berkata, "temanmu? Tidak akan pernah!" Dia memuntahkan racun kearahku dan aku menghindar.

"Kau hidup sendirian, Drakon! Tidak punya teman ngobrol seperti Dragon yasng mempunyai banyak ras! Kau lah ras terakhir dari bangsa Drakon! Aku hanya ingin kita berteman!" Aku berkata dengan suara serak.

"Mengapa kau ingin menjadi temanku?" Tanyanya, "karena, dulu aku sama sepertimu. Sendirian. Tidak adas teman untuk diajak bercanda, mengobrol dan sebagainya. Aku selalu dikucilkan karena kekuatanku yang menurut mereka aneh. Dan mereka menjauhiku karena mereka pikir, aku menakutkan. Dan itu lah yang membuatku selalu sendirian. Tidak ada satupun orang yang dekat denganku, kecuali mereka. Annabeth, Jason, Leo, Keisha, Grace dan terutama... Peter."

"Dan itulah mengapa kau ingin agar kita berteman?" Aku mengangguk. "Baiklah, aku juga sudah bosan hidup sendiri dan bsngkit lagi lalu mati lagi" katanya, aku tersenyum. Aku memeluknya dan tubuhku perlahan-lahan mulai menghilang.

###

Alexandria POV

Aku terbangun di pangkuan Peter.
Grace menyiagakan pedangnya dan mengarahkannya ke Drakon. "Kau tidak perlu melakukannya" kataku pada Grace, dia menurunkan pedangnya dan memasukkannya kembali ke sarung pedangnya.

"Kau tidak apa?" Aku mengangguk, aku berdiri dan berjalan kearah Drakon. Drakon mendekatkan wajahnya padaku, mereka langsung memasang kuda-kuda. Namun, mereka langsung terperangah. Drakon itu mengelus pipiku dengan moncongnya, aku tertawa dan mengelus moncongnya itu.

"Kau harus bisa berbicara dengannya dari hati ke hati, bukan dengan bertarung. Dengan begitu, kau bisa berteman." Kataku, mereka mengangguk. "Kedatangan Drakon adalah pertanda buruk, biasanya. Mereka bisa dikirim oleh arwah" kata Peter.

"Itu artinya perang melawan hantu akan dimulai"

The War [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang