Prolog

248 8 0
                                    


Kutengadahkan kepalaku sehingga dapat melihat awan biru yang diselimuti awan hitam. Burung beterbangan kesana kemari mencari tempat yang aman untuknya.

Seakan-akan terjadi sesuatu, orang yang berada disekitarku berlari-an kesana-kemari mencari perlindungan. Aku hanya tersenyum melihatnya. Aku tidak takut akan hal ini.

Kuangkat lagi kepalaku, mataku terpejam, kurentangkan tanganku, tak ada suara, damai. Aku yakin puluhan pasang mata yang berteduh sedang melihatku dengan tatapan bingung sekarang.

Aku rasa tak lama lagi!

Byurr....

"Rain!" pekikku senang saat merasakan dentuman air yang begitu deras menghantamku, ribuan liter hujan menari-nari diwajahku.

"Thanks God!" gumamku senang seraya membuka mata.

Kuedarkan pandanganku, tak banyak yang dapat kutangkap dari penglihatanku. Just Rain. Taman yang tadinya dipenuhi puluhan pasang kaki tak ada lagi. Semuanya hilang. Why?, gumamku heran.

Aku kembali menikmati titik-titik hujan, tak kupedulikan betapa basahnya diriku sekarang, bagaimana ekspresi mama dan papa setelah melihatku, bagaimana kritik orang terhadapku. Hidup terlalu susah untuk itu.

Aku suka hujan, aku suka damai, dan aku merasakan kedamaian itu saat hujan turun. Hujan ini mengingatkan kita, aku dan kamu, dimana saat itu kita berdua bermain dibawah hujan.

Ketika hujan turun aku merasa kamu ada disampingku, dan tidak akan meninggalkanku, aku merindukanmu, aku mencintaimu. Namun semuanya telah berbeda. Namun semuanya telah terlambat kusadari.

Aku hanya berharap akan ada kebahagiaan setelah kesedihan. Akan ada perdamaian setelah pertengkaran. Akan ada pertemuan setelah perpisahan. Akan ada pelangi setelah hujan.
Pasti! Aku percaya itu!





Hy readers :* Makasih, kalian masih mau baca cerita ini. Tinggalin jejak kalian. Voment, please!!!
#malakha01

There's A Rainbow Behind That RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang